Mohon tunggu...
Nurul Anwar
Nurul Anwar Mohon Tunggu... Freelancer - Citizen Journalism | Conten Writer | Fasilitator | Pekerja Sosial |

Menulis seputar Lifestyle | Ulasan | Refleksi | Opini dst.

Selanjutnya

Tutup

Beauty

Jangan Ikutan Trend Loh, Nanti Malah Kejebak Sendiri

17 Juni 2022   16:18 Diperbarui: 17 Juni 2022   16:27 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hidup di bilangan Jabodetabek untuk sebagian orang adalah sebuah "keinginan" untuk tidak menyebutnya sebagai sebuah cita-cita.  Mereka, ada saja yang membayangkan Jabodetabek, khususnya Ibu Kota, adalah tempat gemerlap lampu dan gedung-gedung mentereng. Dipenuhi orang-orang hebat, dan para artis papan atas tanah air. Belum lagi soal hidangan panganan, Ibu Kota menyajikan beragam makanan dari berbagai brand, dari kelas menengah ke bawah hingga menengah ke atas.

Tentu, mereka yang menginjaki tanah Ibu Kota punya alasannya masing-masing, satu berasalan untuk mengadu nasib, satu lainnya untuk melanjuti studi dan beribu alasan lainnya. Atau, barangkali mereka sudah menjadi akamsi (anak kampung situ) dari lahir yang uncang-uncang kaki nikmati setoran kos-kosan atau kontrakan.

Sebagai saya yang hidup nge-kos mepet di pinggiran Jaksel, di awal memang mendecak kagum, setelahnya biasa-biasa saja. Tidak ada yang istimewa selain keluh kesah soal hidup. Untuk perkara ini, kemarin waktu secara acak saya menanyakan perihal gaya hidup dan makanan pokok di Jakarta.

Sebut saja Romlah, bukan nama sebenarnya, mahasiswa UIN Jakarta yang saya temui di trotoar jalan kemarin waktu. Kini, Romlah menginjak masa akhir studi. Ia tinggal di indekos Cirendue yang ia sewa sejak tahun 2017, cukup lama juga.

Romlah adalah mahasiswa asal kampung yang nekat memlih kuliah di ibu kota. Katanya, antara kehidupan kampung dengan kotanya itu sangat berbeda sekali. Dari mulai makanan, pakaian hingga pergaulan. Saat-saat pertama ia kuliah, adalah masa dirinya paling malu dan insicure. Ia bilang, merasa malu dan minder.

"Iya bang, di awal masuk kuliah, gua sebagai mahasiswa yang jauh dateng dari kampung, ngerasa malu bener, kayak mereka-mereka tuh keren. Dan apalah itu.  Gua malu intinya," kata Romlah.

Romlah merasa malu lantaran dirinya berasal dari kampung dan khawatir keliatan norak, tidak banyak ngerti. Biarpun merasa malu dan gak pede, Romlah tetap membulatkan ekad, seapapun aral melintang, baginya melanjuti kuliah adalah prioritas. Romlah sendiri bukan berasal dari keluarga orang kaya. Jadi ia hidup merantau ditengah ibu kota dengan finansial yang kadang cukup kadang enggak

Romlah menceritakan, bahwa dirinya pernah merasa malu lantaran disindir oleh temen satu kelas gegara pakaian yang dia pakai itu-itu saja belum di ganti-ganti.

"Rom, ko baju loe itu mulu si, ga ganti-ganti," cerita Romlah meniru ucapan sinis temannya.

Katanya, hari itu adalah hari di mana Romlah bener-bener merasa diejek dihadapan teman-temannya. Sesampainya di indekos, Romlah emosi lalu tak kuasa membendung air mata.

Semenjak, itu Romlah mulai beranikan diri menyisihkan uang, bahkan mencari uang untuk menyesuaikan fashion-fashion temannya agar kejadian serupa tidak terulang kembali. Setelah ia ikuti kenginanannya tadi dan dapat terpenuhi, Romlah ulangi begitu dan seterusnya. Tapi apa yang ia dapat, yang didapat hanyalah tuntutan semata, tapi tidak merasakan bahagianya. Romlah bilang, mengikuti trend silakan saja asal jangan sampai kejebak. Yang ada malah terjebak oleh tuntutan umum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun