Mohon tunggu...
Galuh Wibie
Galuh Wibie Mohon Tunggu... Jurnalis, Content Creator, Script Writer.

Menulis segala; news, artikel, fiksi, skenario.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Uang Tutup Mulut

2 Oktober 2025   21:38 Diperbarui: 2 Oktober 2025   21:38 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ayah dan anak. (Gemini AI) 

Mata Zaki memerah. Bukan lantatan menangis, tapi dari sorotnya nampak amarahnya yang terpendam bakal segera tercuat. 

"Ini kemauan Zaki sendiri. Zaki mau cari uang sendiri. Karena papa nggak pernah mau tahu apa yang Zaki mau. Papa kira papa sudah nyukupin semua kebutuhan Zaki?"

Tamparan keras melayang ke arah wajah Zaki. Tapi sekian centimeter sebelum mengenai sasaran, tangan Zaki sudah menepis tangan ayahnya dengan sama kuat. Dan Zaki makin murka. Lebih murka dari amarah sang ayah. 

"Jangan kira Zaki nggak tahu kalau uang papa bukan cuma buat keluarga ini saja. Papa punya perempuan lain kan? Dan sekarang papa juga punya anak lagi yang masih bayi.." 

Dimas tercekat. Jantungnya berdebar kencang. Detak jantung yang kuat membuat dadanya serasa sesak seketika. Dimas pucat. Bukan lantatan serangan jantung, tapi lebih karena takut, bingung dan cemas. Kepalanya pening karena memikirkan apa yang harus ia katakan pada istrinya dan apa yang akan terjadi setelahnya. 

"Mulai sekarang jangan pernah ngelarang Zaki lagi. Papa sudah ngancurin semuanya.. Jadi rasakan sendiri akibatnya.." tegas remaja berusia 17 tahun itu sambil melangkah pergi dan membanting pintu rumah. Braaakk!!! 

Dimas tak mampu membuka mulut. Tubuhnya kaku. Sia-sia ia menyembunyikan rahasia yang selama dua tahun terakhir ini ditutupnya dengan sangat rapat. 

Jarak Jakarta-Subang bukan sejengkal. Butuh waktu dua jam lebih untuk mencapainya. Itupun masih harus ditambah satu jam perjalanan lagi menuju rumah Yati di dusun terpencil yang jauh dari keramaian. 

Di sanalah Yati tinggal, atau lebih tepatnya disembunyikan. Ia tinggal bersama Raihana, buah hatinya dengan Dimas yang usianya belum genap satu tahun. 

Meski begitu, meski Dimas sudah mengirim Yati ke tempat terpencil ternyata masih saja bau busuk itu tercium. Dan orang yang mengetahui pertama kali adalah Zaki, anak laki-laki Dimas yang selama ini tak banyak bicara. 

Dimas dengan napas yang masih tersengal melangkah cepat menuju kamar Zaki. Ini kali pertamanya masuk ke kamar anak laki-kakinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun