Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama FEATURED

Kembali Mengajar di Masa Pandemi Itu Ngeri-ngeri Sedap

20 Juni 2020   15:39 Diperbarui: 23 November 2020   14:48 1058
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Sciencemag.org | JONAS GÜTTLER/PICTURE ALLIANCE VIA GETTY IMAGES

Berbulan-bulan hanya berada di rumah karena pandemi? Ini bukan mimpi! Walaupun begitu, saya sangat menikmati masa karantina. 

Hikmahnya bisa makin dekat dengan anak-anak, ngurusin rumah, banyak pergi ke hutan bersama keluarga dan banyak lagi keuntungan lain. Tetapi jujur, kadang kangen juga untuk beraktivitas, seperti waktu zaman normal dulu.

Syarat kembali mengajar

Setelah sejak 16 Maret 2020 karantina di rumah, rasanya bahagia sekali waktu Volkshochschule memberitahukan bahwa saya sudah boleh mulai mengajar lansia untuk belajar bahasa Inggris per 15 Juni 2020.

Ada tapinya. Sebagai pelengkap, saya harus menandatangani perjanjian protokol kesehatan antara VHS dengan saya, untuk kemudian dikembalikan kepada kantor. Isinya antara lain bahwa sebagai guru saya menjamin bahwa:

  • Di antara kami tidak ada tanda-tanda corona seperti demam, batuk kering, masalah pernafasan, kehilangan daya indera perasa dan sakit tenggorokan.
  • Tidak ada yang positif SARS-CoV-2 atau dari negative berubah menjadi positif.
  • Tidak ada yang masuk karantina
  • Tidak ada yang pergi ke luar negeri dalam 3 minggu terakhir.

Saya tahu, tetek-bengeknya banyak amat. Jelas ini demi menjaga diri saya dan tentu para murid, yang dikatakan sebagai golongan beresiko tinggi karena sudah lansia.

Selain itu, apa saja syarat yang harus kami penuhi supaya izin pemerintah di masa pelonggaran benar-benar menjadikan kelas belajar-mengajar lancar dan sukses tanpa cacat?

  • Memakai masker ketika memasuki gedung sampai ruang kelas.
  • Melepas masker ketika berada di kelas tapi jendela dibuka.
  • Melaporkan jika ada yang sakit (batuk, pilek, panas).
  • Menjaga jarak (kursi dan meja yang sudah disetting tidak boleh dipindah).
  • Dilarang bergerombol saat datang dan pergi.
  • Hanya satu orang yang boleh ke toilet.
  • Memakai disinfektan yang tersedia di seberang pintu masuk.
  • Jadwal masuk antara kelas satu dengan kelas lainnya minimal 15 menit.

Karena takut lupa, saya sengaja print peraturan tersebut. Bahkan sudah saya kirim per whatsapp kepada group Bahasa Inggris sebagai peringatan.

Desain kelas dengan jarak 1,5 m (dok.Gaganawati)
Desain kelas dengan jarak 1,5 m (dok.Gaganawati)
Rasanya kembali mengajar

Ngeri-ngeri sedap.

Sebab berurusan dengan virus covid ini saya percaya, saya nggak boleh main-main alias serius menanggapinya. Artinya, tetap ada kekhawatiran, meskipun jarak saya dengan mereka lebih dari 2 meter, dispenser disinfektan, jarak kursi dan meja antar murid 1.5 meter, wastafel lengkap dengan sabun dan air mengalir. Ah, masih ada rasa takut menulari mereka atau tertular.

Apalagi sebelumnya, belum ada tes yang kami lakukan. Di Jerman, orang nggak bisa begitu saja minta tes kalau tidak ada gejala. Makanya pernah kapan kali itu kami disuruh pulang ketika mau periksa ke pusat cek Corona.

Hanya saja, bagi orang yang harus terbang ke luar negeri karena urusan penting, harus menyertakan surat keterangan bebas corona (swab test). Itu bisa didapat di praktek dokter setempat dengan membayar 40 Euro. Tapi kami nggak ada rencana terbang, jadi nggak bikin.

Kembali ke kelas.

Sesudah duduk selama 10 menit, saya baru ingat bahwa pengecekan suhu badan murid belum dilakukan. Dengan memasang masker di wajah dan tangan memegang thermometer saya menuju kursi demi kursi.

"Memang harus diukur, ya?" kata seorang murid perempuan kaget. Ia takut sekali, mukanya pucat.

"Nggak, tapi saya ingin tahu berapa temperaturnya. Di rumah, kami melakukannya setiap hari." Jelas saya lirih, sambil geleng-geleng kepala supaya ia nggak perlu cemas.

"Oooo gitu." Seru seorang murid laki-laki.

Bagaimanapun, ia kaget karena mesin yang mirip pistol itu menunjukkan angka 35 derajat celcius, padahal ia merasa baik-baik saja. Ia meminta saya mengulang sekali lagi. Sama!

Lalu saya tenangkan dengan mengatakan bahwa harus menunggu sampai akhir pelajaran akan saya cek lagi, barangkali lebih hangat karena tadi nunggu di depan pintu kelamaan.

Dan memang pada akhirnya sebelum pulang ke rumah saya ukur, naik satu derajat alias normal. Alhamdulillah, suhu normal.

Nah, selama setengah jam kami belajar, semua aman-aman saja. Angin dari jendela menambah kesegaran ruangan. Sayang, suara mesin dari tukang yang renovasi di gedung sebelah berisik banget.

Sedang mengajarkan grammar, tiba-tiba si murid laki-laki batuk-batuk kemudian bersin dengan tisu. Aduuuuh, rasanya sudah horror, apa dia bawa virus? Mau tanya saya nggak enak karena tadi dia bilang merasa sehat.

Murid-murid lain menganggapnya biasa, bagai angin lalu. Saya wajib lapor tentang situasi terkini pada manajemen.

Nggak terasa 1,5 jam berlalu. Kami berkemas-kemas dan nggak lupa membersihkan meja dengan cairan pembersih dan mengeringkannya dengan kertas. 

Jendela ditutup, layar display dimatikan, lampu dimatikan dan pintu dikunci. Kami pun pergi. Dua orang masuk lift, yang lain turun tangga bergantian. Saya juru kunci.

Menarik nafas lega. Begini, tho rasanya mulai bekerja setelah lama karantina, nggak mudah. Aller Anfang ist schwer, memulai sesuatu itu pasti sulit. Hari ini lulus, besok-besok?

Semoga semua baik-baik saja sampai Juli nanti, nggak ada yang kena corona. Habis itu, saya yakin ini semester terakhir saya mengajar lansia. Sayonara.

Kompasianer, semoga ini jadi gambaran kalian yang akan kembali mengajar di kelas di masa pandemi. Apakah kalian sudah siap? (G76)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun