Jika Syarwan mengambarkan Tomy mampu mengatur jabatan di TNI, maka logikanya Tomy pun mampu mengontrol elit-elit KIH dan KMP, termasuk elit Cikeas yang mengklaim tidak menjadi bagian dari KIH maupun KIH.
Dan, tentunya, pemilihan Gatot sebagai Panglima TNI tidak ada kaitannya dengan kasus penistaan agama yang menjerat Ahok. Karena penunjukan Gatot dilakukan jauh hari sebelum kasus Ahok yang terjadi pada akhir September 2016.
Jika Syarwan berasumsi mangkraknya elektabilitas Jokowi karena kasus Ahok, seharusnya Syarwan tidak mengaitkannya dengan penunjukan Gatot sebagai Panglima TNI. K
Kuncinya adalah kronologi dari satu peristiwa ke peristiwa lainnya.
Singkatnya, tidak ada hubungan sama sekali antara penunjukan Gatot sebagai Panglima TNI dengan kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Ahok serta skenario Pilpres 2019.
Mungkinkah Prabowo Bercawapreskan Kader PKS?
"Bila skenario ini terjadi, maka 9 naga telah menang telak. Jokowi dan Gatot sejatinya serupa tapi tak sama, namun indikasi PKS memiliki cawapres dari internalnya telah membuat Jokowi panik begitu pula dengan Tomy cs," sambung Syarwan dalam tulisannya.
Mungkin. Syarwan lupa jika pada Pilgub DKI Jakarta Prabowo lebih memilih menggeser Sandiaga Uno dari cagub menjadi cawagub sekaligus memilih Anies Baswedan sebagai cagub.
Konsekuensinya sangat jelas, meski merupakan satu-satunya partner Koalisi, PKS tidak mendapatkan jatah tiket. Meski sebelumnya santer diberitakan jika PKS mengincar kursi cawagub.
PKS memang memiliki kader dan simpatisan yang sangat militan. Dan, pascakekalahan Prabowo pada Pilpres 2014 disusul dengan situasi panas Pilgub DKI 2017, akar rumput PKS telah siap memengkan jagoannya pada Pilpres 2019.
Tetapi, PKS bukannya tanpa sisi negatif. Perilaku sejumlah akun yang ditenggarai milik kader PKS yang kerap melontarkan kebenciannya pada kelompok Islam lain menjadikan PKS sebagai musuh bersama.