Mohon tunggu...
Galen
Galen Mohon Tunggu... Pengacara (Pengangguran Banyak Acara)

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Politik

Adarusa

4 Agustus 2025   19:28 Diperbarui: 25 Agustus 2025   13:03 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tahanan KPK (gesuri.id)

Adarusa berselimut senyum palsu, memintal janji semu, lalu pergi meninggalkan luka yang lama sembuhnya.

Definisi:
(n) orang yang meminjam sesuatu (tentang uang atau barang), tetapi tidak ada kemauan untuk mengembalikan uang atau barang tersebut.


Adarusa: Perampok Berdasi yang Merampas Uang Rakyat

Adarusa adalah istilah yang sangat tepat untuk menggambarkan seseorang yang hanya meminta tanpa pernah mau memberi kembali. Mereka memanfaatkan kebaikan dan kepercayaan orang lain demi keuntungan pribadi semata. Sikap semacam ini bukan hanya mencerminkan sifat serakah, tetapi juga menunjukkan kurangnya rasa tanggung jawab dan integritas. Dalam konteks ini, adarusa menjadi simbol perilaku yang merugikan dan merusak tatanan sosial.

Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, kata adarusa sering kali dijadikan sindiran tajam yang menyasar kepada perilaku koruptif dan penyalahgunaan kekuasaan. Koruptor adalah contoh nyata dari adarusa yang paling merugikan masyarakat luas. Mereka tidak hanya mengambil dana negara, baik melalui pajak maupun anggaran pemerintah, tetapi melakukan hal itu dengan motif demi kepentingan pribadi yang tidak pernah puas. Tindakan semacam ini mampu menimbulkan luka sosial yang dalam, mengikis kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah serta melemahkan semangat keadilan.

Lebih jauh lagi, adarusa bukan saja persoalan moral biasa, melainkan sebuah masalah besar yang memerlukan penanganan serius dari seluruh elemen bangsa. Menghadapi sikap dan perilaku adarusa, masyarakat tidak bisa hanya diam dan pasif. Pelaku yang terbukti mengedepankan kepentingan diri sendiri tanpa memperhatikan kerugian orang banyak harus mendapatkan hukuman yang setimpal. Penegakan hukum yang adil dan transparan wajib dijalankan, tanpa tebang pilih, baik terhadap aparat negara, pejabat publik, maupun warga biasa. Langkah ini sangat penting agar rasa aman dan keadilan menjadi nyata, serta agar dana dan sumber daya negara digunakan dengan efektif dan tepat sasaran.

Pemberantasan perilaku adarusa juga memiliki kaitan erat dengan kemajuan suatu bangsa. Dengan membasmi praktik-praktik yang merugikan tersebut, kita bisa memastikan bahwa pembangunan nasional dan program kesejahteraan masyarakat dapat berjalan optimal. Dana yang seharusnya menjadi modal utama pembangunan tidak akan tersedot untuk kepentingan segelintir orang, melainkan benar-benar dialokasikan untuk kepentingan bersama. Hal ini menjadi pondasi penting dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045, sebuah visi besar yang mengharuskan setiap warga negara berkontribusi dengan kerja keras, kejujuran, dan integritas.

Indonesia Emas 2045 menuntut sinergi antara pemerintah dan masyarakat, di mana para pemimpin harus mampu memberikan contoh kepemimpinan yang bersih dan bertanggung jawab. Hanya dengan menegakkan prinsip keadilan dan menghilangkan segala bentuk praktik adarusa, bangsa ini akan mampu mencapai kemajuan yang berkelanjutan sekaligus melahirkan generasi masa depan yang lebih baik, cerdas, dan berakhlak mulia. Oleh karena itu, sikap adarusa harus terus diwaspadai dan ditangani dengan ketegasan agar cita-cita bangsa dapat tercapai.

Adarusa berselimut senyum palsu, memintal janji semu, lalu pergi meninggalkan luka yang lama sembuhnya.

Adarusa hadir dengan senyum palsu yang menutupi niat sebenarnya. Ia memintal janji-jani semu yang indah, seolah memberi harapan, tapi sesungguhnya hanya membungkus dusta dengan kata-kata manis. Kehadirannya menyusup ke dalam hati yang tulus, memanfaatkan kepercayaan tanpa sepatah kata benar.

Janji-janji yang diucapkannya cepat pudar, seperti senja yang memudar tanpa cahaya. Luka yang ditinggalkannya begitu dalam, sulit untuk diobati dan meninggalkan rasa sakit yang terus membekas. Ketika adarusa pergi, ia meninggalkan kehampaan dan kekecewaan yang membungkam jiwa, seolah tak pernah ada kehangatan yang dulu dijanjikan.

Meski demikian, dari kepedihan itu muncul harapan untuk kejujuran dan kebenaran. Luka yang ada menjadi pelajaran berharga untuk membuka mata dan hati, agar kelak senyum yang tulus menggantikan tipu daya, dan janji menjadi kenyataan yang dapat dipercaya. Dengan begitu, hati yang dulu terluka akan mampu sembuh dan kembali percaya pada masa depan yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun