Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Seni Artikel Utama

Batik Cirebon, Jangan Asal Sebut Mega Mendung

18 Juli 2022   15:12 Diperbarui: 19 Juli 2022   02:50 2931
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bedakan "Mega Mendung" dengan "Wadasan"

"Temuan" tak sengaja saya terhadap motif Batik Mega Mendung pada saat mencermati ukiran kayu "Ganesha Naik Gajah", ternyata sudah pernah juga dimuat dalam satu tinjauan akademis.

Motif Wadasan di kiri dan kanan ukiran kayu Ganesha Naik Gajah mencerminkan watu/batu karang. (Foto: Gapey Sandy)
Motif Wadasan di kiri dan kanan ukiran kayu Ganesha Naik Gajah mencerminkan watu/batu karang. (Foto: Gapey Sandy)

Di tinjauan itu, khususnya pada Bab "Pembahasan Mengenai Makna Motif Batik Wadasan" disebutkan:

"... pun diaplikasikan pada seni kriya yaitu seni ukir salah satunya adalah karya buatan tangan Panembahan Girilaya pada tahun 1588 (di Museum KKC ditulis 1582 -  red) yang di ukiran tersebut terdapat motif hias Wadasan serta Mega Mendung."

Lalu:

"...  terdapat ukiran dengan motif Wadasan pada sisi kanan dan kiri secara vertikal, serta pada bagian atasnya terdapat motif Mega Mendung."

Nah, sesudah melihat bagaimana bentuk ukiran motif "Wadasan" dan "Mega Mendung", kita menjadi paham dua hal. Pertama, kedua motif sangat identik dan mirip. Kedua, perbedaan mendasar hanya pada posisi, yaitu motif "Wadasan" diposisikan ujungnya menghadap ke atas (vertikal), sedangkan "Mega Mendung" posisinya horisontal.

Menurut narasumber yang diwawancarai (2017) untuk tinjauan akademis itu yakni keturunan KKC, Hafid Permadi, banyak orang salah kaprah dengan menyebut motif "Wadasan" sebagai "Mega Mendung". Padahal makna filosofis keduanya berbeda!

Di Goa Sunya Ragi. Batu-batu karang atau wadas yang menjadi motif Batik Keraton
Di Goa Sunya Ragi. Batu-batu karang atau wadas yang menjadi motif Batik Keraton "Wadasan". (Foto: Gapey Sandy)

"Wadasan" berasal dari Bahasa Cirebon, dengan kata dasar "Wadas" yang artinya batu (watu) karas atau batu karang. Kata "watu" pun ada maknanya. "wat" artinya kuat, sedangkan "tu" berarti patuh. Jadi, "watu" atau "wadas" (wadasan) berarti kuat dalam menjalankan kepatuhan! Jangan berpikiran kuat itu secara otot dan raga. Karena makna paling hakiki kuat dalam menjalankan kepatuhan itu tentu saja keimanan seseorang. Iman seseorang yang kuat dan hanya patuh pada Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun