Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengajari Anak Bertutur Kata Baik dari Rumah Itu Keren

5 Februari 2021   20:49 Diperbarui: 5 Februari 2021   20:57 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari Rabu dan Kamis adalah hari favorit untuk beraktivitas. Mengapa? Karena saya akan bekerja di taman kanak-kanak. Tak ubahnya pergi ke taman Firdaus, di mana keindahan akan terasa sampai kalbu. Nikmat mana yang kau dustakan?

Oh, ya. Selama di tanah air, tak pernah saya 8 jam kerja dalam sehari di satu tempat. Biasanya pindah-pindah, kantor ini 6 jam, kantor anu 2 jam dan seterusnya. Ah, seperti kutu loncat. Meskipun begitu, jadi full time, saya menikmatinya. Bayangkan saja kalau bosan menerpa dan 8 jam seperti berada di dalam oven dan terpanggang hawa, ke laut ajaaa.

Dan suatu hari itu, saya mendapat satu pengalaman yang ingin saya bagikan kepada teman-teman semua di sini.

Perlakukan orang lain seperti kita ingin diperlakukan orang lain itu emas

Kalimat itu ditekankan guru agama kami minggu lalu. "The golden key" dari setiap agama yang ada di bumi ini. Tentu saja hal ini mudah dimengerti sepertihalnya kita tidak boleh mencubit orang lain karena kalau kita dicubit orang, rasanya sakit. Nggak percaya? Coba sekarang ini bacanya dihentikan, tengok sebelah kanan atau kiri, depan atau belakang. Cubit orang yang terlihat saat ini. Dijamin Anda mendapat reaksi dahsyat yang bisa bikin sakit; dicubit balik, digampar atau diceramahin. Jadinya, jangan lakukan ini. Tadi hanya halusinasi simulasi!

Contoh yang gampang dan sederhana. Namun sekali lagi, mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari sulit, sebab kadang manusia itu sangat manusiawi; ingin enaknya sendiri.

  • Kalau kita suka memberi hadiah pada orang lain, belum tentu orang yang diberi hadiah akan membalasnya.
  • Jika kita telah menolong orang lain, belum tentu kita akan ditolong oleh orang yang sama.
  • Andai kita perhatian pada seseorang, belum tentu si orang akan memperhatikan kita.

Bagi orang yang memiliki prinsip, berbuat baik tanpa mendapat balasan itu sudah mendarah daging, pasti itu tidak akan bermasalah. Yang jadi perkara adalah, banyak orang terlalu berharap banyak atas apa yang dikerjakannya di bumi ini. Padahal sudah banyak janji Tuhan akan kebaikan dan kebajikan kita selama hidup. Ya, mendapat ganjaran di akhirat  nanti.

Ngomong-ngomong, ada gambaran sederhana tentang berperilaku baik atau berbudi pekerti luhur yang sering saya temui dalam hidup saya. Salah satu contohnya adalah cerita berikut ini:

"Ganaaaa ..." Anak-anak berhamburan ke pintu, karena saya datang sebagai bala bantuan. Guru kelas Segitiga sendirian bersama 8 anak. Padahal aturan taman kanak-kanak adalah 1 guru dengan 5 anak. Artinya, harus ada asisten yang mendampingi. Karena kelas Kurcaci, kelas saya, anak-anaknya sudah diambil orang tuanya, saya nggak ada kerjaan kecuali dapur dan cucian. Makanya, saya diminta untuk ke kelas Segitiga.

"Aku ingin dipangku." Kata Lara mendekat. Gadis umur 2,5 tahun berambut ikal itu langsung parkir pantat di paha kanan saya.

"Aku juga." Migel, anak laki-laki berambut pirang yang hidungnya sangat mancung ikut-ikutan. "Nggak boleh." Lara protes. Ia tidak mau berbagi paha saya yang bersila.

"Lara, berbagi itu bagus. Migel boleh duduk bersamamu di pahaku. Sebelah kiri." Saya melerai keduanya yang berseteru karena saling dorong supaya salah satu minggir.

"Baiklah, kita duduk bersama. Aku akan memegang tanganmu, supaya kamu tidak jatuh lantaran kamu duduk di paha kanan, kurang stabil." Migel segera meraih tangan Lara. Yang dipegang menurut. So sweeeet. OMG.

"Ah, Migel, kamu baik dan manis sekali. Terima kasih, ya." Lara memandang wajah Migel. Mata Migel (2,5 tahun) tampak bersinar karena ada penghargaan atas apa yang dilakukannya. Warna biru di matanya makin cetar. Saya ngakak mendengar adegan cut 1 ini. 

"Kasihan kamu, Gana. Berada di tengah-tengah pasangan romantis abad ini." Guru kelas asli Kroasia yang cantik jelita seperti Dewi Laksmi itu tertawa lebar. Di ujung sana, ia sedang membantu Finn yang mengenakan jaket karena ibunya segera datang menjemput.Saya merasa melihat adegan orang dewasa sedang kasmaran, pacaran di pinggir pantai.

Lara ini memang terkenal sebagai anak yang baik. Ia akan selalu bertindak dan berucap yang baik. Saya tidak tahu apakah ini hasil didikan guru kelas atau dari rumah. Yang jelas menurut pengamatan saya selama menjadi ibu sekaligus guru, seorang anak itu biasanya akan mengcopy-paste apa yang dilihat, dikerjakan, diucapkan oleh orang dewasa dan teman-teman di sekitarnya atau  ... media!

Lara sering mengucapkan kalimat yang biasanya diproduksi oleh orang dewasa secara umum:

  • "Aku mencintaimu."
  • "Aku akan menikahi Migel kalau aku sudah besar."
  • "Kamu cantik sekali."
  • "Perhiasanmu indah sekali, boleh aku memegangnya?"

Tahu tidak? Belum juga mendengar si Lara ini mulai ngomong, saya sudah salto duluan. Hahaha ....

Tutur kata baik berasal dari rumah

Setelah anak-anak dijemput, saya berdiskusi dengan guru kelas. Ia menjelaskan bahwa kalimat tersebut tidak pernah diucapkan mereka selama di kelas. Lara memang sudah dari awal kedatangan di TK sudah begitu. Artinya, sudah produk jadi bahwa si gadis mendapat didikan baik dengan tutur kata yang baik dari tempat di mana ia sering berada.

Di Jerman, belum tentu anak-anak yang belum disekolahkan di TK atau SD, akan diasuh orang tua kandungnya.

Ada kemungkinan, anak diasuh seharian oleh nenek-kakek, atau dari departemen anak dan remaja, untuk kasus anak-anak yang mendapat KDRT.

Untuk Lara ini pasti bukan dari KDRT karena yang menjemput selalu mamanya. Entahlah.

Saya bayangkan saja di rumah saya. Suami saya sering mengucapkan kalimat yang ditujukan kepada saya paling tidak sehari 3 kali seperti minum obat:

  • "Mama, aku mencintaimu."
  • "Mama, aku rindu padamu."
  • "Maaf, aku mengganggumu."
  • "Bolehkah aku pinjam punyamu?"

Dampaknya bagus, karena anak-anak juga ikut seperti burung Kakaktua yang dilatih. Mereka suka mengeluarkan kalimat serupa kepada saya. Bukankah itu indah?

Sebaliknya, akan seperti di neraka jika anak-anak banyak mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas. Bayangkan saja seperti Tom (2 tahun) yang baru saja bangun tidur dari tidur siang di taman kanak-kanak. Mungkin karena masih hayub-hayuban dari bangun tidur, ia mengumpat temannya yang mengganggu dengan berteriak "Sh*t."

Sebagai guru anak-anak yang berpikiran bahwa kata itu hanya diteriakkan orang dewasa, tentu saja kaget. Di kelas, mana ada guru yang berani mengajarkan kata itu? Bisa dipecat langsung tanpa pesangon.

Kami menduga, ia sering mendengarnya dari rumah atau tempat di mana ia sering berada. Dari orang yang lebih tua atau lebih dewasa dari si Tom.

Tom sendiri ketika ditanya apa arti kata itu, dia menjawab tidak tahu. Ketika dinasihati gurunya untuk tidak mengulanginya, ia mengangguk.

***

Kecil-kecil anak, kalau sudah besar menjadi onak. Hanya saja kita sebagai orang tua atau guru harus ingat bahwa setiap anak dilahirkan bagai selembar kertas putih yang siap dioret-oret oleh kita. Kalau gambar di atas kertas itu bagus, bukan berarti karena kita sebagai orang tua atau guru, pandai melukis. Itu dikarenakan ada dukungan, stimulan atau impuls dari kita pada si anak. Sama saja jika yang terjadi adalah sebaliknya. Jika ada kesalahan yang terjadi, bukankah orang dewasa yang ada di sekitarnya turut bertanggung-jawab?

Makanya, hati-hati jika kita sedang marah dan mengeluarkan kata atau kalimat yang tidak seharusnya didengar atau diproduksi oleh anak-anak di masa mendatang. Contohnya jangan mudah menyebut nama anggota kebun binatang di depan anak. Berikan hak pada mereka untuk mendengar, mengulang, mengatakan yang indah dan bagus saja karena jadi terbiasa. Supaya mereka tahu bahwa surga tidak hanya ada di langit sana tapi juga di dunia ini. Eaaaaaa. Happy weekend, everyone! (G76)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun