Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sebelum Bilang Ridwan Kamil Kebakaran Jenggot, Baiknya PPS UIN UGD Pelajari Lagi Hasil Surveinya

10 September 2017   10:42 Diperbarui: 16 Oktober 2017   08:30 2294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Survei politik (Sumber: www.lamda-ksi.com)

Balik lagi ke berita Republika.co.id. "Asep menjelaskan, popularitas ditentukan oleh banyak hal. Salah satunya, karena responden yang disurvei orangnya berbeda. Bahkan, responden survei bisa berbeda 50 persen. Selain itu, ia mengatakan popularitas seseorang di pengaruh juga oleh calon yang lain. Saat ada calon yang popularitasnya naik, pasti di sisi lain ada calon yang popularitasnya turun".

"Satu sama lain akan mempengaruhi kan harus 100 persen," tegas Asep masih dari link yang sama.

Sejak kapan popularitas seseorang dipengaruhi juga oleh popularitas orang lain? Dan sejak kapan harus 100%?

Bukankah meski muncul sejumlah nama balon presiden, popularitas Rhoma Irama tetap di atas 95%. Bahkan ada lembaga survei yang mengatakan popularitas Rhoma 98%. Popularitas yang nyaris sempurna.

Dan, popularitas yang dimiliki Rhoma itu tidak bakal menurun meski popularitas Jokowi, Prabowo, Gatot Swandito, dan tokoh-tokoh lainnya mengalami peningkatan.

Kalau pun suatu saat nanti popularitas Jokowi, Prabowo, dan lainnya sama-sama sudah mencapai angka 95%, tingkat popularitas Rhoma bisa saja masih di seputaran angka 98%.

Beda soal lagi dengan tingkat elektabilitas yang cenderung naik-turun tergantung banyak faktor. Elektabilitas Si A, misalnya, 40%. Elektabilitas Si B 30%, Elektabilitas Si C 10%, Tidak menjawab atau lainnya 20%. Ketika Elektabilitas Si A naik menjadi 30%, misalnya, maka elektabilitas Si B dan/atau Si C pasti menurun. Elektabilitas harus 100%.

Tetapi, bisa jadi, ketika Elektabilitas Si A turun jadi 5%, elektabilitas Si B dan Si C tetap di angka 30% dan 10%. Dengan demikian angka tidak menjawab atau lainnya bertambah menjadi 55%. Sekali lagi, elektabilitas harus 100%.

Begitulah popularitas dan elektabilitas yang dipahami oleh orang awam se[erti saya.      

Tim Survei UIN SGD tidak sendiri. Sebelumnya, Saya menuliskan kekacauan hasil survei CSIS tentang Pilkada DKI 2017 dalam artikel INI.  Dan ada sekian banyak lagi hasil survei yang diobok-abok lewat sejumlah artikel yang ditayangkan di Kompasiana.

Tetapi, saya salut dengan CSIS, entah ada kaitannya atau tidak, setelah artikel itu tayang dan ditanyakan ke perilisnya, CSIS tidak pernah lagi merilis hasil surveinya terkait Pilkada DKI 2017.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun