Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Baru Ditangkap, Rahmat Baequni Sudah Nge-hoaks Lagi

26 Juni 2019   12:12 Diperbarui: 26 Juni 2019   12:37 3687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaimana rokok beracun tersebut berpindah tangan dari pelaku ke korbannya? Bagaimana memastikan rokok yang sudah dibubuhi racun itu dihisap oleh korban? Dan, bagaimana memastikan, jika rokok beracun itu dihisap, zat racun tersebut terhisap oleh korban? Jika pertanyaan-pertanyaan tersebut diajukan, belum tentu Rahmat Baequni bisa menjawabnya dengan logis.

Badan intelijen Sovyet dan Rusia beberapa kali dituduh melakukan pembunuhan dengan meracuni korbannya. Tetapi, sampai sekarang, belum satu pun informasi yang menyebutkan kalau racun mematikan tersebut dimasukkan agen-agen mereka ke dalam rokok yang dihisap targetnya.

Kemudian Rahmat Baequni melanjutkan ceramahnya.

"Tujuannya apa? Untuk membuat mereka meninggal setelah tidak dalam waktu yang lama. Setelah satu hari atau paling tidak dua hari. Tujuannya apa? agar mereka tidak memberikan kesaksian tentang apa yang terjadi di TPS."

Rahmat pastinya tahu persis jika di TPS ada 7 anggota KPPS, 2 petugas Hansip, saksi yang dikirim kontestan pemilu, pemilih, dan masih banyak lainnya, termasuk masyarakat. Berarti ada banyak saksi mata di sekitar TPS. Dengan begitu, membunuh satu orang dari sekian banyak orang untuk menutupi kecurangan bukanlah pekerjaan yang efektif dan juga efesien.

Lebih tidak efektif lagi, menurut Rahmat Baequni, korban diberi waktu sampai dua hari. Karena dalam rentang waktu tersebut, korban masih memiliki waktu untuk menyampaikan kesaksiannya.

Dalam kasus "Umbrella Murder" yang terjadi di London, Inggris pada 11 September 1978, misalnya, sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, Geergy Markov yang menjadi target pembunuhan sempat menyampaikan kronologis yang dialaminya di atas jembatan Waterloo.

Jadi, selain menutupi fakta yang dioplos dengan hoax, teori konspirasi ala Rahmat Baequni juga tidak dibangun dengan "imajinasi" yang logis. Akibatnya, hanya dengan sekali lirik, teori konspirasinya dengan mudah dirontokkan.

Tetapi, ada satu pertanyaan yang menggelitik, mungkinkah Rahmat Baequni tidak perlu sudah-susah membangun teori konspirasi yang dilengkapi sederetan fakta dan "imajinasi" yang logis karena audien ceramahnya pun tidak membutuhkannya?

Rahmat Baequni Adalah Wujud Nyata Jika Tuhan Sayangi Indonesia
Membangun teori konspirasi, apalagi jika digunakan sebagai alat propaganda, memang bukan pekerjaan mudah. Jangankan Rahmat Baequni, negara pun gagal membangun "fakta-fakta" dalam kasus pembunuhan Munir. Akibatnya, muncullah kesimpulan jika pembunuhan Munir tidak didalangi oleh Badan Intelijen Nasional dan Pollycarpus Budihari Priyanto bukan eksekutornya.

Jika semen teori konspirasi adalah imajinasi, membangun teori konspirasi sebenarnya tidak ada bedanya dengan berbohong. Sebelum menyampaikan produknya, terlebih dulu pembohong yang jenius pastinya sudah menimbang sejumlah fakta dan saksi mata terkait. Sebab, satu saja dari fakta atau saksi mata yang bertentangan dengan kebohongannya, maka kebohongan yang diproduksinya sudah terbongkar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun