Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Viral: Pesan Mbah Minto "Jangan Mudik Dulu, Nak"

21 Mei 2020   05:22 Diperbarui: 21 Mei 2020   05:22 1013
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jangan mudik dulu (dok.Sheshe)

Salah satu murid saya, Ute barusan curhat bahwa ia kangen anak-anaknya yang ada di negara bagian Bayern. Karena tinggal di negara Baden-Wuerttemberg, sudah dua bulan ini ia nggak bisa bertemu dengan anak-anak dan cucu-cucunya itu. 

Larangan pemerintah Jerman bahwa warga tidak boleh melewati batas wilayah masih berlaku sampai minggu ini. Konon, akan berubah Juni nanti. Semua harus sabar. Sabar-subur-slamet, orang sabar akan subur dan selamat.

Kompasianer, perempuan berumur 63 tahun itu mungkin memiliki perasaan resah seperti orang Indonesia yang nggak bisa mudik di tengah pandemi. 

Bagaimanapun ia tetap menyarankan anak-anaknya untuk nggak usah mengunjunginya sampai masa penyebaran covid19 berhasil direm. Toh untuk tetap berkomunikasi, mereka masih bisa memanfaatkan gawai dan teknologi. Apalagi di Jerman internet cepat dan murah.

"Ra sah mulih sik, Le. Duite wae sing mulih."

Adalah Mbah Minto. Sosok perempuan tua dari Jawa yang lucu dan sedang viral gara-gara video bikinan Ucup dari Klaten itu memiliki tujuan yang mirip dengan Ute.

Mbah Minto dan Ute notabene seorang ibu yang memiliki anak-anak yang telah terpisahkan oleh jarak dan waktu. Sebagai golongan orang beresiko tinggi, mereka meminta anak-anak yang dicintai sepenuh hati tetap tinggal di rumah saja. 

Bedanya, jika Ute yang sudah mapan mengirim hadiah untuk anak-anak dan cucunya yang jauh, dalam adegan dagelan Jawa itu mbah Minto justru mengingatkan anaknya supaya kiriman duit darinya nggak lupa. 

Dalamclip, keduanya memang hidup pas-pasan. Kenyataannya, pendapatan Ucup dan mbah Minto melambung ke langit. Iya, karena pesan mbah Minto untuk "Ra sah mulih, sik, Le" atau "Jangan mudik dulu, nak" jadi viral. Pendapatannya pun jadi tinggi karena click dan share yang membanjir.

Mari kita ingat kembali cuplikan "Gagal mudik":

"Hallo, Nak, ada apa gerangan?" Mbah Minto yang sedang memasak di luar rumah menerima telepon dari sang anak.

"Mbok, aku pulang kampung, ya? Mudik, ya?" Ucup, pemuda Klaten yang ngekos mendesak simboknya.

"Jangan pulang dulu, ya nak. Di sana saja dulu saja. Sekarang sedang musim virus." Sang bunda menasihati Ucup untuk tetap di rumah saja.

"Gimana, masak aku nggak pulang. Aku kangen banget sama kamu mbok." Ucup gusar. Namanya anak pasti kangen ibunya.

"Kalau cuman kangen kukirimi foto sajalah, nak." Dasar mbah Minto lucu dan nggak gagap teknologi. Ia mengirim foto lewat HP. "Gimana, aku cantik nggak?" Tanya sang bunda.

"Jelas cantik, dong." Ucup menyanjung simboknya.

"Sebenernya nggak papa aku kan sehat . Masuk angin juga nggak. Sehat walafiat begini, kok." Ucup berargumen.

"Ya, kan kamu masih muda. Badanmu sehat, nggak gampang kena virus. Lah aku sudah tua  kan? Kalau kamu pulang nanti malah bawa virus. Apa nggak kasihan sama simbok?" Sebagai seorang ibu, pasti ingin melindungi anaknya. Namun jika justru membahayakan diri sendiri, ia menyarankan anak nggak usah pulang.

"Oh, iya ya, mbok" Ucup sadar diri. Apa yang dikatakan ibunya ada benarnya.

"Nggak usah pulang dulu, ya, yang penting duitnya aja yang pulang." Mbah Minto berambut putih memang lucu. Meski anaknya dilarang mudik, ia tetap berharap kiriman uang si anak tetap lancar.

Ah, mbah Minto memang lucu. Setidaknya mbak Nana pembawa Mata Najwa dan gubernur Jateng yang sudah mewawancarai jarak jauh, sudah membuktikannya. Bahkan menurut Kompas.com, pak Ganjar sampai terkesan dengan kehebatan mbok Minto dan mengirim THR sebesar Rp 1.000.000 lewat rekening Ucup.

Bagaimana menurut Kompasianer tentang Mbok Minto? Tetangga Ucup yang tinggal di desa Krakitan, kecamatan Bayat, Klaten itu memang original aka lugu, lucu dan nggemesin. Peluk simbah, yuk. Follow instagram mbah minto di @simbok_minto (Queen Minto Official), akun simbok yang dikelola Ucup.

Pesan mbok Minto saya kira sangat tepat sasaran dan menginspirasi banyak orang untuk tidak ngotot mudik. Di rumah saja dulu. Cara menasihati tanpa menggurui karena dikemas dengan cara lucu dan apik.

Pesan "Gagal mudik" = jangan mudik dulu

"Jangan mudik dulu untuk menghentikan penyebaran virus Covid19. Bersama kita bisa!" Begitu pesan terakhir yang tertulis pada "Gagal Mudik" Part I.

Video yang dibuat Ucup alias Muhammad Sofyan dari Klaten termasuk berhasil mengocok perut masyarakat sekaligus membawa pesan "Jangan mudik dulu" yang diikutkan lomba yang diadakan polres Klaten.

Jika mbok Minto saja sangat taat peraturan, mosok kita yang lebih muda tetep ngotot mudik. Malu dan nggak masuk akal. Tapi kenyataannya, apakah jalanan di Indonesia sepi? Tentu tidak. Lihatlah pengamatan tenaga medis yang mengatakan "Indonesia, terserah", "Indonesia suka-suka", "Indonesia sakkarepmu." 

Saking jengkelnya melihat orang masih berkerumun sana-sini dan mudik. Itu sebagai bukti bahwa memang orang-orang kita belum begitu peduli. Dukungan masyarakat kurang penuh terhadap ajakan, himbauan, aturan pemda dan tenaga medis. Ini sangat memprihatinkan.

Dibandingkan dengan Jerman yang sudah memiliki pasien 1 di Bayern pada bulan Januari dan lockdown sejak 16 Maret, jalanan Jerman di tempat kami tinggal di perbatasan Swiss-Jerman masih longgar tidak padat seperti biasanya.

Betul, itu karena orang Jerman nggak merayakan lebaran dan nggak ada tradisi mudik. Namun tetap saja itu bisa menjadi gambaran bagaimana orang tetap berada di rumah atau work from home demi mendukung program pemerintah untuk mengendalikan penyebaran virus covid19. Anak-anak nggak pulang kampung, tempat asal atau kelahiran mereka di mana masih ada orang tua yang bisa disambangi. Mereka tetap di rumah masing-masing.

Oh, iya saya jadi ingat soal pulang kampung. Seorang teman kuliah saya dari Kudus cerita bahwa ada seorang pekerja yang pulang dari Jakarta yang notabene red zone. Begitu sampai kampung halaman, nular-nulari tetangganya. Menurut detiknews, yang tadinya 2 lalu 3 pasien yang terinfeksi virus, beranak menjadi 40 pasien. Serem, kan? Dampak pulang kampung saja sudah membahayakan, apalagi dampak mudik lebaran yang biasanya ... rombongan, satu kompi.

Ya, sudah, selamat menikmati video mbah Monto dan Ucup di youtube.  Jangan mudik dulu, ya. Saya juga enggak, kok. Ibu saya sudah bilang lewat SLI "Ora mudik orapopo, keadaan masih seperti ini" dan saya pun sudah transfer ibu. Hehehe. (G76)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun