Pada dasarnya, setiap manusia terlahir dengan kekurangan dan kelebihan yang dimiliki, tidak terkecuali dengan mereka yang memiliki keterbatasan pada fisik maupun mental atau yang disebut dengan difabel. Keterbatasan tersebut tidak menjadi penghalang bagi mereka dalam mengembangkan sebuah potensi yang ada dalam diri mereka. Bahkan penyandang difabel dapat membuktikan bahwa mereka bisa mandiri dan setara dengan yang lain. Hal tersebut tentunya ditunjang oleh pembentukan mental dari keluarga dimana peran keluarga sangat penting dalam memberikan pendidikan pertama pada anak. Karena dukungan dari keluarga ini sangat mempengaruhi psikologis seorang difabel untuk memiliki rasa percaya diri.
Seperti halnya yang dialami oleh Bapak Rohim (37), seorang difabel dengan ketidaksempurnaan pada kaki kirinya akibat suntikan yang diberikan pada saat panas tinggi semasa kecil, menyebabkan dirinya mengalami keterbatasan golongan Tuna Daksa, yaitu polio. mempunyai latar belakang dari keluarga militer membuat Bapak Rohim menjadi manusia yang disiplin, berani, percaya diri dan kuat dalam menjalani kehidupan ditengah keterbatasan yang dimilikinya. Dukungan yang diberikan oleh keluarga mampu meyakinkan Bapak Rohim untuk mengembangkan potensinya dalam mendesain. Hingga akhirnya ia mampu mendirikan sebuah usaha yang bernama "Gallery Biru".
Adanya pengaruh dari keluarga bapak Rohim dan lingkungan sekitarnya selaras dengan teori tindakan sosial, teori ini dikembangkan oleh Max Weber. Dalam buku "Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda" oleh George Ritzer, teori Weber dalam buku ini menguraikan bahwa tindakan individu selama tindakan tersebut memiliki makna atau arti subjektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain termasuk kedalam tindakan sosial. Seperti halnya situasi Bapak Rohim dimana saat ini beliau memiliki mental mandiri, hal tersebut akibat dari tindakan individu ayahnya yang menyembunyikan alat bantu berjalan yang diarahkan untuk membiasakan Bapak Rohim berjalan tanpa alat bantu sedari kecil. Dengan kata lain, tindakan tersebut bermaksud melatih Bapak Rohim untuk tidak memiliki kendala dalam mencari potensi diri, karena hambatan terbesarnya dalam berjalanpun dapat ia atasi.
Bentuk keberhasilan dari kemandirian Bapak Rohim mengasah diri, terbentuklah Gallery Biru. Galerry Biru sendiri merupakan usaha percetakan yang berdiri sejak tahun 2007 hingga saat ini. Bermula dari modal orang tua dan sebuah komputer yang difasilitasi oleh kakaknya, Bapak Rohim merintis usaha dengan cara membuat brosur dan proposal untuk mengenalkan usahanya dengan mendatangi Instansi, Organisasi, UMKM, dan sekolah di kabupaten sekitar Jember. Setelah usaha Galerry Biru berkembang, Bapak Rohim mulai berani meminjam modal di salah satu bank yang jumlahnya tidak sedikit. Walaupun usaha percetakan ini tidak tergolong usaha yang memiliki keuntungan yang besar, tidak mematahkan semangat Bapak Rohim untuk terus melanjutkan usaha Galerry Biru ini. Terbukti hingga saat ini Bapak Rohim memiliki rekan berjumlah lebih dari 5 orang dan jangkauan pasarnya sudah meluas.Â
Mengingat bagaimana Bapak Rohim berada pada posisi seperti ini sangat menggerakkan hati, bahwa dalam memperjuangkan potensi yang dimiliki dengan diawali dari dukungan penuh dalam keluarga, membuat Bapak Rohim berani dan mampu untuk belajar secara otodidak (belajar sendiri). Walaupun tidak ada bantuan dari pemerintah pada awal pendirian usahanya saat itu, tetapi Bapak Rohim mampu mayakinkan diri sendiri dan berhasil membuktikan bahwa apa yang kita kerjakan dengan kemauan yang keras dan dukungan dari keluarga akan membuahkan hasil yang baik. Namun sayangnya tidak semua lingkungan keluarga dapat sadar akan pentingnya dukungan keluarga ini. Seperti yang diucapkan Bapak Rohim " Di daerah Panti sendiri masih banyak orang tua yang menyembunyikan dan menganggap anak difabel itu aib keluarga. Sehingga mental tidak setara itu sudah terbangun sejak di lingkungan keluarga. Sedangkan pemerintah tidak melirik hal ini, fokusnya hanya kepada pendekatan kesehatan". Sehubungan dengan hal ini, Bapak Rohim memiliki harapan terhadap pemerintah untuk menyediakan kelas khusus bagi para orang tua yang memiliki anak penyandang difabel yang bertujuan untuk bisa membangun mental yang kuat dan setara dengan anak non-difabel.
Penulis : Bilyan Mutiara Mustika, Tiara Sulys