Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

KPM PKH: Harapan Cerah Daniyah dan 'Bakso Joko'

1 Maret 2019   20:27 Diperbarui: 1 Maret 2019   20:39 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Agung Mandela, pendamping KPM PKH berpose bersama Daniyah. (Foto: Gapey Sandy)

Daniyah berbagi cerita.

Sebelum menjadi KPM PKH, Daniyah bersama suaminya, jatuh bangun mencari nafkah. Banyak yang harus keduanya tanggung, mulai dari kewajiban membayar sewa rumah kontrakan, melunasi uang sekolah anak, mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, sampai memutar otak agar bagaimana, esok hari bisa terus berdagang bakso. "Semua cucuran keringat, saya dan suami rela untuk pontang-panting demi keluarga," ujarnya.

Daniyah, anak kedua, dan Tarsono di lapak dagangan baksonya. (Foto: Gapey Sandy)
Daniyah, anak kedua, dan Tarsono di lapak dagangan baksonya. (Foto: Gapey Sandy)
Agung Mandela, pendamping KPM PKH berpose bersama Daniyah. (Foto: Gapey Sandy)
Agung Mandela, pendamping KPM PKH berpose bersama Daniyah. (Foto: Gapey Sandy)
Selain sang suami berdagang bakso keliling menggunakan gerobak dorong, Daniyah juga tidak mau berleha-leha saja di rumah. Ia justru ikut memerah tenaga, menjadi pembantu rumah tangga di rumah-rumah warga perumahan sekitar. Terkadang, bila sedang lesu hasil perolehan dagang bakso, suami Daniyah juga bekerja serabutan. "Ya jadi kuli bangunan, atau apa sajalah semua yang bisa dikerjakan. Saya dan suami ikhlas, dan semangat terus untuk kerja, kerja, dan kerja," tutur Daniyah penuh optimisme.

Kehidupan Daniyah bersama Tarsono di pertengahan tahu n '90-an itu memang serba sulit. Sekadar perbandingan. Harga bakso per porsi saat itu, hanya Rp 300. Sementara kebutuhan hidup, terus merangkak naik.

Beruntung, kata Daniyah, sang suami punya "kebisaan" memproduksi dan menjajakan bakso. Semua kemampuan itu, hasil "berguru" dari kakak kandung suami Daniyah. Meski belum mampu menambal kebutuhan nafkah hidup keluarga, tapi dengan berdagang bakso keliling, keluarga Daniyah merasa punya setitik asa nan cerah.

Flow Chart Mekanisme Pelaksanaan PKH. (Sumber: Kemensos RI)
Flow Chart Mekanisme Pelaksanaan PKH. (Sumber: Kemensos RI)
"Awal mula dagang bakso, suami saya berkeliling dengan gerobaknya. Lalu, mulailah punya lapak dagang sendiri di dekat rumah kontrakan. Sesudah sejumlah pelanggan, mulai merasa kelamaan, kalau harus menunggu gerobak bakso pulang, usai wara-wiri dan blusukan keluar masuk kampong. Jadilah, kami mangkal," kata Daniyah.

Ingatan Daniyah masih sangat membekas. Ketika itu, bakso yang didagangkan suaminya, masih jenis bakso urat, dan bakso halus yang ukurannya kecil-kecil saja. Biasanya, Tarsono mulai keluar rumah mendorong gerobak baksonya pada jam 10.00, dan baru kembali ke rumah pada sekitar jam 22.00. "Ya waktu itu, paling-paling cuma bermodalkan daging bakso, 1,5 kilogram saja. Uang hasil jualan seharian yang diperoleh itu sangat minim," ujar Daniyah.

Tahun terus berganti. Tapi kehidupan Daniyah dan suaminya, Tarsono, masih juga belum berubah. Semua serba pas-pasan, bahkan kadangkala, kekurangan. Maklum, putra sulung juga sudah mulai membutuhkan biaya untuk pendidikan. Itu artinya, Daniyah dan Tarsono mewajibkan diri untuk semakin giat berikhtiar.

Daniyah yakin akan nasehat yang selalu terngiang di kepalanya. "Tuhan tidak akan mengubah nasib seseorang, kalau orang itu tidak mau bekerja dan berusaha." Kalimat itu  saja yang terus mencambuk pikirannya, agar tidak berhenti memutar otak, dan berpikir mencari peluang mendapatkan nafkah halal lagi berkah.

Hak KPM PKH. (Sumber: Kemensos RI)
Hak KPM PKH. (Sumber: Kemensos RI)
Tuhan, pasti tidak akan membiarkan hamba-Nya yang gemar berusaha. Menjemput rezeki-Nya. Seperti, Daniyah. Jerih payah bekerja, membanting tulang, diiringi untaian doa agar hidup yang dijalani semakin baik, akhirnya terjawab.

Bantuan sosial bersyarat dalam bentuk PKH, yang diterima Daniyah sebagai KPM, mulai terasa manfaat positifnya. Biaya pendidikan anak-anak Daniyah, sedikit banyak sudah dapat teratasi, berkat kucuran dana tersebut. "Ketika itu, pada awal-awal menerima PKH, saya rutin, setiap tiga bulan sekali, pergi ke kantor pos. Untuk mengambil dana bantuan sosial PKH itu. Alhamdulillah, prosesnya tidak sulit. Lalu kemudian, seiring waktu berjalan, sistem pencairan dana berganti, dengan menggunakan kartu ATM," ujarnya penuh syukur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun