Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ketika Resepsi Pernikahan Mengganggu Lalu Lintas Jalan Umum

10 Oktober 2019   13:05 Diperbarui: 10 Oktober 2019   17:51 897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Contoh sebuah resepsi pernikahan yang diadakan di badan jalan umum (sumber: GridOto.com / IG @info_kejadian_makassar)

Saya melihat antrean motor di bagian belakang juga makin panjang, mengular. Lalu lintas menjadi padat karena ada sejumlah motor yang berjalan dari arah berlawanan.

Tidak ada pilihan lain selain semua kendaraan berhenti. Mau bagaimana lagi. Kendaraan di depan tidak bergerak sama sekali. Sebagai informasi, bila lalu lintas lancar, ujung jalan adalah sebuah pertigaan yang bila mengarah ke kiri akan menuju ke jalan raya. Posisi saya dengan jalan raya kira-kira hanya 200-an meter jauhnya.

Karena kepadatan belum nampak cair, motor pun saya matikan. Tetapi saya perlu bersiap siaga, siapa tahu lalu lintas cair. Namun ternyata tidak secepat yang saya harapkan. 

Selama kira-kira satu jam saya dan pengendara lainnya terjebak di jalan gang tersebut! Lelah, pening, haus pun datang bersamaan, keringat menjalar membasahi tubuh.

Pada akhirnya saya melihat terjadi pergerakan kendaraan di bagian depan. Lambat laun kepadatan lalu lintas mulai mencair. Saya pun bisa bergerak seraya bersiap untuk belok kiri. Nah, di situlah saya menjumpai sumber kemacetan, sebuah hajatan pernikahan nan megah juga diadakan di situ.

Tampaknya acaranya sudah selesai, atau mungkin sebetulnya acara belum selesai. Warga membuka separuh badan jalan agar bisa dilewati kendaraan. Kepadatan pun segera mencair. Pada akhirnya saya pun terbebas dari situ dan mulai memacu motor saya ke jalan raya.

Lelah, sudah pasti. Saya merasa kecewa dengan pilihan saya. "Tau gitu saya lewat jalan raya saja yang meskipun macet tetapi bisa jalan," begitu kata saya dalam hati. Tapi ya sudahlah.

Cerita lainnya, beberapa minggu lalu saya menghadiri sebuah undangan pernikahan sebuah keluarga yang diadakan di sebuah restoran megah. Saya dan istri saya menumpang taksi berjenis sedan untuk menuju ke lokasi. Restoran itu terletak di tepi sebuah jalan selebar kira-kira 5 meter.

Jadi acara hajatan kali ini tidak diadakan di jalan umum. Jalan menuju ke restoran itu tidak lebar tetapi ternyata lalu lintasnya cukup padat. Bila ada dua mobil berlawanan arah, salah satu mobil harus mengalah agak keluar dari badan jalan. Tinggal mengatur posisi mobil, mobil bisa melintas. Kendaraan yang paling banyak melintas di jalan tersebut adalah sepeda motor.

Tamu undangan ternyata cukup banyak hingga area parkir di dalam restoran tidak cukup menampung mobil para tamu. Alhasil, sebagian mobil para undangan diparkir di tepi jalan tersebut. Sebagian besar bodi mobil keluar dari badan jalan, di tanah. Sementara itu area parkir sepeda motor masih cukup tersedia tempat.

Problem kali ini adalah situasi lalu lintas cukup padat, lalu area parkir mobil di dalam restoran penuh, dan satu hal yang "menarik" adalah hanya tersedia satu pintu gerbang untuk masuk ke dan keluar dari area restoran itu. Jadi setiap kendaraan yang hendak masuk atau keluar harus bergantian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun