Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

2018, Saatnya Beralih Gunakan BBM Euro-4

1 Februari 2018   13:55 Diperbarui: 6 Februari 2018   13:02 3049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Produksi dan penjualan mobil di Indonesia sepanjang Januari -- April 2016. (Sumber: Gaikindo)

Buruknya kualitas udara di ibukota ini bisa dirlihat dari Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) yang angkanya lebih dari 100. ISPU adalah laporan kualitas udara kepada masyarakat yang menerangkan seberapa bersih atau tercemarnya kualitas udara dan bagaimana dampaknya terhadap kesehatan setelah menghirup udara tersebut selama beberapa jam/hari/bulan.

Udara perkotaan tergolong baik bila memiliki angka ISPU 0 - 50 (hijau), sedangkan pada angka 51 - 100 (biru), tidak sehat pada angka 101 - 199 (kuning), sangat tidak sehat pada 200 - 299 (merah), dan berbahaya pada angka di atas 300 (hitam).

Polusi udara akibat emisi gas buang kendaraan. (Foto: intisari online)
Polusi udara akibat emisi gas buang kendaraan. (Foto: intisari online)
Kualitas udara Jakarta masuk dalam kondisi ISPU sehat hanya 70 - 80 hari saja dalam setahun. Sementara pada hari kerja mulai Senin hingga Jumat, ISPU Jakarta tergolong tak sehat. ISPU di Jakarta mengkhawatirkan. Bahkan di kawasan Asia Tenggara, Jakarta menempati posisi keempat sebagai kota paling berpolusi. Disusul Bandung di posisi kelima.

Selain itu, percepatan penggunaan Euro4 adalah atas pertimbangan teknologi. Dalam hal ini, para produsen mobil Nasional yang terpaksa menerapkan dua standar produksi. Yaitu, pemakaian Euro4 untuk produksi mobil yang dikhususkan untuk pasar ekspor, sedangkan Euro2 demi memenuhi pangsa pasar dalam negeri.

Masih terkait dengan pertimbangan teknologi, tapi kali ini lebih kepada pertimbangan ekspor. Apabila Euro4 diberlakukan, maka produsen mobil dapat leluasa melakukan persaingan ekspor, sekaligus menjawab tantangan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Mengapa? Ya, karena negara ASEAN sudah menggunakan standar Euro4.

"Maka mari kita move on, mulailah menggunakan produk berkualitas Pertamina. Misalnya, meninggalkan Premium dan beralih ke Pertalite maupun Pertamax. Pertamax bisa membuat kendaraan bisa melakukan perjalanan lebih panjang, lebih ramah lingkungan dan mesin lebih awet. Meskipun memang secara harga agak sedikit lebih mahal. Dari sisi konsumen juga menguntungkan karena bandingkan saja penggunaannya: bila menggunakan Premium, maka perbandingannya adalah 1 liter : 10 km, sedangkan Pertamax 1 liter : 12 km, dan Pertamax Turbo 1 liter : 13 km," ujar Adiatma Sardjito, Vice President Corporate Communication Pertamina, dalam satu kesempatan, baru-baru ini di Jakarta.

Pengendara sepeda motor pilih Pertamax di SPBU yang ada di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan. (Foto: Gapey Sandy)
Pengendara sepeda motor pilih Pertamax di SPBU yang ada di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan. (Foto: Gapey Sandy)
Beralih menggunakan bahan bakar yang standarnya lebih tinggi, katanya lagi, memang pilihan konsumen. Tapi pada masa depan nanti, semua seperti "dipaksa" untuk menggunakan bahan bakar yang standarnya lebih tinggi. Karena, produsen kendaraan bermotor akan terus memodifikasi produk-produk kendaraannya dengan spesifikasi mesin yang "mengharuskan" para pembeli menggunakan BBM yang lebih tinggi lagi standar kualitasnya.

"Bahkan boleh dibilang, dari sisi lingkungan dan bisnis, Pertamina seolah ditekan terus-menerus untuk memproduksi BBM dengan standar semakin tinggi. Kalau ini tidak diindahkan maka produsen kendaraan bermotor tidak akan mau tahu apakah Pertamina sudah menyiapkan BBM berstandar tinggi atau belum, mereka akan terus saja memproduksi kendaraan bermotor dengan spesifikasi yang mengharuskan penggunanya menggunakan BBM standar tinggi," ujar Adim, sapaan akrabnya.

Apa yang disampaikan Adim terbukti!

Belum lama ini, negara-negara ASEAN bekerjasama di bidang otomotif, dengan melakukan harmonisasi standar produk otomotif untuk memastikan keamanan, kualitas dan perlindungan lingkungan terhadap produk kendaraan yang diproduksi dan beredar di wilayah regional ini.

Langkah ini diwujudkan melalui pembentukan Kelompok Kerja Produk Otomotif atau Automotive Product Working Group (APWG) sejak 2005. "Guna mencapai sasaran itu, tugas APWG adalah menyusun ASEAN Mutual Recognition Arrangement on Type Approval for Automotive Products atau ASEAN Automotive MRA," kata Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika yang juga Chairman APWG di Jakarta, pertengahan Oktober 2017 kemarin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun