Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

KB Spiral Nova di Jerman 350 Euro, di Indonesia 350 Ribu!

27 September 2011   05:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:35 23983
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Setelah kelahiran puteri Campa, saya berfikiran untuk tidak hamil lagi. Namun saya paling takut disuntik, suka lupa kalau meminum obat, ngeri melihat susuk dilengan atau operasi kecil didalam perut atau alat kelamin. Walhasil, saya jadi ingin tahu banyak tentang spiral.

Saya search di internet, tentang pengalaman para wanita Jerman dalam memasang alat KB. Informasi beragam saya dapatkan disana. Ada seorang wanita, A, yang mengatakan memakai Mirena dengan biaya 320 Euro. Si ibu harus merogoh koceknya sendiri tanpa bantuan asuransi kesehatan yang dimilikinya. Ia menjelaskan bahwa satu wanita dengan wanita lainnya memiliki adaptasi yang berbeda dengan spiral yang biasa ditanam selama 5 tahun itu.

 


„Ich habe für die Hormonspirale Mirena letztes Jahr im März 320€ bezahlt. Kein Zuschuß von der Krankenkasse. Vor etlichen Jahren hatte ich eine Kupferspirale, damals wurde sie mir "so"(ohne Eigenanteil) eingesetzt. Ob das heute noch so ist, weiß ich nicht. Eine Hormonspirale wäre der Kupfersp. zu bevorzugen, weil die meisten Frauen sie besser vertragen (nicht immer) und die Regel statt stärker eher schwächer wird und bei einigen Frauen nach einem Jahr ganz wegbleibt. Beide können bis zu 5 Jahre "liegen bleiben".

 


Sedangkan seorang perempuan lainnya, B, menguraikan bahwa spiral hormon di Jerman lengkap dengan pemasangannya akan bertahan selama 2-5 tahun, seharga kurang lebih 500 euro. Jika ingin melepasnya, bea juga ditanggung sendiri. Menurutnya, spiral hormon ini sangat efektif dan efisien. Meskipun demikian, ia menyarankan untuk berhati-hati lantaran bisa mengundang infeksi. Wanita itu menekankan bahwa ini adalah KB terbaik dari yang ditawarkan pasar.

 


„Hey, die Hormonspirale kostet in Deutschland mit einsetzen ca.500 Euro, hält ca. 2-5Jahren. Das Entfernen der Spirale muss man auch selber bezahlen. Die Wirkung der Spirale ist sehr gut, aber ACHTUNG kann Zysten hervorrufen. Ist das Beste was es im Moment auf dem Markt gibt“.


Ketimbang bingung, saya berkunjung ke praktek Frauenärztin di sebuah kota sebelah. Dokter kandungan perempuan, S, 57 tahun itu tak menganjurkan saya untuk ber-KB. Lho? Kemudian tambahnya, kalau bersikeras ingin memasang spiral ia bisa membantu. Tetapi ia berpesan bahwa harganya adalah 350 euro (1 euro=Rp12.000-an) dan tidak ditanggung asuransi kesehatan alias mandiri. Saya pamit pulang klunuh-klunuh (red: dengan langkah gontai tak bersemangat) dan meminta waktu untuk berdiskusi dengan suami terlebih dahulu.

Sembari menunggu suami pulang dari kantor, saya menelepon salah seorang rekan yang bekerja di NGO Keluarga Berencana Indonesia. Dirpelda itu menyarankan saya memilih spiral Nova seperti yang dikatakan sang dokter tadi pagi, karena ia juga memakainya. Sesuai pengalamannya, tidak ada keluhan berarti dalam hidup pasca pemasangannya.

„Tenane? Mosok mung telung atus seket ewu thok? Ning kene aku yo dikon mbayar telung atus seket … ning euro, ik?“ seperti disambar geledek mendengar penjelasan teman saya itu bahwa pemasangan Nova di NGO itu disebut-sebut hanya dihadapkan dengan nota seharga Rp 350.000. Setelah di cek dibagian administrasi, memang benar harganya masih Rp 350.000!


Perempuan yang dahulu notabene teman sekantor saya itu, kembali mengurai alternatif lain demi menjaga jarak kelahiran atau menghindari kehamilan. Beberapa pasangan suami istri di Indonesia memang memiliki banyak pilihan; KB suntik 1 bulan seharga Rp 25.000–Rp 30.000, KB suntik 3 bulan memakan bea Rp 17.000 – Rp 25.000, KB spiral mematok Rp 200.000–Rp 400.000, KB susuk 3, 5 dan 10 tahun dihargai Rp 300.000-Rp 500.000. Belum lagi keinginan lain jika bersedia disterilisasi (red: mengangkat rahim), tubektomiuntuk perempuan (red: memotong bagian rahim) dan vasektomi dengan atau tanpa pisau untuk lelaki (pemotongan saluran bibit pada alat kelamin pria agar tidak bisa membuahi sel telur dalam goa garba). Mangga-mangga…

Begitu suami datang, saya utarakan kepadanya soal keinginan ber-KB. Pejantan saya itu mengangguk tanda setuju dan menyerahkan pilihan pada saya, tetapi ia takut vasektomi. Saya amati, di dunia ini kebanyakan perempuan yang dituntut untuk sadar diri ber-KB dibandingkan pria. Keyakinan saya sebenarnya jawaban tentang ini ada pada masing-masing pribadi pasutri tanpa membedakan gender dan mengorbankan salah satunya.

Fine. Hati saya mantab dengan Nova T alias modifikasi terbaru Copper T, yang memiliki keunggulan lebih lembut nan cantik. Spiral ini memang inovasi manusia, tidak bisa sempurna. Dikabarkan dalam situs www.parenting.co.id bahwa kehamilan, perdarahan, atau infeksi bisa tetap terjadi. Lalu dari seribu pasangan sekitar 5 wanita dalam setahun akan hamil. Glek!

Akhirnya, saya nekat terbang ke Indonesia. Selain karena alasan rindu kampung halaman dan keluarga, juga ingin memasang KB spiral Nova. Kebetulan saya mendapat tiket dari Miles (red: penukaran pointerbang dengan satu tiket), sehingga uang 350 euro yang seharusnya untuk memasang KB di Jerman, kami belikan tiket untuk salah satu anak yang akan saya ajak. Mayan tenan … sambil menyelam saya minum air.

Well … diklinik itu, saya amati spiral warna merah jambu yang akan ditanam ke rahim saya. Beruntung sekali bahwa dokter wanita yang memasang spiral itu amat saya kenal secara pribadi, sehingga proses pemasangan KB spiral Nova yang biasanya agak sakit itu, menjadi tidak tegang.

Usai di USG, dokter dan bidan keheranan. Posisi pemasangan tidak tepat, harus diulangi. Aduh, untung saja akhrinya beres. Sang dokter berambut keriting itu berpesan bahwa Nova menimbulkan reaksi yang dapat mencegah bersarangnya sel telur yang telah dibuahi di dalam rahim. Tegasnya, saya bisa memeriksa sendiri keberadaan alat tersebut dengan meraba benang alat kontrasepsi tersebut di mulut rahim.

Sebelum memanggil taxi, saya mampir ke kasir untuk membayar alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) spiral Nova cantik itu, Rp 350.000 bukan 350 euro! Sedangkan biaya USG dan dokter serta bidan, gratis (saya ganti souvenir dari Jerman).  That’s what friends are for … xixixixi. Thank you.

P.S.:

1. Pasca pemasangan spiral Nova, awalnya membuat datang bulan saya tidak normal, yakni 2 kali selama sebulan. Itu saja terkadang hanya flek-flek.

2. Untuk pengecekan kebenaran posisi spiral dengan USG sebanyak 1 kali dalam setahun di Jerman, harus mengeluarkan dana 30 euro (yang berarti hampir seharga dengan spiral Nova yang bersarang di rahim saya). Heeee …

3.Sampai hari ini tidak ada masalah dengan pemasangan spiral dengan hubungan intim kami selaku pasutri.

4.Semoga bermanfaat (tunggu apa lagi? Di Indonesia lebih murah kok dari Jerman … hehehe). Mari ber-KB demi kesejahteraan keluarga …

Sumber:

1.Pengalaman pribadi

2.http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20100216213505AA3RsaH

3.http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20080308201727AAdK8wZ

4.http://www.parenting.co.id/archive/web/forum/forum_detail.asp?catid=&id=1&topicid=6017

5.http://de.answers.yahoo.com/question/index?qid=20070326205859AAcxKq1

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun