Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Selamat Ulang Tahun, Bunda Khadijah

14 Desember 2012   23:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:38 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13555272921918580022

Tepat tanggal 1 Januari 2012 pukul 5.18, Bunda Khadijah sengaja menulis artikel berjudul, „Selamat Ulang Tahun, Mbak Gaganawati.“ Subhanallah, indahnya … ada orang yang begitu mencintai saya di dumay Kompasiana. Padahal sebelum tanggal itu adalah ulang tahun Bunda Khadijah sendiri, 15 Desember 2011. Saya alpa! Saya lupa! Masyaallahhh … gara-garanya saya wara-wiri kampanye lomba video kompasianival. Manusia tempatnya salah. Jika kesalahan pertama termaafkan, kedua kalinya tak boleh terulang. Saya berhasil!

[caption id="attachment_229564" align="aligncenter" width="223" caption="Happy many returns, Bunda Khadijah (dok.BK)"][/caption]

Setahun sudah. Saya ingin membalas sesuatu yang baik dengan sesuatu yang baik pula. Balas dendam yang baik, mengucapkan selamat ulang tahun kepada kompasianawati (hehehe mustinya kompasianer ya?) Bunda Khadijah. Sebuah keinginan yang terpendam sejak setahun yang lalu. Menunggu itu sesuatu yang tidak menjemukan tapi mendebarkan. Sungguuuuh. Takut lupa!

Ow. Mendaki Gunung Maki di Jepang, postingan saya terdahulu adalah awal perkenalan kami. Alasannya Bunda Khadijah tertarik dengan gunung dan Jepang. Bunda Khadijah sama-sama menyukai alam dan sama-sama pernah berada di Jepang. Sehati.

Kami tidak pernah bertemu. Hanya di dumay Kompasiana itu saja tidak dekat-dekat amat bahkan sudah lama jarang berkomunikasi. Syukur Bunda Khadijah dan anak-anak dalam keadaan sehat walafiat, hanya ayahanda dan suaminya saja yang agak terganggu kesehatannya. Mohon doa kawan-kawan kompasianer untuk mereka ya? Amien.

Namanya juga kawan maya, istilahnya jauh dimata, dekat dihati. Dalam setiap sholat, saya selalu ingat Allah dan Bunda Khadijah ini. Mukena yang saya kenakan di Jerman, sama dengan mukena yang dipakai beliau di Madinah. Kecuali kalau harus dicuci dan memakai mukena dari suami berwarna biru atau pemberian ibunda saya yang pink itu. Ah, semoga pesan Bunda pada kawan-kawan Kompasiana yakni "Mari Tegakkan Shalat" membawa kebaikan bagi semua. Insyaallah pahala Allah mengalir pada Bunda Khadijah …

Hati-hati di dumay Kompasiana

Berkawan di dunia maya memang harus hati-hati. Butuh sebuah resapan dan terapan bahasa jiwa untuk meyakini berteman dengan seseorang. Kawankah? Lawankah? Saya masih ingat ketika Bunda menulis artikel "Hati-hati menitipkan bayi pada pembantu", dimana tercantum foto dari human rights watch yang menggambarkan foto wanita saudi bercadar dengan bayi duduk membelakangi lalu Bunda cantumkan foto wanita arab pake cadar gendong bayinya, foto dokter sedang membersihkan bayi baru lahir, foto ibu memangku bayinya, dan foto ibu bercadar bahagia memperhatikan anaknya main outdoor. Ternyata ada kompasianer yang lapaknya kosong dengan akunnya, "TCC", mengatakan bahwa Bunda orang pembenci Islam. Komentar TCC tidak dihapus Bunda.

Bahaya laten di Kompasiana tidak berhenti sampai disitu saja. Lagi-lagi ada yang heboh, soal surat kaleng dari Gundik Arab yang sampai hari ini kasusnya masih ditangani pengacara Sutomo Paguci, Kompasianer yang bertengger di pojok Featured dengan judul Anatomi Pelanggaran KPK vs Polri Dalam Kasus Simulator SIM. Semoga lekas berlalu badai berkaleng itu, Bunda Khadijah …. Pelajaran berharga tak hanya korban tapi juga Kompasiana dan Kompasianernya.

Sejak kasus terakhir itu Bunda Khadijah menahan diri, tidak ingin hadir di Kompasiana sampai masalah ini tuntas. Mungkin Bunda takut terpancing dan memperparah situasi yang tak mengenakkan ini, barangkali Bunda ingin mengoreksi diri, bisa jadi Bunda mereka rencana. Beruntung masjid Nabawi tak jauh dari rumah, ya Bunda … tempat mengadu, wadah berteduh dari panasnya dunia. Berlarilah … bersujudlah … make sure that you really feel that you are a lucky woman.

Sedih dan prihatin memang, gara-gara masalah itu, intensitas Bunda dalam menulis dan berkomentar terhenti untuk sementara waktu, entah sampai kapan. Sejak 3 Oktober 2011 sampai 13 Juli 2012, sudah ada 115 artikel yang ditorehkan dalam akun Bunda Khadijah, WNI ibu rumahtangga yang mempunyai 3 putra putri dan bermukim di Madinah Almunawwarah.

Saya selalu ingat pesan Bunda Khadijah. Jika ada orang yang hasud, saya harus beristighfar, " La ilaha illa Anta, Subhanaka, Inni Kuntu Minaddhaalimiin" secara terus menerus. Haduh Bunda, karena tak hafal-hafal bacanya pakai contekan boleh ya ? Dhemit ora ndulit, setan ora doyan semoga saya terhindar dari godaan dedemit dan setan.

Ugh. Teman-teman di Kompasiana … berhati-hati dan waspadalah.

Roti Unyil apa roti batu ?

Hahahahhahahahahaha … kalau ingat kue Unyil bisikan Bunda Khadijah saya bisa ketawa sendiri.

Yup. Cerita lucu ada pada kisah roti unyil sederhana rasa keju. Setelah mencatat bahan-bahan seperti ; 3 cups terigu, 0,5 cup susu cair, 0,5 cup minyak goreng, 1 sendok kecil yeast atau permipan, 0,5 sendok kecil garam dan setengah cup air hangat, saya dan anak-anak berkerumun di dapur.

Setelah semua bahan diulen, dan airnya dimasukkan sedikit sedikit saja sampai mencapai adonan yang bagus dan ditutup dengan plastik cling, adonan mengembang. Kami ambil sejumput, dibikin bulatan kecil, ditekan dan diisi dengan sedikit keju Gouda lantaran keju lavache quirit yang biasa Bunda pakai tak saya temukan di swalayan langganan saya. Setelah dibuat bulat sebesar ibu jari dan dilapisi kuning telur, ditata pada loyang yang telah saya kasih kertas agar tak menempel. Kalau tanpa kertas harus diolesi margarine/butter/minyak yak.

Karena bikinnya sama anak-anak seruuuu … tapi ya ampuuuun … begitu diangkat dari oven dan didinginkan kok keras kayak batu ??? Gigi anak-anak sakit katanya. Untung gigi ayah dari Jerman jadinya kuat, dihabiskanlah kue itu. Dan kami berjanji akan mengulangi lain hari, percobaan resep Bunda Khadijah ini. Maklum baru junior soal masak memasak. Tuh … kan lagi-lagi Kompasiana jadi ajang belajar masak, tak sekedar nulis yak.

Menulis Kuliner Timteng

Eh memasak ??? Bunda Khadijah yang suaranya merdu mendayu, happy dan seru itu saya taksir hobi masak lagi jago. Eh iya suara Bunda mengingatkan saya pada gambaran wanita Sunda berkulit putih yang seksi. Jangan dijewer ya Bunda … hehehe, saya bukan Arke Gombalsiana.

Bagi penikmat makanan Araba, coba pantengi resep Bunda Khadijah ; baby paprika isi bulgour, roti guling, Moulukhiya, Buf isi kentang, kue biskuit lapis Cola, nasi ayam mandi, kue roti Samoli, nasi Kushari, Zucchini rebus isi nasi, salat terung bawang putih, tumis bawang putih okra sauge tomat, nasi biryani, telur shakshouk, Ruz Arabi dan ini dan itu … wisss wisss ditanggung ngeces, ngiler dan sebangsanya.

Hari makin gelap bagi Arab dan Jerman, selamat menidurkan bidadari dan malaikat kecil Bunda malam ini. Indonesia sudah pagi, hari ini hari ulang tahun Bunda Khadijah, selamat ulang tahun yang ke sweet seventeen plus …. Semoga Allah melindungi, memberi kekuatan, kesehatan dan kebahagiaan dunia dan akherat. Jaga kesehatan Bunda sekeluarga. Salam manis dan sayang selalu dari kami. Don’t let them win …. (G76)

P.S: Semoga lagu „Panjang umurnya“ dan „Kasih ibu“ nyanyian mbak Chayenne tadi pukul 21 waktu Jerman menjadi kado ultah pertama dari kami. Selanjutnya terserah pak pos saja. Aha !

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun