Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Agus dan Tuli yang Bukan Berarti Berhenti Peduli

23 Juni 2018   06:53 Diperbarui: 23 Juni 2018   08:14 809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Agus Solihin, difabel tuli yang penuh peduli untuk terus menggali potensi diri dengan bekerja mencari nafkah untuk keluarga. (Foto: Gapey Sandy)

Bekerja dan terus bekerja, inilah yang menjadi kebanggaan bagi seorang Agus. Kebanggaan, karena dengan ia bekerja, maka dapat memenuhi tanggung-jawabnya sebagai kepala keluarga.

Agus menikah dengan gadis pujaannya, Wardah (38). Keduanya bertemu ketika sama-sama bekerja di bilangan Tebet, Jakarta Selatan. Wardah, juga seorang difabel, tuli. Wardah pandai memasak. 

"Saya malu kalau ditanya bagaimana pertama kali bertemu dengan Wardah. Yang jelas, saya dan Wardah sempat pacaran selama enam tahun, sampai kemudian memutuskan untuk menikah pada tahun 2000. Kini, keluarga saya tinggal di kawasan Ulujami, Jakarta Selatan," jelas Agus sembari tersipu malu.

Dari kiri ke kanan: Fikri, Wardah, Fajri (digendong), Agus Solihin, dan Rahmah. (Foto: Dokpri. Agus Solihin)
Dari kiri ke kanan: Fikri, Wardah, Fajri (digendong), Agus Solihin, dan Rahmah. (Foto: Dokpri. Agus Solihin)
Dari pernikahannya ini, Agus dan Wardah dikaruniai tiga anak: Syaahizd Fikri yang lahir pada 15 November 2002, Rahmah Hadiyati terlahir pada 24 Februari 2008, dan si bungsu Fajri Khoirul yang lahir pada 21 November 2014.

"Si sulung Fikri juga seorang difabel, tuli. Fikri bersekolah di bangku SMA, sedangkan adiknya Rahmah masih SMP. Sementara Fajri, belum bersekolah. Alhamdulillah, anak-anak saya menurut nasihat orangtuanya. Mereka juga suka membaca. Malah akan semakin asyik membaca dan belajar, apalagi kalau suka saya kasih iming-iming hadiah uang Rp 20.000, misalnya. Meskipun, tanpa iming-iming uang sekalipun, mereka tetap rajin belajar kok," cerita Agus sembari terkekeh.

Agus menceritakan, untuk membantu perekonomian keluarganya, sang istri yang juga seorang tuli, tidak mau hanya sekadar menyesali nasib. Wardah, kata Agus, juga bekerja dari satu petak kontrakan ke petak kontrakan lain, dengan menjadi buruh cuci dan setrika pakaian, serta melakukan pekerjaan rumah tangga lainnya.

Menyadari bahwa perjuangan dirinya dan sang istri begitu berat dalam mencari nafkah keluarga termasuk membiayai pendidikan anak-anaknya, Agus berdoa agar ketiga anaknya menjadi anak yang berguna bagi banyak orang. "Saya berharap mereka rajin belajar, meraih prestasi, dan menjadi orang baik," ujar Agus melalui bahasa isyarat.

Agus Solihin berkomunikasi dengan bahasa isyarat. (Foto: Gapey Sandy)
Agus Solihin berkomunikasi dengan bahasa isyarat. (Foto: Gapey Sandy)
Bagi Agus, pendidikan anak-anak adalah nomor satu. Makanya, ia bersama sang istri jatuh-bangun, banting-tulang mencari penghasilan keluarga. "Jangan sampai anak-anak saya putus sekolah karena tidak punya biaya. Pokoknya, uang bayaran sekolah, ada atau tidak ada pemberian potongan dari pihak sekolah, tetap saya harus usaha untuk lunasi. Supaya anak-anak bisa sekolah dengan tenang," kata Agus.

Di bulan suci Ramadhan kemarin, kata Agus, bekerja harus terus dan tetap dilakukan. "Rasanya tidak ada perbedaan antara bekerja di bulan puasa dengan bulan-bulan lainnya. Karena yang namanya bekerja, sudah menjadi hal biasa bagi saya. Bedanya, di bulan puasa ini, saya dan keluarga bangun lebih pagi untuk makan sahur, lalu saya ajak keluarga shalat Subuh berjamaah. Dan, barulah siap-siap berangkat kerja ke sini. Untuk shalat taraweh saya lakukan di rumah," ujarnya.

Disinggung soal ibadah haji dan umroh, Agus mengaku sangat ingin beribadah ke tanah suci. Oh ya, isyarat kata "haji" ditunjukkan Agus dengan menggerakkan tangannya seperti meletakkan peci atau kopiah di atas kepala.

"Insya Allah, kalau saya bisa pergi haji atau umroh, maunya bareng-bareng dengan istri. Saya bersama Wardah sekarang sudah mulai berusaha untuk menabung untuk biaya pergi haji atau ibadah umroh," ungkap Agus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun