

"Nantinya kalau orang bertanya, kemana harus belajar membatik di Kota Tangerang, maka jawabannya adalah di Kampung Batik Kembang Mayang sini. Sekaligus menjadi sentra batik dengan bonusnya berupa produksi batik yang kemudian dipasarkan sehingga dapat menghasilkan pendapatan ekonomi yang berujung pada peningkatan kesejahteraan warga," harap Farah yang juga bertekad mempertahankan filosofi batik beserta aneka macam makna dibalik motifnya. "Artinya, kami akan mempertahankan batik Indonesia yang kaya filosofi berikut makna-makna dibalik setiap motif karyanya. Hanya saja, kami yang masih terus belajar membatik belum memperdalam ilmunya untuk hal-hal mengenai filosofi batik".
Meskipun baru beberapa bulan bisa membatik, tapi ibu-ibu pembatik di Kampung Batik Kembang Mayang sudah memiliki landasan formal yang tidak sembarangan, lho. Empat dari mereka, termasuk Farah, sudah berhasil meraih tanda lulus Uji Kompetensi SDM Batik. Bentuknya berupa sertifikasi membatik dalam dua bahasa yang bukan saja berlaku secara nasional tapi juga dunia global pun mengakuinya.
"Pada 11 September kemarin, kami mengikuti Uji Kompetensi SDM Batik yang difasilitasi oleh Kementerian Perindustrian di Rumah Batik Palbatu, Menteng Dalam, Jakarta. Acara ini dilaksanakan secara gratis, dan dari sini, kami berangkat berombongan sebanyak tujuh pembatik. Hasilnya, empat pembatik -- Ibu Farah, Ibu Nar, Ibu Dewi dan Ibu Yeti --- dinyatakan lulus sertifikasi. Sertifikasi ini diakui tidak saja secara nasional bahkan dunia internasional," terang Farah.


"Kami juga belajar bagaimana menyiapkan tempat membatik yang baik, mulai dari kebersihan, ventilasi udara, nyaman dan masih banyak lagi teori lainnya. Termasuk soal limbah membatik. Makanya, di sini, kami tidak pakai celup tetapi batik colet, karena mempertimbangkan masalah pembuangan sampahnya kalau harus pakai yang metode celup. Kalau memakai metode colet, limbahnya paling-paling hanya menyisakan air sisa proses ngelorod saja, tidak banyak jumlahnya," urai Farah.
Motif Kembang Mayang, Filosofi Kebersamaan
Sementara itu, Budi Darmawan selaku penggagas Kampung Batik Kembang Mayang berharap, keberadaan ibu-ibu pembatik yang sudah ada sekarang ini harus terus menularkan dan mengajarkan ilmu membatiknya kepada lebih banyak lagi orang-orang di sekitar lingkungan. "Nantinya, harapan menjadikan Kelurahan Larangan Selatan sebagai sentra batik di Kota Tangerang dapat terwujud dengan lancar, apabila muncul kluster demi kluster pembatik di berbagai lokasi. Semua berawal dari Kampung Batik Kembang Mayang, kemudian meneruskan untuk menciptakan kluster baru, dan begitu seterusnya," ujar sosok yang juga berada dibalik suksesnya penyelenggaraan Jakarta Batik Carnival di Rumah Batik Palbatu ini.


"Motif yang sedang dipikirkan ibu-ibu pembatik dan juga kami di sini adalah motif 'Kembang Mayang'. Namanya memang mirip dengan Kembar Mayang, salah satu asesori penting yang biasanya untuk hiasan suasana pelaminan ketika resepsi pernikahan. Gambarnya nanti dibuat seperti asesori Kembar Mayang, dan punya filosofi bahwa motif Kembang Mayang mencerminkan keindahan apabila seluruhnya bersatu padu. Maknanya, seluruh warga dalam hal ini, kelak adanya kluster-kluster pembatik yang semakin banyak jumlahnya, apabila bersatu padu maka akan menampilkan keindahan, kecantikan, kesejahteraan dan sebagainya," tutur Budi Darmawan.
Selamat atas kehadiran Kampung Batik Kembang Mayang.