Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Lahirlah, Kampung Batik Kembang Mayang

2 Oktober 2017   20:19 Diperbarui: 2 Oktober 2017   22:19 3864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karya-karya batik hasil kreasi Kampung Batik Kembang Mayang. (Foto: Gapey Sandy)

Merasa sudah cukup punya perlengkapan membatik, durasi praktik membatik pun lebih digenjot lagi: setiap Rabu dan Jumat, dari jam 08.00 -- 16.00 wib. Lokasinya? Bersyukur, Ketua RW memberi lampu hijau supaya gedung Posyandu saja yang diberdayagunakan. 

"Usai lebaran kemarin, atau sekitar bulan Juli, kami mulai membeli perangkat untuk proses membatik di Rumah Batik Palbatu. Dananya, lagi-lagi dari kas RT. Sejak itu, kami terus mempraktikkan pelajaran membatik. Alhamdulillah, kami sekarang sudah mulai terbiasa dan hasilnya, pada Senin, 2 Oktober 2017 ini, bertepatan dengan Hari Batik Nasional, kami melakukan soft launchingKampung Batik Kembang Mayang di Kelurahan Larangan Selatan, Kecamatan Larangan, Kota Tangerang ini," terang Farah bangga.

Meski baru belajar membatik dan mengasah 'pede' untuk menuangkan karya kreatif menggunakan canting di atas kain, tapi karya-karya pembatik pemula ini sudah mulai menampakkan hasil. Makanya, kalau kelak dari aktivitas di Kampung Batik Kembang Mayang ini para ibu-ibu dapat menghasilkan pemasukan secara ekonomi, Farah menganggap hal demikian adalah sebagai berkah sekaligus bonus.

 "Sekarang ini, karena masih dalam tahap praktik pembelajaran membatik, maka kami masih membatik dengan ukuran yang kecil. Belum seukuran kain lebar. Tapi, insya Allah, kedepannya kami akan memproduksi batik dengan ukuran kain 2 x 1 m, sehingga dapat digunakan untuk membuat busana pria maupun wanita. Selain itu, kami juga berharap untuk terus bisa melahirkan model pola-pola sendiri, untuk kemudian hasilnya kami pasarkan, sehingga dapat menghasilkan pendapatan ekonomi yang oleh ibu-ibu di sini dianggap sebagai bonus," urainya.

Tembok rumah warga di Jalan Mayang yang sudah dibuat mural batik. (Foto: Gapey Sandy)
Tembok rumah warga di Jalan Mayang yang sudah dibuat mural batik. (Foto: Gapey Sandy)
Tembok rumah warga dibuat mural batik. (Foto: Gapey Sandy)
Tembok rumah warga dibuat mural batik. (Foto: Gapey Sandy)
Apakah pembatik di Kampung Batik Kembang Mayang ini sudah mulai memperkenalkan motif etnik, atau motif khas kebanggaannya sendiri? Jawabannya, hingga kini masih belum ada. Maklumlah, toh mereka masih belajar dan terus belajar hingga nanti piawai. Upaya perdana dalam pembelajaran adalah bagaimana menarik minat untuk membatik terlebih dahulu. Soal motif, bukanlah prioritas paling nomor wahid. Meskipun, saat ini motif khas masih dan sedang terus dipikirkan.   

"Untuk sementara ini, motif batik yang kami buat bukan batik etnik atau batik batik tradisional. Kami mencoba lebih kekinian, supaya para remaja dan anak-anak di sini juga tertarik untuk belajar membuat batik dengan kreasinya sendiri. Artinya, mereka akan mengerti bahwa ternyata motif batik bukan cuma sekadar seperti yang etniknya tradisional saja. Begitu juga dengan pewarnaan yang lebih kontras dan pilihan warna mencolok. Istilahnya, batiknya dibuat dengan motif kekinian," ungkap Farah.

Soal motif khas kampung batik ini, uajr Farah, semua sedang memikirkan mengenai hal ini. "Nah, sampai sekarang yang sudah terpikirkan adalah membuat motif Kembang Mayang, yang kalau digambarkan mirip 'Kembar Mayang' untuk asesoris pesta pernikahan, dengan ada janur-janur menjuntai lengkap dengan ornamen lainnya," terang Farah yang kediamannya berseberangan dengan gedung Posyandu.

Rumah warga di Jalan Mayang yang temboknya dibuatkan mural batik. (Foto: Gapey Sandy)
Rumah warga di Jalan Mayang yang temboknya dibuatkan mural batik. (Foto: Gapey Sandy)
Tas dengan hiasan batik karya pembatik Kampung Batik Kembang Mayang. (Foto: Gapey Sandy)
Tas dengan hiasan batik karya pembatik Kampung Batik Kembang Mayang. (Foto: Gapey Sandy)
Menurut Farah lagi, untuk sementara ini, proyeksi yang sedang dilaksanakan adalah para pembatik yang aktif berkarya di Kampung Batik Kembang Mayang, harus menjadi pengajar membatik. Sambil mengajarkan kembali cara membatik kepada siapa saja yang tertarik mempelajarinya, tetap juga melakukan produksi demi produksi. Sehingga syukur-syukur bisa semakin merambah ke pasar batik yang ada di sekitar lingkungan terdekat terlebih dahulu. 

"Nantinya, siapa saja yang hendak belajar membatik di Kampung Batik Kembang Mayang ini, kami akan sediakan fasilitas belajarnya pada setiap hari Sabtu dan Minggu. Biasanya, untuk anak-anak sekolah, dan ibu-ibu yang sibuk bekerja," kata Farah sembari mengatakan bahwa sebelum soft launching Kampung Batik Kembang Mayang, gaung kegiatan membatik di lingkungan sini sudah sampai ke Pak Walikota Tangerang, melalui beberapa kali informasi dan komunikasi yang disampaikan. "Sehingga insya Allah, Kecamatan Larangan ini pada akhirnya akan dijadikan Kampung Batik," optimis Farah.

Karena sudah menjadi harapan dan keinginan dari warga untuk menjadikan Kelurahan Larangan Selatan menjadi sentra batik di Kota Tangerang, maka sedikit demi sedikit semua pihak mulai berusaha untuk berpartisipasi aktif demi kesuksesannya. Beberapa bahagian kantor kecamatan mulai 'digambari' batik, begitu juga kantor kelurahan, dan sudah pasti tembok-tembok rumah warga. 

"Demi mendukung terwujudnya Kampung Batik Kembang Mayang ini, silakan lihat sendiri bahwa sekarang, gedung kantor kelurahan pun sudah dibuatkan ornamen batiknya pada beberapa bagian. Begitu juga dengan kantor kecamatan yang mulai dikerjakan pembuatan ornamen batik pada beberapa bagian gedung. Hal yang sama dilakukan juga pada bagian-bagian tembok rumah warga," ujar Farah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun