Kali ini tentang sebuah asa yg masih kusimpan lekat sampai kini. Derai air mata jiwa atas harap dlm untaian do'a barangkali akan menjadi memori manis yg mengikat diri pada keindahan dhuhaa-Nya.
Adalah aku, yg acapkali bergerimis tangis saat tak ada satu pun teman yg mau menemani ke mushalla. Bukannya tak mandiri, tapi dahan malu itu kerapkali hadir begitu saja tatkala melewati anak2 laki-laki, entah yg tengah berjalan ataupun duduk. Amat grogi.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!