Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kurasi Artikel Ekonomi Hilman Fajrian, "Rhenald Kasali"-nya Kompasiana

12 Januari 2018   14:34 Diperbarui: 13 Januari 2018   12:03 1846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Disruption. (Sumber: rumahperubahan.co.id)

Setiap bisnis hanya punya satu kesempatan emas untuk menciptakan sebuah produk yang superior sebelum akhirnya mereka kehabisan uang

b. Costumer Centric

Setiap pedagang harus punya satu obsesi, yakni obsesi pada pelanggannya. Doktrin ini merupakan hukum besi dalam bisnis. Tapi sangat tidak mudah melakukannya. Pencipta seringkali merasa superior atau paling tahu.

Bila kelak produk kreatifnya gagal, dengan mudah mereka menyalahkan konsumen yang dianggap bodoh atau kompetitor yang jahat. Atau menyalahkan Jokowi.

Di sisi lain, menebak selera pasar bukan sesuatu yang mudah. Tapi sangat mungkin dilakukan. Namun tak mungkin kita bisa menebak selera pasar dan mengujinya bila di awal kita sudah merasa punya jawaban yang benar dan pelanggan harus ikut dengan jawaban kita itu. Jadi, lagi-lagi kita harus beranjak ke pertanyaan selanjutnya: apakah produk yang saya ciptakan ini sesuai dengan keinginan konsumen?

c. Purwarupa

Akui saja, setiap kita yang berbisnis pasti diawali dari sebuah tebakan akan selera pasar. Tapi kita seringkali -- bila tidak selalu -- menindaklanjutinya dengan pertaruhan. Kita menganggap jawaban kita pasti benar.

Sehingga yang kita lakukan selanjutnya adalah memproduksi dan merilis produk hasil tebakan itu dalam jumlah yang langsung besar dan melempar ke pasar. Anda bukan tiket lotere, maka anda harus berhenti melakukan pertaruhan model ini.

Dengan membuat purwarupa, kita sudah berhasil menghindari pemborosan amat besar memproduksi sesuatu yang tak pasti dan tak teruji. Tujuan purwarupa kita adalah untuk menguji reaksi target konsumen.

Ini sama sekali bukan survei pasar ketika anda datang ke calon pelanggan dan membawa kertas checklist lalu bertanya apa yang mereka inginkan. Tidak. Ini sesuatu yang riil yang berasal dari hipotesis anda sendiri.

d. Batch Kecil

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun