Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Sudahkah Anda Menghujat Film "The Santri" Hari Ini?

18 September 2019   14:32 Diperbarui: 18 September 2019   14:47 1144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandangan warganet atas kedua film itu terbagi dua sampai-sampai muncul penolakan sekaligus ajakan menonton film tertentu. Bahkan muncul isu bahwa ada studio bioskop yang diborong oleh seseorang untuk dipakai nonton bareng alias nobar salah satu film tersebut. (Geli sekali bila itu memang terjadi). Bila saya pemilik studio bioskop, saya pasti tersenyum sumringah karena ada kepastian kursi bioskop terisi penuh hingga baris terdepan. Bisa saja tidak satu jam pertunjukan, bisa saja seluruh show time diborong. Belum bila diputar di lebih dari satu studio. Woww..cring..cring.. cring...)

Akibatnya, salah satu film flop alias jeblok di pasaran, sedangkan film lainnya berjaya. Tidak perlu disebutkan film yang mana, Anda bisa search sendiri di internet. Buat pendukung film yang berjaya, apakah merasa puas dengan "film tandingan" yang akhirnya flop? Sebaliknya, buat pendukung film yang flop, apakah masih akan menghujat film yang lebih banyak penontonnya itu?

***

Karya film adalah produk budaya kontemporer karena film baru muncul di awal abad ke-19. Perancis adalah negara pertama yang memproduksi film. Tayangan film pertama di dunia adalah film karya Lumiere bersaudara, Louis dan Auguste yang ditayangkan pada 28 Desember 1895. Genre filmnya adalah dokumenter, karena merekam aktivitas pulang kerja karyawan sebuah pabrik.

Pada dasarnya, film adalah karya gambar bergerak yang mengandung narasi dengan sejumlah efek visual dan suara yang menyertai, yang memberikan sensasi atau kesan tersendiri bagi penonton film. Kita perlu memahami dulu bahwa dari aspek konten film, jenis film terbagi menjadi film fiksi dan film non fiksi.

Seperti karya buku, ada buku fiksi (novel, kumpulan cerpen, antologi puisi, dan sebagainya) dan buku non fiksi (biografi, esai, resep masakan, dan sebagainya).  


Film fiksi terbagi atas sejumlah genre film misalnya film drama, film horor, film aksi, film komedi, film sci-fi dan sebagainya. Sedangkan film non fiksi misalnya film dokumenter dan film biografi.

Satu lagi jenis karya film lainnya yaitu film hibrida yaitu gabungan antara film fiksi dan film non fiksi. Film mokumenter termasuk dalam jenis film hibrida.

Sebuah karya film dibuat untuk memberikan kesan atau sensasi bagi audiensnya. Film horor misalnya, memberikan sensasi ngeri, takut, atau adegan yang terbayang-bayang di kepala audiens yang menontonnya.

Film drama memberikan adegan yang mengaduk-aduk emosi yang membuat penonton hanyut dalam cerita yang mungkin bisa membuat penonton menangis. Film aksi membuat penonton kegirangan dalam hati ketika si protagonis mengalahkan si antagonis dengan pukulan atau tendangan mautnya.

Menonton film itu seperti membaca cerpen atau novel (bahkan sejumlah film diangkat dari cerpen atau novel). Kita menikmati alur cerita dalam film, mengikuti konflik yang terjadi antar karakter, dan menyaksikan solusi dari suatu masalah atau konflik dalam cerita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun