Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Anak Perempuan Sebaiknya Belajar Ketrampilan Keperempuanan Sejak Dini

7 April 2021   21:00 Diperbarui: 7 April 2021   21:20 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak perempuan sebaiknya belajar ketrampilan keperempuanan (Dok.Gana)

Memang mencuci dan mengeringkan baju bisa dengan mesin. Tinggal pencet. Kalau setrika baju? Paling banter ada mesin otomatis untuk menyetrika sprei yang besar tapi harganya mahal. Dan kebanyakan orang Jerman tidak menyetrika sprei tempat tidur, hanya langsung dilipat ketika dikeluarkan dari mesin pengering baju. Selain hemat waktu, juga hemat bea listrik untuk setrika sprei. Asyik, ya.

Menjahit

Di dalam hotel, biasanya tersedia "sewing kit." Namanya perjalanan, pernah kali yang namanya kancing copot atau celana/baju robek sedikit. Perlu dibenahi ketimbang beli baru. Ya, kalau bisa menjahit dengan tangan, kalau tidak, takutnya yang ditusuk jarum, jari sendiri. Auwa!

Lagi-lagi pelajaran keperempuanan di SD saya dapatkan. Cara menjahit kancing yang lepas, membuat bordir untuk taplak, kristik untuk hiasan dinding dan lainnya, semua sudah biasa diselesaikan dengan tangan bukan mesin!

Jika ini menjadi ketrampilan yang dimiliki anak perempuan Indonesia, alangkah banyak sekali manfaat yang bisa didapatkan dalam kehidupan. Walaupun zaman sekarang zaman otomatis dan zaman digital, tetap saja yang dikerjakan dengan tangan akan memiliki nilai ekstra.

Menata bunga dan atau berkebun

Saya pernah merengek ibu minta uang, supaya bisa membeli bunga di pasar kembang, demi bahan ujian merias bunga di sekolah. Kata ibu, saya disuruh mencari di kebun. Kebun mana? Kebun siapa? Akhirnya, saya membeli sedikit di pasar bunga. Teman-teman sudah membeli bahan yang banyak dan bagus. Intinya adalah merangkai, jadi nilai bergantung pada hasil kreasi orangnya, bukan jenis bunganya.

Ternyata, keindahan sangat diperhatikan di Jerman. Jika saja saya tidak ada dasar merangkai bunga, pasti sulit ya, mengikuti budaya orang sini yang suka menghias rumah dengan bunga di dalam vas dan diganti-ganti sesuai musimnya. 

Lantas, mereka ini juga paling jago berkebun. Jika saya tidak pernah menyentuh bunga, batang, ranting dan sejenisnya, pasti saya nggak bakal bisa terjun di kebun. Kebun itu kan ada tanah, air, basah, kotor dan cacing. Nah, kalau tidak terbiasa pasti nggak mau. Padahal tradisi berkebun ini sudah turun-temurun di Jerman. Mereka sampai bela-belain meminjam tanah di pinggiran kota untuk menuruti hobi berkebun.

Anak perempuan sebaiknya belajar ketrampilan keperempuanan (Dok.Gana)
Anak perempuan sebaiknya belajar ketrampilan keperempuanan (Dok.Gana)
Berdandan

Sebagai orang yang suka menari dan pentas dalam kegiatan budaya di Jerman, ketrampilan berdandan ini tentu sangat berguna saat berada di negeri orang. Untuk rias wajah misalnya, pasti banyak salon yang bisa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun