Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Pemerataan Bioskop adalah Kunci Sukses Perfilman Nasional

2 April 2019   23:09 Diperbarui: 3 April 2019   11:16 1117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (sumber: ms-urlop.cz)

Media film yang digunakan sekarang ini sudah berbeda dengan tahun 1990-an dimana bioskop masih menggunakan pita seluloid yang memiliki batasan. 

Pada waktu itu, bioskop-bioskop di kota-kota besar, terutama bioskop kelas A, selalu mendapat giliran paling awal untuk memutar film-film terbaru.

Setelah beberapa minggu atau bulan diputar di bioskop kelas A (first round), film diputar di bioskop kelas B di kota-kota besar (second run). Setelah itu, giliran bioskop kelas C atau bioskop-bioskop di pinggiran kota dan di daerah/kabupaten (third round)

Bisa dibayangkan kesenjangan tontonan film pada masa itu dimana warga kota-kota besar selalu up-to-date dengan film-film baru, sementara warga daerah hanya bisa gigit jari ketika mendengar film-film terbaru. Pecinta film di daerah hanya bisa berharap supaya film-film yang mereka nanti bisa segera tayang di daerahnya.

Kini dengan teknologi film digital, film-film terbaru dapat didistribusikan secara merata dengan mudah. Tidak ada lagi kesenjangan tontonan film antara warga kota dan daerah karena kini mereka memiliki kesempatan menonton film terbaru yang sama.

Perbioskopan tanah air kini juga semakin bertumbuh. Menurut data dari Katadata.co.id, jumlah layar bioskop di tanah air hingga akhir tahun 2018 adalah 1.681 layar. Bioskop berjaringan masih menjadi penguasa pasar (sumber).

Menurut sumber tersebut, jaringan Cineplex 21 menjadi yang terdepan dengan mengoperasikan 1.003 layar, disusul CJ CGV Cinemas 275 layar dan Cinemaxx 203 layar. Sementara itu, terdapat 46 layar bioskop independen.

Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) memiliki target bahwa di tahun 2019 ini Indonesia bisa memiliki 4.000 layar bioskop agar target 60 juta penonton bisa tercapai. Tahun 2018 lalu, jumlah penonton bioskop tercatat 52 juta penonton (sumber).

Jumlah tersebut dirasakan masih kurang untuk negeri berpenduduk 264 juta jiwa ini. Menurut Endah Wahyu Sulistianti, Deputi Hubungan Antar Lembaga dan Wilayah Bekraf, idealnya Indonesia memiliki 9.000 hingga 15.000 layar bioskop (sumber).

Sebagai perbandingan, China yang berpenduduk 1,3 miliar lebih di tahun 2018 lalu memiliki 60.079 layar yang tersebar di seluruh negeri. Demikian sebagaimana diinformasikan oleh menurut data dari Reuters. Peningkatan jumlah layar bioskop di China sangat pesat. Di tahun 2018 terjadi peningkatan sebanyak 9.303 layar dibandingkan dengan tahun 2017.

Amerika Serikat sebagai pusat industri perfilman dunia saat ini memiliki sekira 40.000 layar bioskop. Populasi negeri Paman Sam itu pada tahun 2018 lalu adalah 327 juta. Maka jika dibandingkan dengan negeri China dan Amerika Serikat, kebutuhan 9.000 hingga 15.000 layar bioskop di tanah air patut diamini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun