Setiap bisnis hanya punya satu kesempatan emas untuk menciptakan sebuah produk yang superior sebelum akhirnya mereka kehabisan uang
b. Costumer Centric
Setiap pedagang harus punya satu obsesi, yakni obsesi pada pelanggannya. Doktrin ini merupakan hukum besi dalam bisnis. Tapi sangat tidak mudah melakukannya. Pencipta seringkali merasa superior atau paling tahu.
Bila kelak produk kreatifnya gagal, dengan mudah mereka menyalahkan konsumen yang dianggap bodoh atau kompetitor yang jahat. Atau menyalahkan Jokowi.
Di sisi lain, menebak selera pasar bukan sesuatu yang mudah. Tapi sangat mungkin dilakukan. Namun tak mungkin kita bisa menebak selera pasar dan mengujinya bila di awal kita sudah merasa punya jawaban yang benar dan pelanggan harus ikut dengan jawaban kita itu. Jadi, lagi-lagi kita harus beranjak ke pertanyaan selanjutnya: apakah produk yang saya ciptakan ini sesuai dengan keinginan konsumen?
c. Purwarupa
Akui saja, setiap kita yang berbisnis pasti diawali dari sebuah tebakan akan selera pasar. Tapi kita seringkali -- bila tidak selalu -- menindaklanjutinya dengan pertaruhan. Kita menganggap jawaban kita pasti benar.
Sehingga yang kita lakukan selanjutnya adalah memproduksi dan merilis produk hasil tebakan itu dalam jumlah yang langsung besar dan melempar ke pasar. Anda bukan tiket lotere, maka anda harus berhenti melakukan pertaruhan model ini.
Dengan membuat purwarupa, kita sudah berhasil menghindari pemborosan amat besar memproduksi sesuatu yang tak pasti dan tak teruji. Tujuan purwarupa kita adalah untuk menguji reaksi target konsumen.
Ini sama sekali bukan survei pasar ketika anda datang ke calon pelanggan dan membawa kertas checklist lalu bertanya apa yang mereka inginkan. Tidak. Ini sesuatu yang riil yang berasal dari hipotesis anda sendiri.
d. Batch Kecil