Mohon tunggu...
Galih Deornay
Galih Deornay Mohon Tunggu... Mahasiswa - i am a student of international relations, international issues and applied theory in international relations studies is getting me addicted to why and what the world is constructed today. more than that, I am a baby learning to walk in my mother's arms.

"Bukan untuk sekolah saya hidup, tetapi untuk hidup saya sekolah."

Selanjutnya

Tutup

Politik

Afghanistan; Taliban Regime and The Humanitarian Crisis, Siapa yang Harus Bertanggung Jawab?

26 Maret 2022   00:28 Diperbarui: 26 Maret 2022   00:49 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Suatu pengantar; Siapa itu Taliban?

Taliban bukanlah kelompok ekstrimis yang sama seperti al-Qaeda ataupun ISIS. Taliban adalah pemain paling signifikan di Afghanistan mereka hanya menginginkan Afghanistan, dapat dikatakan mereka adalah gerakan nasionalis yang kemudian ingin membebaskan negaranya dari negara lain sebut saja Amerika. Al-Qaeda adalah kelompok jihad transnasional yang berusaha membangun kembali jaringannya. Begitu pula ISIS, tetapi perjuangan mereka tidak akan mudah karena mereka adalah musuh bebuyutan al-Qaeda dan Taliban," seperti yang dialporkan oleh BBC. Sebenarnya ini jelas dalam resolusi DK PBB nomor 1998, pada awalnya Taliban merupakan kelompok yang dimasukan kedalam kesamaan dengan kelompok Alqaeda/ISIS pada 2002, kemudian berkembang karena terjadi penolakan dan tuntutan dari negara sahabat sebut saja salah satunya Indonesia, mencabut paradigma dan blacklist oleh PBB kepada Taliban.

Perlu kita ketahui bersama bahwa; Taliban adalah kelompok yang memperjuang kebebasan masyarakat Afganistan dari intervensi negara lain yang kemudian mendalangi sebuah pemerintahan boneka, oleh negara lain. sebut saja Amerika dan sistem pemerintahan boneka yang dibentuknya dalam kepemimpinan Ashraf Ghani dan wakilnya Amrulah salleh sebelumnya. Taliban mengingini pemerintah yang bebas tanpa ada kontrol dari pihak lain. Dan membangun kembali Afganistan sesuai dengan ajaran islam.

Afghanistan dalam Rezim Pemerintahan Taliban

Pengambilalihan dan keberhasilan Taliban dalam  mengambilalih wilayah Afghanistan saat ini, jauh lebih cepat dari perkiraan banyak orang. Keberhasilan ini bukanlah sebuah keberhasilan Taliban melainkan keberhasilan semua masyarakat Afghanistan dalam mengusir penjajah.  Jenderal Austin Miller, komandan misi pimpinan AS di Afghanistan memperingatkan pada Juni awal sebelum terjadi transisi kekuasaan, bahwa afganistan kemungkinan menuju perang saudara yang kacau.

Jadi, logikanya ketika kemunduran Amerika adalah; dimana Amerika sadar bahwa dalam kurun waktu dekat atau beberapa tahun kedepan pasti Taliban akan berkuasa kembali.  Selai itu kemunduran AS tersebut adalah  strategi untuk memecah Afganistan menuju perang saudara. Namun pasukan pemerintah dan kelompok pejuang Taliban sadar bahwa jika terjadi perlawanan maka akan terjadi perang saudara yang sangat buruk. saya pikir jelas disini dalam pidato Presiden Ghani bahwa lebih baik dia meniggalkan negaranya dari pada harus berperang dengan rakyaktnya sendiri. Begitulah yang terjadi jika tidak ada kesesuaian antar pejuang Taliban dan Pasukan militer Pemerintahan presiden Asraf Ghani, yang tiba-tiba kehilangan dukungan dari Amerika.

Kondisi Afganistan pasca transisi kekuasan pada tahun lalu yang ditandai dengan berpulangnya pasukan militer AS, mengalami gejolak dan itu benar adanya, mulai dari  kekhawatiran dan ketakutan masyarakat Afganistan terhadap sebuah rezim yang baru. Saya pikir, kita semua pasti akan mengalami hal yang sama jika kita berada pada sebuah negara yang selalu dilanda konflik dan perang. Pada awal berpulangnya Amerika, Taliban hampir menguasai Afghanistan sepenuhnya. Selain itu, kondisi di Afganistan berangsur membaik di berbagai wilayah seperti Kandahar, Kobul, Herat dan Masyar i-syarif, dan beberpa provinsi lainya. hal ini ditandai dengan aktivitas masyrakat yang sudah berjalan sebagaiman mestiya, kemudian: sekolah-sekolah berjalan seperti biasa serta tidak ada pembatasan secara khusus bagi perempuan baik dalam menjakaun wilayak publik ataupun sekolah. Jadi semua orang memiliki kebebasanya yang sesuai porsinya. Saya pikir disini jelas bahwa pernyataan mentri luar negeri Taliban  Amir Khan Mutaqqi dalam pertemuan Afghanistan di Islamabad yang dihadiri negara-negara Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dan beberpa negara lain bahwa: penguasah baru Afghanistan mebolehkan perempuan menggeluti pendidikan dan bekerja.

Sejauh ini Pemerintahan Taliban belum memiliki agenda luar negeri, seperti yang disampaikan juru bicara   Mulla Bradar politisi urusan politik Taliban dalam wawancaranya dengan media Indonesia, "bahwa kami memiliki agenda politik kami dalam negeri untuk membebaskan negara kami dari pendudukan pihak lain, ini adalah bagian dari hak kami dan seluruh masyarkat Afghanistan untuk merdeka. Setelah itu kami akan membangun kembali negara kami dan membentuk kehidupan yang lebih baik mulai dari membuka lapangan kerja dan membuat negara kami berkembang. Itu adalah fokus kami saat ini, dan disaat yang bersamaan kami tidak akan pernah mengisinkan orang lain untuk mengunakan afganistan untuk melawan negara lain." Hal tersebut kemudian jelas dapat kita temukan dalam Perjajian Doha.

Krisis Kemanusian Afghanistan dan Tantangan untuk Rezim pemerintahan Taliban saat ini.

Megutip dari VOA Indonesia (2022);  Program Pangan Dunia PBB (WFP) mencatat tingkat kelaparan akut di negara tersebut mencapai rekor baru dimana sekitar 23 juta atau lebih dari setengah populasi negara tersebut mengalami kelaparan akut. Sedangkan hampir sembilan juta warga lainnya berada dalam kondisi hampir terjebak dalam situasi kelaparan. Sekitar hampir 1 juta balita berisiko meninggal dunia akibat kekurangan gizi. Empat per lima dari negara ini mengalami kekeringan yang parah atau serius. Sekitar 70 persen orang Afghanistan tinggal di daerah pedesaan, dan 85 persen memperoleh pendapatan dari pertanian. Sekitar 3,5 juta warga Afghanistan telah mengungsi akibat kekerasan, kekeringan dan bencana lainnya, termasuk di antaranya sejumlah 700.000 warga yang mengungsi pada tahun lalu. Sedangkan menurut laporan Program Pembangunan PBB (UNDP); 97% warga Afghanistan jatuh dalam garis kemiskinan akut pada pertengahan 2022, sedangkan setengah dari populasinya hidup dalam kemiskinan sebelum Taliban berkuasa pada tahun lalu.

Saat ini, bentuk ancaman tidak lagi dilihat dari bentuk ancaman tradisional yang hanya mengembangkan konsep ancaman dalam bentuk kekrasan dan militer. Terlepas dari itu, ancaman terhadap keamanan manusi sudah mengalami transformasi ke hal-hal yang non tradisonal, yang kemudian mencakupi ancaman ekonomi, ancaman pangan, ancaman politik, ancaman lingkungan, dll-.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun