Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kolaborasi, Kunci Ekosistem Dirgantara Indonesia "Terbang Lebih Tinggi" (2)

21 Desember 2022   06:50 Diperbarui: 21 Desember 2022   15:52 1155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekosistem Kedirgantaraan: Industri, Pendidikan, Riset, Otoritas. (Foto: Screenshot Youtube Bappenas RI)

Salah satu pendukung ekosistem industri kedirgantaraan adalah unsur Pendidikan. Dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) Hari Muhamad menerangkan perjalanan perguruan tinggi teknik tertua di Indonesia itu berperan mengembangkan ilmu teknik mesin dan dirgantara.

"Pada 1942, ITB punya Fakultas Teknik Mesin dan Elektro. Didalam perkembangannya, istilah Aerospace diperkenalkan oleh Guru Besar ITB almarhum Prof Oetarjo Diran. Kemudian, baru pada 1962 ada Sub Jurusan Teknik Penerbangan yang merupakan bagian dari Teknik Mesin. Karena di-drive dengan project-project nasional, maka program studi yang sebelumnya itu hanya bagian dari Teknik Mesin, kita (FTMD) lalu menjadi otonom pada 1991, dan kemudian di 1997 menjadi departemen," kisah Hari saat acara Indonesia Development Forum (IDF) 2022 yang bertajuk "The 2045 Development Agenda: New Industrialization Paradigm for Indonesia's Economic Transformation", yang diselenggarakan pada 21-22 November 2022 di Bali.

Saat ini, di Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD), jumlah mahasiswanya kira-kira hampir 2.000 orang, tapi kebanyakan masih S1. Untuk yang S2-nya tidak banyak, apalagi S3-nya. "Dosen kami berjumlah 100 orang. Kami punya sembilan Program Studi (S1, S2 dan S3) yaitu Teknik Mesin, Teknik Dirgantara, dan Teknik Material. Ada juga 10 laboratorium," paparnya.

Dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) Hari Muhamad. (Foto: Screenshot Youtube Bappenas RI)
Dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) Hari Muhamad. (Foto: Screenshot Youtube Bappenas RI)

ITB melakukan banyak kolaborasi untuk meningkatkan keilmuan dirgantara. "Termasuk kolaborasi dengan kalangan industri yang ada di Indonesia, lalu kolaborasi dengan semua unsur pemerintahan yang terkait, dan juga kami punya kolaborasi dengan perguruan tinggi di dalam negeri maupun luar negeri. Serta berkolaborasi dengan badan-badan riset di luar negeri dan  dalam negeri. Ada juga kelas internasional untuk mahasiswa regional," jelasnya.

Kontribusi ITB, lanjut Hari, sudah menjadi jaringan yang luas dan menyeluruh ke semua stakeholders di Indonesia bahkan dunia. "Jadi lulusan kami itu sudah banyak sekali yang dulu terlibat di project NC212, CN235 dan lainnya. Dan pada saat tidak ada kegiatan di industri dirgantara nasional, atau volume kegiatan dirgantara menurun, maka kami melakukan riset-riset dengan pesawat kecil. Ini untuk mempertahankan kompetensi dari dosen-dosen kami, dan mempertahankan kompetensi dari mahasiswa kami yang nantinya banyak juga "dicaplok" oleh perusahaan atau lembaga-lembaga di luar negeri. Pernah suatu ketika, 70% lulusan kami semuanya pergi ke luar negeri. Itu problemnya," ungkap Hari.

Selain melakukan pendidikan untuk mencetak sarjana atau insinyur, ITB juga melakukan kegiatan riset. "Karena kami di perguruan tinggi, selain pengajaran juga melakukan riset dan pengabdian kepada masyarakat. Banyak yang sudah kami lakukan, apalagi akhir-akhir ini kami melakukan riset yang sumber dananya itu dari ITB sendiri, ataupun dananya dari kerjasama-kerjasama kami, baik itu skala nasional ataupun internasional. Kami dapat dana riset. Sekali lagi, riset-riset ini untuk menaikkan kompetensi dari dosen, lalu mahasiswa yang kami didik punya pengalaman untuk melakukan riset juga," tuturnya.

Dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) Hari Muhamad. (Foto: Screenshot Youtube Bappenas RI)
Dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) Hari Muhamad. (Foto: Screenshot Youtube Bappenas RI)

Untuk mengantisipasi dunia kedirgantaraan ke depan itu, ITB punya plan di FTMD. Ini merupakan rencana percepatan penguasaan teknologi strategis dirgantara. "Kami sudah punya master plan yang kami sebut sebagai Aerospace Engineering Education Research and Innovation untuk kita Acceleration (AeRIx). Dananya dari mana? Kalau pemerintah belum punya duit, kami itu sampai-sampai mengumpulkan alumni untuk urunanlah membiayai rencana pembangunan yang kecil-kecil yang sudah kita mulai. Sampai-sampai alumni kami terkenal karena punya motto "Solidarity Forever". Dan tiap tahun kami punya kegiatan ultra-marathon, dari sini kami bisa kumpulkan  dana dari alumni, yang ujung-ujungnya untuk pengembangan di FTMD, dan lebih khusus lagi di AeRIx," bangga Hari.

Terkait rencana percepatan penguasaan teknologi strategis dirgantara, ITB juga akan mengarah tidak hanya ke industri dirgantara yang klasik. Tapi juga sudah mengarah keempat teknologi yang mutakhir, yaitu Additive Manufacturing, Autonomous System & Robotics, Artificial Intelligence (AI) & Machine Learning, serta Simulation & Virtual Reality. "Kita akan push kedepan dalam waktu dekat ini di dalam AeRIx tadi," tukasnya optimistis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun