Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Money

Transaksi Pembayaran Non-Tunai yang Membuai

14 Juni 2015   11:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:03 2868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana toko buku cukup ramai. Hampir setiap lajur rak buku ada saja pengunjung mematut buku. Tak mau ketinggalan, saya pun menjelajah. Hampir hafal dengan penataan di sini. Mulai dari barisan paling depan adalah buku New Arrival, agak ke dalam sedikit buku Best Seller, dan dekat dinding kaca sebelah pintu masuk untuk rak buku Komunikasi, berhadapan dengan Ekonomi. Biasanya, saya langsung menuju rak Komunikasi, dan lanjut ke rak buku favorit, Biografi.

Cukup banyak buku baru beredar. Beberapa menarik hati, selebihnya biasa saja. Setelah menentukan pilihan, saya menuju kasir. Lokasinya agak ke kanan dalam, dekat area penjualan piranti musik dan olahraga. Hanya sebentar dalam antrian, giliran saya membayar. Praktik “ritual”nya saya sudah hafal. Mulai dari menyodorkan Kartu Anggota Toko Buku, disusul Kartu ATM yang juga berfungsi sebagai Kartu Debet. No cash! Saya tidak menggunakan uang tunai untuk transaksi ini. Malah, saya berhak dapat poin belanja, yang akan terus terakumulasi dalam Kartu Anggota dengan chip yang terbenam.

Karena Kartu Anggota Toko Buku terkoneksi dengan salah satu layanan perbankan, kembali saya memanfaatkan transaksi non tunai berikutnya. Kepada petugas kasir, saya minta dilakukan top up atau penambahan dana ke Kartu Anggota. Jemari kasir lincah, cekatan ia menggesek Kartu ATM saya, dan mendebet serta mentransfer dana ke Kartu Anggota Toko Buku. Plung! Seketika itu Kartu Anggota Toko Buku saya seolah “tegar” kembali. Maklum, ada dana saldo tambahan yang baru saja saya transfer. Proses top up dengan swipe atau menggesek Kartu ATM disusul Kartu Anggota Toko Buku berlangsung singkat. Sungguh, sebuah bentuk kecanggihan teknologi yang sangat memudahkan. Dan, lagi-lagi, semua itu no cash!

Foto#2: Petugas kasir sedang memproses transaksi pembayaran secara non-tunai. (Foto: Gapey Sandy)

Selesai dari toko buku, perut mulai keroncongan, pertanda lapar. Semangkuk Mie Ramen dengan pedas level tiga, saya pikir menu yang tepat. Kursi dekat jendela selalu jadi favorit saya. Sambil menggulung Mie Ramen dengan sumpit, mata bisa menangkap pemandangan di luar resto. Kelihatan, ada seorang perempuan setengah baya yang nampak sedikit kesulitan memarkir-mundurkan mobil, para pekerja salon mobil yang semangat bekerja, dan awan ‘berombak’ yang melukis birunya langit. Selesai makan, ketika hendak membayar, saya melihat mesin EDC di meja kasir. EDC kependekan dari Electronic Data Capture dan merupakan mesin gesek kartu yang biasa digunakan untuk menerima transaksi pembayaran (purchase) dengan kartu kredit, kartu debet, dan kartu prepaid yang diletakkan di merchants, salah satunya di resto bergaya Jepang ini. Tanpa ba-bi-bu, tak perlu repot … saya bayar menu Mie Ramen dan segelas Lychee Tea pakai kartu debet. Praktis banget!

Setelah puas window shopping, sejurus kemudian saya bersegera pulang. Sebelum benar-benar meninggalkan tempat parkir, saya persiapkan dulu kartu prabayar untuk bayar parkir di loket parkir pintu keluar. Tinggal membuka jendela samping kendaraan, menjulurkan lengan, dan staf parkir yang mengenakan jilbab itu pun menerima sodoran kartu prabayar saya dengan senyum ramah-tamah. Tak perlu gesek, petugas cukup menempelkan kartu prabayar pada mesin EDC yang tersedia. Otomatis, saldo akan berkurang atau terpotong sesuai nilai nominal tarif parkir yang harus saya bayar. Buat saya, pembayaran non tunai di loket parkir sangat memudahkan sekali. Saya jadi tak perlu menyiapkan uang receh. Staf di loket parkir juga tak perlu menghitung uang kembalian yang membutuhkan waktu. Efisien, efektif, dan menghemat waktu. Antrian kendaraan yang juga ingin membayar parkir menjadi tidak terlalu lama menunggu.

Terkait masalah uang recehan kembalian bayar parkir ini, saya jadi teringat status dan foto yang diunggah salah seorang teman di Facebook. Ia menuliskan status cukup bikin geli. Katanya, Abis bayar parkiran. Kembalian duitnya jadi banyak bener. Ckckckckckkk. Melengkapi statusnya, Mia Oktarini, begitu nama teman saya itu, mengunggah foto yang bergambarkan lembaran uang kertas nominal dua ribuan yang banyak sekali, termasuk selembar uang seribuan dan lima ribuan. Hahahaaaaa … kocak juga membayangkan kegalauan hatinya gara-gara bayar parkiran pakai uang tunai, dan kembaliannya pun memakai uang tunai recehan yang jumlahnya bejibun banyak jumlahnya.

Foto#3: Status di Facebook yang mengeluhkan banyaknya uang kembalian. (Foto: Mia Oktarini)

Tak jauh dari mal belanja, melewati SPBU. Jarum indikator bahan bakar memang sudah menunjukkan posisi meninggalkan batas separuh. Mau tak mau, isi bensin dulu. Tak ada antrian di pom bensin yang mengusung semboyan ‘3S’, Senyum, Salam dan Sapa ini. “Isi penuh, ya Mbak,” instruksi saya kepada petugas SPBU yang menyelipkan rambut kuncir kudanya melalui sisi belakang topi. Kelar tutup tanki ditutup, saya menuju meja pembayaran bersama petugas. Ya, di SPBU ini, semua pelanggan memang diberi keleluasaan melakukan praktik pembayaran, bisa cash, atau menggunakan kartu debet maupun kredit. Saya, yang lebih senang menggunakan kartu debet, segera melakukan pembayaran. Tak menunggu lama, prosesnya selesai. Kertas slip pembayaran saya terima berikut pengembalian kartu debet. Yup, tak perlu repot menghitung uang kembalian. Tinggal pencet pin, dan langsung tancap gas lagi.

Demi menghindari kemacetan akibat dampak pembangunan jalur Mass Rapid Transportation (MRT), saya memutuskan untuk masuk jalan tol. Pikir saya, meski perjalanan agak melambung, tapi bebas dari ekses kemacetan yang melelahkan dan melatih kesabaran. Begitu masuk tol, loket pembayaran segera menanti. Uupppsss … rupanya untuk bayar tol, kendaraan yang antri cukup banyak juga. Untung saya punya e-money, yang salah satu fungsinya bisa digunakan untuk bayar tol. Berbekal e-money, saya ambil jalur loket tol paling kanan. Jalur khusus para pengguna tol yang melakukan pembayaran secara non-tunai, atau menggunakan e-money. Istilahnya GTO atau Gerbang Tol Otomatis. Nah, terasa sekali kegunaannya, di saat kendaraan lain antri membayar secara tunai, saya tinggal tap in kartu e-money yang juga berfungsi sebagai e-Toll Card di loket pembayaran, kemudian kendaraan melenggang lancar. Tuh, betapa membayar tol begitu cepat lagi praktis. Terima kasih, e-money.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun