Mohon tunggu...
Gatin Duran
Gatin Duran Mohon Tunggu... Lainnya - Baca-Tulis

philos-sophos

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Identifikasi Masalah Pendidikan di NTT dan Pedagogik sebagai Upaya Membangun Sumber Daya Manusia yang Lebih Baik

13 Mei 2024   12:23 Diperbarui: 13 Mei 2024   12:38 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                         Akhir-akhir ini, generasi mileneal di NTT  dihentak dengan sejumla kenyataan pahit bahwa generasi mileneal yang diharapkan menjadi aktor pembangunan hidup bangsa, ternyata cenderung berbalik arah sebagai penyebab dari timbunya sejumlah persoalan yang destruktif. Idealnya, menghadapi situasi ini pedagogik pendidikan sangatlah penting untuk dipelajari. Tentu saja, melalui pedagogik pendidikan dapat dibangun suatu keseimbangan antara kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual. Karena itu, semua kegiatan pendidikan harus tertuju pada kedewasaan emosional dan intelektual. Namun hal ini rasanya belum tercapai sepenuhnya di provinsi NTT. Provinsi dengan sumber alam yang melimpah ini belum bisa dijamin dengan sumber daya manusia yang tidak kompoten. NTT selalu dicap oleh para petinggi negara ini sebagai provinsi dengan mutu pendidikan yang terendah. Hal ini diukur dari pencapaian ujian nasional yang dilakukan setiap tahunnya.

                        Ada empat faktor yang menyebabkan masalah tersebut. Pertama, masih banyak guru di NTT yang tidak profesional. Hal ini menyebabkan anak-anak tidak bisa memiliki keterampilan dasar seperti matematika, baca-tulis dan berbahasa dengan baik. Kedua, tidak tersedianya ruang kelas yang memadai. Siswa menimba ilmu di ruang kelas darurat, berdinding bambu. Ketiadaan fasilitas seperti meja dan kursi sehingga kegiatan belajar mengajar di kelas terasa tidak nyaman. Belum lagi kekurangan air bersih dan toilet. Selain itu keterbelakangan IPTEK membuat mutu pendidikan di NTT jauh tertinggal dari provinsi-provinsi lain di Indonesia. Ketiga, dana pendidikan yang kurang. Banyak masyarakat yang miskin dan tidak bisa mendapatkan pendidikan yang layak karena biaya kuliah tinggi. Keempat, kekurangan bahan belajar. Banyak sekali siswa yang tidak memiliki buku pelajaran memadai untuk digunakan. Dengan demikian, proses belajar mengajar di sekolah menjadi tidak optimal. Semua hal di atas tentu saja menjadi pemicu tingginya angka putus sekolah di NTT (Pos Kupang, 15/02/20)

                           Untuk mengatasi masalah-masalah diatas hal-hal yang harus diperhatikan dan dilakukan adalah melakukan pembinaan berkelanjutan pada seluruh elemen terkait. Peningkatan kualitas guru dengan pedomaan kepemimpinan yang tangguh, peduli dan perhatian terhadap anak didik. Dalam proses belajar dan mengajar yang optimal dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai. Oleh karena itu, pemerintah daerah setempat yang paling bertanggung jawab dan mendukung kemajuan mutu pendidikan anak daerah diharapkan memperhatikan sarana dan prasaran di sekolah sehingga kegiatan belajar  dapat berjalan dengan lancar.  Pihak pemerintah pun patut memberikan bantuan dana bagi siswa yang berprestasi sehingga banyak anak termotivasi untuk rajin belajar. Selain itu, Pemerintah juga harus memfasilitasi kegiatan belajar mengajar di sekolah agar mutu  pendidikan menjadi lebih baik. Salah satu contohnya mengembangkan budaya literasi, dengan menghadirkan taman baca atau perpustakaan keliling dan internet untuk mengakses pengetahuan global yang lebih luas.20).

            Proses pendidikan di era revolusi industri 4.0 menimbulkan banyak perubahan di berbagai segi, terutama dengan berkembangnya IPTEK. Seperti kegiatan belajar mengajar dapat terjadi secara virtual atau daring. Oleh karena itu peran guru sangatlah vital dalam membimbing anak muridnya agar tidak salah memanfaatkan waktu belajar efektif  dengan melakukan hal hal yang lain. Di era revolusi industri 4.0, siswa dan guru sama sama memiliki akses teknologi yang baik, harus mampu memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran. Siswa harus terbiasa bekerja dengan teknologi, seperti layaknya orang yang bekerja. Seringkali guru mengeluhkan mengenai fasilitas teknologi yang belum mereka miliki. Dalam hal ini diperlukan guru yang komperhensif dimana skil seorang guru sangat dibutuhkan untuk mengembangkan proses pembelajaran yang aktif dan kolaboratif.

            Jennifer Nichols menggagas empat prinsip pokok pembelajaran abad 21 yang berkaitan dengan peran guru di sekolah. (Maximus Manu, 2020:228-230). Pertama, instruction should be student-centered. Pendekatan pembelajara ini berpusat pada peserta didik. Artinya, siswa diberikan kesempatan untuk belajar sesuai kapasitas atau tingkat perkembangan pikirannya. Guru hadir sebagai fasilitator dengan memberikan gambaran dan mencoba menyatukan ide muridnya yang telah ia dapati sebelumnya dengan yang barusan diberikannya. Peran guru sebagai pembimbing sangat dibutuhkan untuk perkembangan minat dan bakat murid. Kedua, education should be collaborative. Di sini peran guru dibutuhkan untuk bisa mengkolaborasikan muridnya dengan orang lain di sekitarnya. Hal ini bertujuan untuk semakin mempererat tali persaudaraan di antara para murid. Sehingga mereka bisa saling berbagi informasi. Dengan begitu satu hal tambahan yang dipelajari para murid adalah kerja sama atau team work. Ketiga, learning should have context. Dalam hal ini guru diharapkan untuk lebih kreatif dalam memberikan materi pembelajaran. Guru harus bisa memberikan materi yang kontekstual atau berkaitan dengan kehidupan sehari hari yang biasa dijumpai. Sehingga para murid dapat menemukan nilai, makna dan keyakinan atas apa yang telah dipelajarinya. Keempat, schools should be integrated with society. Di sini, peran guru lebih kepada membimbing dan mengajak muridnya untuk melakukan kegiatan di luar sekolah. Hal ini dilakukan agar peserta didik mampu mengenal lingkungan sekitarnya. Sehingga peserta didik mampu bergabung bersama masyarakat dalam membangun dan mengembangkan program di masyarakat.

            Sekiranya ada empat kompetensi ideal yang penting dan mengharuskan kita untuk mempelajari pedagogik, yakini kemampuan berpikir (thinkings skill), kecerdasan majemuk (multiple intelligence), taksonomi (taxonomy bloom), dan habit of mind. Pertama, kemampuan berpikir (thinking skill), dalam kemampuan berpikir ini, peserta diharapkan semakin tajam dalam membangun daya nalar secara empiris yang mana berdasarkan data, fakta dan informasi. Alasan lainnya ialah mengambangkan akal yang semakin intuitif, logis dan inovatif, juga berpikir metakognitif yang memampukan untuk menggunakan imajinasi atau hasil analisis data empirik dalam usaha melakukan evaluasi dan perbaikan atas sesuatu yang sedang atau sudah dipikirkan.

            Kedua, kecerdasan majemuk (multiple intelligence), memampukan kita untuk berpikir rasional. Kecerdasan menangkap makna dan kecerdasan merangkai kata bermakna sehingga muda dipahami. Kecerdasan majemuk juga membuat seseorang yang mempelajari pedagogik semakin cerdas dalam mempersepsi, melakukan tata ruang, dan melakukan transformasi penataan bertolak dari dari suasana ruang yang sudah ada. Selain itu, kecerdasan majemuk juga manjadikan kita cerdas dalam mengapresiasi terhadap musik, juga kecerdasan dalam gerak fisik dan semakin cerdas untuk melihat, merespon, dan mengapresiasi mood, temperamen dan motivasi.

              Ketiga, taksonomi (taxonomy bloom), taksonom ini mengklasifikasikan tujuan pendidikan menjadi tiga ranah yaitu kognitif, afektif, psikomotor. Dalam ranah kognitif, kita dibantu untuk mengetahui ilmu pengetahuan dan upaya mengaplikasikan pengetahuan tersebut. Kemampuan analisis, elaborasi secara detail dan evaluasi. Ranah afektif membantu mengembangkan sikap jiwa kita untuk menerima ilmu pengetahuan, kemampuan respon, kemampuan menanamkan nilai-nilai baru yang sudah disimpulkan oleh kecerdasan berpikir serta respon oleh jiwa kita. Kemampuan mengorganisir dan kemampuan untuk menggunakan nilai-nilai yang sudah dimiliki. Selain itu, ada juga ranah psikomotorik yang membantu kita untuk mengimplementasikan nilai-nilai, kemampuan untuk meniru dan mempraktikan apa yang diyakini sebagai bagian dari kepribadian, kebiasaan, dan keterampilan pribadi.

                Keempat, habit of mind, yakni kemampuan persisting, kemampuan mengelolah sikap jiwa dan kemampuan dalam mengeksplorasi sikap dalam mengantisipasi konsekuensi dari setiap pilihan. Kemampuan mendengar, memahami, fleksibel serta terbuka, tetapi kritis. Kemampuan menyusun pertanyaan dan menggunakan ilmu sesuai situasi yang dihadapi. Kemampuan finding humoris dan memiliki kompetensi menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Pada hakekatnya kegiatan belajar adalah sesuatu yang substansial dalam kehidupan masyarakat zaman sekarang. Untuk mencapai hal ini, pendidikan sangatlah urgen untuk menentukan kemajuan bersama. Kaum intelektual muda dengan berbagai karakter dan kualitas dirinya harus bisa memberikan sumbangsih tersendiri bagi kesejahteraan bersama. Tentu saja kualitas intelektual muda yang baik dan berkarakter dibangun atas dasar suatu sistem pendidikan yang baik.

                    Akhirnya perlu disadari bahwa di  era disrupsi ini perjuangan membentuk kaum intelektual yang muda yang utuh tidaklah muda. Tantangan ini muncul ketika suatu pendidikan yang sudah seharusnya berpola digitalisasi namun harus gagal karena ada banyak keterbatasan. Hal ini  menimbulkan sejumlah fenomena yang miris dan laten dalam kehidupan sehari-hari. Apabila fenomena ini dibiarkan berkelanjutan, kesejahteraan bersama hanya menjadi bumerang dalam upaya konstruksi sebuah kehidupan yang lebih baik. Oleh karena itu, pengembangan pedagogik pendidikan sangatlah penting dalam  mengembangkan kualitas sistem pendidikan yang baik sehingga terciptalah intektual muda yang berkarakter dan cerdas. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun