Dua orang pengemudi ojol sedang berteduh di pos ronda sebuah komplek sambil menunggu ponsel mereka berbunyi menginformasikan orderan. Dudung dan Imat, sudah dua jam lebih duduk sambil ngobrol ngalor ngidul.Â
Kedua ojol ini sedang memandangi ponsel mereka, sambil sesekali membaca konten berita-berita di media sosial yang berseliweran di layar handphonenya.Â
Dudung geleng-geleng kepala sambil membaca. Dari salah satu postingan tertera rangkaian kalimat; "Negeri ini sedang sangat tidak baik-baik saja. Sudah terlalu banyak kekacauan yang terjadi. Masyarakat sudah semakin terhimpit, secara moril dan lebih-lebih lagi materiil."
Dudung merasa terwakili dengan isi postingan tersebut.Â
"Emang pejabat di negeri ini cuma diisi sama orang-orang serakah. Mereka sudah nggak punya hati dan pikiran bersih setelah duduk enak di atas jabatannya di sana," gerutu Dudung.Â
"Ketika jutaan penduduk masih susah payah memeras keringat demi kehidupan yang layak, sebagian orang lain cuma mikirin untuk menumpuk kekayaan dengan menindas, tanpa setetes keringat pun yang terkuras," lanjutnya lagi.Â
Imat hanya manggut-manggut, tanpa ekspresi.Â
"Kita narik panas-panasan, dari pagi sampai malam, dapatnya cuma dua puluh, paling mentok lima puluh ribu. Mereka sudah duduk-duduk doang di gedung ber-AC, dapat uang rapat jutaan sehari. Segitu enaknya idup, masih juga ngerampok duit negara."
Dudung makin manyun. Sementara Imat tak mengeluarkan suara selain manggut-manggut.Â
"Omong kosong kalau mereka bilang kalau mereka juga bekerja dan memeras otak memikirkan nasib rakyat. Kalaupun mereka berkilah bahwa sidang atau rapat bisa sampai begadang, kita-kita juga cari duit sampe begadang-begadang."Â
Ucapan Dudung kian berapi-api. Tanpa disadari berita itu memancing emosinya hingga ke ubun-ubun.Â