Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berbagi Air untuk Anak Negeri, Yuk

3 Oktober 2019   17:08 Diperbarui: 3 Oktober 2019   17:14 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berbagi air untuk kemanusiaan ... ember, mana ember? (dok. PMI)

Seorang teman lama dari Palang Merah Jateng di Semarang mengirim pesan. Ia yang sekarang ikut memegang KNPI Peduli se-Jateng bertanya lewat Whatsapp:

"Salam, mbak apakah dirimu berkenan bantu pengadaan air bersih untuk wilayah Jawa Tengah yang kekeringan?"

Tertegun. Bukan karena takut tertipu seperti banyak kejadian pemilik akun di facebook atau whatsapp yang mengaku dibajak. Emmm tetapi ...Indonesia? Kekeringan? Mosoooook? Kok, jadi ingat Etiopia yang punya legenda kelaparan. 

Bukankah Indonesia sudah merdeka dan ganti tujuh presiden? Negara iji royo-royo yang banyak curah hujan? Masih kering? Bukankah akses air bersih itu penting dan hak setiap warga di dunia? Legenda kekeringan?

Duhhh. Saya mikir, saya bisa nyumbang berapa? Memang kata orang, tak perlu menunggu jadi orang kaya untuk menyumbang sesuatu atau seseorang.

Selang sekian menit, iapun terus menerangkan bahwa KNPI bekerjasama dengan PMI Jateng mengupayakan bahwa satu tangki 5000 liter, konsumsi crew dan MMT untuk donatur sekitar 300. Saya kira euro, saya nggeblak. Oalaaaah. Rupanya ia menjelaskan lagi bahwa 300 itu rupiah, aka Rp 300.000,00. Kalau 300 euro itu hampir lima juta rupiah, mas.

Saya mikir lagi. Tiga ratus ribu rupiah, satu titik, satu tangki itu air apaaaa? Murah amaaat. Rupanya air PAM. Hey, seingat saya waktu kecil, air PAM bau kaporit, entah sekarang. Semoga lebih berkualitas. Maju, Indonesia.

Selama lebih dari sepuluh tahun tinggal di Jerman, saya minum air bukan dari galon beli tapi dari pancuran di washtafel. Air mentah yang sudah diolah pemerintah setempat dan siap minum. Nggak mencret, tuh. Sehat malah ... Konon, air olahan pemda Jerman bahkan terbukti lebih bagus ketimbang air mineral yang dijual di pasaran (baik di toko sampai swalayan).

Ayo, pemerintah Indonesia... tiru Klaeranlage, tempat pengolahan air hujan dan air bekas dipakai rumah tangga di Jerman atau disebut juga Abwasserreinigungsanlage di Austria. Meniru yang baik, mengapa tidak? Banyak sarjana-sarjana pintar dan berpengalaman di tanah air, mereka harus diberdayakan agar tak lari ke negara tetangga.
Daerah Potensi Kekeringan di Jateng tahun 2019
Sekarang saya mau tanya. Ada yang pernah ke Purwodadi? Dua puluh tahun yang lalu, saya pernah ke sana. Mengunjungi seorang teman yang bapaknya meninggal dunia. 

Ia bercerita betapa susahnya mendapat air bersih di sana. Makanya, teman saya itu pindah ke Semarang dan terhindar dari bencana kekeringan. Bahkan, kini ia sudah jadi orang sukses. Alhamdulillah. Tapi nggak mungkin kalau semua penduduk Purwodadi pindah ke Semarang supaya nggak kekeringan seperti dia, kan? Semarang sudah penuh sesakkkk.

Pikiran saya kembali ke Jerman. Negara maju dan modern yang nggak pernah kekurangan air itu lain. Orang-orangnya nggak mandi 2-3 kali sehari seperti orang Indonesia. Biasanya orang mandi sehari sekali saja atau bahkan per 2 hari. Hawanya beda, nggak keringetan seperti di bumi nusantara yang negara tropis. Nggak bau. 

Selain itu, orang-orangnya saya amati sangat menghargai apa yang dimiliki dalam hidup. Misalnya bagaimana mereka menyimpan sen demi sen uang meskipun sudah hidup berkecukupan, bagaimana mereka memanfaatkan air hujan untuk kebun dan keperluan lain meski air melimpah, bagaimana mereka memanfaatkan air talang hujan di atap rumah meskipun air ledeng cukup, bagaimana mereka memanfaatkan air bekas dari mesin pengering baju walaupun hanya seliter dan masih banyak lagi langkah-langkah penghematan yang dilakukan rakyatnya.

Oh, ya balik lagi soal sumbangan air ke masyarakat. Dari data yang dikirim ke whatsapp saya, ternyata selain Purwodadi, Grobogan adalah wilayah yang berpotensi mengalami kekeringan sampai tahun ini.

Melihat peta Jawa Tengah yang penuh dengan titik lokasi kekeringan, saya prihatin. Hanya sedikit sekali daerah yang bebas dari kekeringan. Sayang kurang jelas nama tempatmya karena peta terlalu kecil.

Untunglah, sesuai rekap distribusi air tahun 2018, tercatat misalnya bahwa pada tanggal 30 Juni 2019 ada 112 jiwa yang menerima manfaat dari 6000 liter air di dusun Sungkruk, desa Ngrandah kecamatan Toroh. Atau tanggal 22 Agustus 2019, 144 jiwa yang tinggal di dukuh Geyer, desa Geyer kecamatan Geyer telah menerima bantuan air PMI. 

Saya bisa bayangkan wajah-wajah sumringah menerima ember-ember dari tangki diangkut ke rumah. Itu untuk masak dan minum. Sayang, kami sudah sampai Jerman, nggak bisa ikut bantu mendistribusikan. Informasinya telat. Ah, lebih baik terlambat daripada tidak tahu sama sekali ....

Per 4 September 2019, sudah ada 10.687.000 liter air yang dikirim ke 431.931 jiwa di 431 desa. Duapuluh dua armada truk tanki berusaha membantu 2.056.257 jiwa yang terancam kekeringan di 1.759 desa.

KNPI Peduli Jateng
KNPI Peduli Jawa Tengah sebagai salah satu organisasi sosial kemanusiaan dan kebencanaan Jawa Tengah bentukan DPD KNPI Jateng bergerak dengan bersinergi dengan organisasi kemanusiaan lain seperti PMI maupun BPBD dan PDAM setempat.

Sasaran pendistribusian air bersih diutamakan ke wilayah-wilayah kekeringan yang belum terjangkau atau belum terjangkau pendistribusian air bersih.

Bagi Kompasianer yang berkenan dan peduli untuk membantu pengadaan dan pendistribusian air bersih bisa mendonasikan bantuan lewat saudari Nur Muchidah di BCA 6910004504 atau di saudari Wara Arini Ambarsari di bank BRI 169401001807506. Membantu satu titik seharga Rp 300.000,00. Silakan mau berapa titik daerah yang ingin disupply. Air bersih untuk kemanusiaan, now or never. Titik-titik....

Mas Tri menginformasikan bahwa sumbangan kami sudah sampai di Grobogan di Tinanding kecamatan Godong, Tuko kecamatan Pulokulon dan Grabagan kecamatan Kradenan pada tanggal 29 Agustus 2019. Sedangkan sehari setelahnya, sampai di Grobogan di dusun Ngrasak Wetan desa Sulursari kecamatan Gabus, dusun Kasihan, desa Crewek, kecamatan Kradenan dan kecamatan dusun Klampok, desa Geyer, kecamatan Geyer. 

Begitu dikirim fotonya saya kaget, lah dibikinin spanduk segala, keluar berapa duit, ya? Tidak pernah ada harapan dihargai seperti itu. Sudah bermanfaat, sudah senang dan bersyukur. Konoooon, itu sebagai bentuk LPJ dari KNPI dan PMI. Bukan somse. Begituh saudara-saudara.

Truk tangki air PMI (dok. PMI)
Truk tangki air PMI (dok. PMI)
***

Jika banyak orang biasa keluar uang untuk cari follower di Instagram atau facebook demi ketenaran atau pamor, saya sedang berusaha mencari follower untuk menjadi donatur penyumbang air di daerah yang rawan kekeringan. Saya ingin jajan kekuatan media sosial bertajuk Kompasiana lang sudah says follow sejak 2011. Dahsyatkah pengaruh artikel-artikelnya seperti jaman itu? Kita tunggu saja nanti.

Sekali lagi, andai Kompasianer seharian nggak bisa mandi, nggak bisa minum pasti hawanya susah. Begitu pula dengan mereka yang kekeringan dalam jangka waktu lumayan lama. 

Berbagi air bersih  untuk anak negeri, yuk. Nggak hanya Jateng tapi se-Indonesia bisa. Selain beli pulsa atau kepuasan pribadi lainnya, ada sebagian dana yang sebenarnya bisa sesekali  disisihkan untuk kemanusiaan. Follow me if you can. (G76)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun