Mohon tunggu...
Galuh Ayu
Galuh Ayu Mohon Tunggu... lainnya -

seorang gadis biasa yang lebih suka dianggap biasa-biasa yang punya mimpi yang tidak biasa yang selalu berpikiran yang tidak biasa dan selalu mendengar orang berkata luar biasa namun selalu mengingat bahwa hanya DIA lah yg LUAR BIASA

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tergoyahkan?

20 April 2011   11:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:36 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1303300901190268833

Seminggu yang lalu mimpi dan keyakinan itu masih terpatri kokoh di sini. Aku ingin melakukan apa yang aku ingini. Aku masih ingin ke tempat-tempat yang ingin aku datangi. Aku masih ingin bertemu dengan mereka yang ingin aku temui. Aku ingin berbagi dengan mereka yang mau berbagi denganku. Berbagi mimpi, harapan, kisah, kebahagiaan, tawa, canda. Tanpa perlu memikirkan apa yang akan terjadi esok hari.

Yang aku inginkan adalah melewati hari ini dengan bahagia. Dan tentu saja bahagia dengan caraku sendiri. Jika kelak apa yang aku pilih nanti akan membuatku terpuruk, gagal, bersedih bahkan hancur. Biarkan saja. Biarkan seperti itu. Pada akhirnya aku sendiri yang akan memapah langkah ini sendiri. Aku tidak mau berharap ada yang bersedia mengangkatku dari keterpurukan. Sebab mereka pasti lebih mengutamakan kepentingannya yang lain. Jika hal ini terjadi biarkanlah. Biarkan saja. Berdiam dirilah di sana.

Mungkin benar, keyakinanku ini sangat bertentangan dengan apa yang mereka pikirkan. Terlalu mulukkah? Terlalu mengkhayal? Atau terlalu mustahil? Entahlah. Yang jelas, akhir-akhir ini aku merasa keyakinan & mimpiku mulai tergoyahkan. Goyah, karena tuntutan, keinginan dan harapan mereka begitu berseberangan dengan jalan pikiranku. Anehkah aku? Selalu berbeda pemikiran. Selalu melawan arus. Aku hanya diam, karena aku merasa tidak punya daya untuk mematahkannya. Ingin rasanya aku berteriak, tiap kali apa yang aku dengar membuatku tertunduk membisu.

Tahukah mereka, itu adalah keinginan mereka. Itu cara mereka. Itu mereka. Bukan aku. Haruskah aku menyalahkan diri sendiri? Lalu menyadari bahwa merekalah pemenang dari semua kegoyahan hati ini? Ya, apakah untuk kesekian kalinya aku membiarkan mereka menang. Mereka pasti akan tersenyum penuh kemenangan, ketika aku mengiyakan kendali mereka. Aku memang tak punya kendali apa-apa. Tapi bukan berarti aku ingin memiliki kendali. Kendali hanya akan merenggut kebebasan dari jiwa yang sebenarnya.

Saat ini, aku tidak mau yang lain kecuali merapikan keyakinan-keyakinan, keteguhan-keteguhan hati ini yang tampak sedikit retak dimana-mana. Aku masih ingin menjaganya. Aku masih akan menyimpannya erat-erat. Aku masih ingin menjadi aku. Bukan kamu, dia, kalian, atau pun mereka. Tolong, mengerti saja.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun