Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Sudahkah Anda Menghujat Film "The Santri" Hari Ini?

18 September 2019   14:32 Diperbarui: 18 September 2019   14:47 1144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu adegan film "The Santri" (sumber: TribunSantri.com)

Ketika menonton sebuah film, kita tidak selalu menyetujui cara karakter dalam film untuk mengatasi sebuah konflik. Makanya kadang ada audiens berpendapat "harusnya ending-nya seperti ini bla bla bla", atau "harusnya ending-nya seperti itu bla bla bla...". Masing-masing audiens punya pendapat sendiri-sendiri tentang narasi sebuah film yang ditontonnya.

Kita ambil contoh film horor "The Conjuring" yang fenomenal ketika dirilis tahun 2013 lalu. Film tersebut berdasarkan kisah nyata pasangan Ed dan Lorraine Warren yang bekerja sebagai penyelidik paranormal yang mengklaim sudah menginvestigasi sekira 10 ribu kasus paranormal.

Film "The Conjuring" sendiri mengangkat salah satu kasus yang pernah ditangani pasangan tersebut. Lorraine Warren menjadi konsultan penggarapan film tersebut.

Pasangan Warren diceritakan berhasil mengatasi masalah supranatural di rumah sebuah keluarga Perron di wilayah suburban. Mereka menggunakan sejumlah teknik agar rumah itu bebas dari gangguan makhluk halus.

Tetapi, diantara penonton pasti ada yang berpikir "Kenapa keluarga Perron tidak pindah saja dari rumah itu?", atau "Bakar saja rumah itu beres". Ya kalau mereka pindah rumah atau membakar rumah itu, mungkin selesai pula cerita film itu. Apakah lantas film itu memiliki kesan? Menurut saya tidak.

Justru sebuah karya film, apalagi film arus utama, menjadi lebih berkesan bila terdapat adegan yang mengandung sensasi. Dalam film "The Conjuring" misalnya, terdapat sejumlah penampakan wujud sosok supranatural di dalam rumah tersebut, atau insiden yang irasional, dan seterusnya. Adegan itu justru lebih menarik.

Adegan-adegan tersebut lantas dirangkai sedemikian rupa dengan tujuan menciptakan sensasi menyeramkan atau menegangkan yang intens ketika penonton menonton film tersebut. Itulah yang dijual sebuah film horor.

Kesan yang ditimbulkan pasti berbeda apabila film tersebut menyajikan adegan-adegan yang datar-datar saja, misalnya keluarga Perron tidak ambil pusing dan pindah ke rumah lainnya. Atau keluarga Perron meminta air suci dari gereja setempat dan memerciki seluruh penjuru rumah dengan air suci itu. Rumah pun aman dari gangguan. Selesai. Kesan terhadap film dengan ending seperti ini? Tidak ada.

Andrea, anak tertua keluarga Perron mengatakan kepada USA Today tentang film tersebut bahwa ada adegan yang memang nyata, ada adegan yang fiktif. Tidak ada informasi secara spesifik adegan mana yang nyata dan mana yang fiktif. Bisa jadi sosok yang meloncat dari atas lemari pakaian di kamar, atau sosok yang tiba-tiba muncul di samping ibu Andrea dan bertepuk tangan?

Sebuah karya film kadang melebih-lebihkan sebuah adegan, bahkan suatu adegan sebuah film yang diangkat dari buku biografi pun tidak harus 100 persen dari kisah yang sebenarnya. Memoles suatu adegan dengan sesuatu yang fiktif kadang membuat film jadi lebih berkesan.

Dramatisasi adegan, begitu istilah yang tepat untuk memperkaya sebuah adegan di dalam film fiksi. Mendramatisasi adegan yang berbeda dari kebanyakan pemahaman penonton, baik dari kenyataan yang sebenarnya atau dari buku, adalah sah-sah saja karena prinsip karya film fiksi adalah memberi kesan atau sensasi audiens yang menontonnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun