Mohon tunggu...
Galuh Trianingsih Lazuardi
Galuh Trianingsih Lazuardi Mohon Tunggu... wiraswasta -

Forza Lazio!\r\n\r\nhttp://galuhtrianingsihlazuardi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

The Doctor

31 Mei 2012   20:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:32 666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13384965141710276217

The Doctor oleh Galuh Trianingsih Lazuardi © 2012 [caption id="attachment_191864" align="alignleft" width="300" caption="sumber foto: www.calcio.fanpage.it"][/caption] Antiklimaks! Mungkin itulah kesan yang didapatkan fans Lazio dengan kedatangan Vladimir Petkovic di Formello Kamis ini. Setelah hingar-bingar pencarian pengganti Reja yang melibatkan wacana tentang Di Matteo, Mazzarri, Dunga, van Gaal dan beberapa nama besar lain. Petrovic, nama “asing” yang tiba-tiba menyeruak di saat-saat akhir, tidak sepopuler keempat nama di atas. Tetapi, hampir delapan tahun bersama Lotito, hal semacam ini tentu bukan lagi kejutan. Lotito merupakan anti-tesis Cragnotti. Dia sangat menjaga laporan keuangan Lazio agar tidak defisit dan selalu dalam koridor “financial fair play”. Manuver murah-meriah semacam ini merupakan konsekuensi logis strategi keuangan yang diterapkan Lotito. Ada sederetan kriteria ideal bagi pelatih yang akan duduk di kursi panas Lazio. Pertama, dia harus relatif muda, imajinatif dan seorang “risk taker”. Petkovic memenuhi persyaratan ini. Kedua, dia haruslah orang yang paham dan berpengalaman di Serie-A. Kasta tertinggi Lega Calcio ini sangat berbeda dengan liga lainnya. Memaksakan suatu pola yang asing akan menjadi bumerang bagi pelatih yang kurang mampu melakukan adaptasi secara cepat. Lihatlah apa yang terjadi dengan Rafael Benitez di Inter atau Luis Enrique di Roma. Hanya pelatih asing sekaliber Sven Goran Eriksson dan Jose Mourinho yang mampu melakukannya. Semoga Petkovic memiliki kebijaksanaan untuk cepat memahami karakteristik Serie-A. Persyaratan ketiga merupakan yang terberat. Petkovic harus mampu tegar dan piawai bernegosiasi dengan manajemen untuk mendapatkan dukungan memadai sesuai kebutuhan tim. Dia harus mampu untuk juga memosisikan dirinya dalam fungsi Direktur Olahraga, karena pengemban jabatan ini, Igli Tare, selama ini tak ubahnya hanya berfungsi sebagai ajudan Lotito. Bukan Reja yang terlalu penurut, tetapi bukan juga seperti Delio Rossi yang pemberani tetapi mudah menyerah dan angkat kaki. Sekali lagi, semoga Petkovic mampu duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan Tare dan Lotito. Bukan Nama Besar Petkovic yang dilahirkan di Sarajevo, Bosnia (dulu Yugoslavia), 48 tahun yang lalu memang bukan nama besar. Sebagai pemain, Petkovic kurang dikenal, tidak pernah memperkuat timnas, dan banyak berkiprah di klub-klub divisi dua atau papan bawah. Memulai karir di FK Sarajevo, Petkovic kemudian hijrah ke Swiss di klub FC Sion, AK Bellinzona dan Locarno. Karir kepelatihannya dimulai 1997 di AK Bellinzona. Tiga tahun kemudian pindah ke AC Lugano. Setahun kemudian dia kembali ke AK Bellinzona yang saat itu bermain di divisi dua. Petkovic berhasil membawa asuhannya ke final Swiss Cup 2008 sekaligus membawa AK Bellinzona promosi ke Swiss Super League. Ini membawanya menjadi pelatih BSC Young Boys. Di klub di kota Bern ini Petkovic berhasil membawa klubnya menjadi peringkat dua liga. Petkovic cukup menarik perhatian disini dengan paham sepakbola menyerangnya dan dengan formasi andalannya 3-4-3. Di AK Bellinzona, Petkovic menemukan dan memoles Senad Lulic muda dam memboyongnya ke BSC Young Boys. Lulic mendahului Petkovic dengan bergabung bersama Lazio awal musim lalu. Tiga musim bersama BSC Young Boys, pada Mei 2011, Petkovic dipecat setelah timnya bermain seri 1-1 melawan FC Lucerne dan klubnya hanya menempati posisi tiga klasemen akhir liga di belakang FC Zurich dan FC Basel. Setengah musim menangani klub Turki, Samsunpor, Petkovic kembali ke Swiss menjadi pelatih sementara FC Sion yang berada di ambang degradasi. Petkovic berhasil menyelamatkan FC Sion serta mengakhiri musim ini di peringkat 10 Swiss Super League. The Doctor Petkovic terkenal dengan sepakbola menyerangnya dalam formasi 3-4-3 atau 4-1-4-1. Dia mendapatkan julukan The Doctor di Swiss karena terkenal dengan ketelitiannya merancang permainan secara detail. Kini, The Doctor telah berada di Formello untuk menyelesaikan segala urusan administrasi dan siap diperkenalkan oleh manajemen Lazio ke publik. Ini bukan antiklimaks, ini permulaan baru buat Lazio. Tak ada gunanya mewacanakan kebijakan Lotito. Kita hanya berharap, The Doctor akan memberikan yang terbaik, minimal lebih baik daripada yang telah diberikan Reja. Berikan kami posisi Liga Champions musim depan. Dan tentu saja, kemenangan di Derby della Capitale. Selamat datang, Petkovic. Avanti Lazio!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun