Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Tahun 2030, Jerman Bebas Sedotan dan Sampah Plastik

23 Desember 2018   17:26 Diperbarui: 24 Desember 2018   19:41 692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nogosari dari Indonesia, Backlava dari Suriah dll (dok.Gana)

Justru saya yakin ada hikmah yang menggugah masyarakat entah lokal atau asing yang bahu-membahu untuk mengurangi penggunaan sampah plastik yang tidak bisa didaur ulang maupun dihancurkan. Atau setidaknya membuang sampah pada tempatnya. Selokan, sungai, danau atau lautan bukan tempat sampah! 

Tarik nafas. Jangan khawatir, Indonesia bukan satu-satunya negara yang banyak menghasilkan sampah plastik. Kalau setiap keluarga Jermanmembuang setidaknya 37,8 kg sampah plastik  selama 2014-2015, sebaliknya Irlandia dapat membuang sampah hingga  60,7 kg. Hal terpenting ialah memang harus mampu membatasi diri dalam menggunakan plastik.

Dalam pembahasan di kelas bahasa Jerman, kami membicarakan tentang bahan makanan yang disebut bio menggunakan teknik gen. Meski sudah mulai banyak, rupanya pembungkus plastik pada buah dan sayur, sedikit mengganggu proyek go green tersebut. 

"Saya heran, mengapa Gurke dibungkus kondom." Guru bahasa Jerman dari Polandia menyayangkan mengapa banyak ketimun Jerman masih dibungkus dengan plastik. 

Bukankah plastik bukan bio? Pembuatan plastik memang dari minyak tetapi tidak mudah untuk dihancurkan kalau dibuang, kecuali didaur ulang dengan energi, waktu dan dana yang tidak sedikit. 

Komisi EU akan meminta pertanggung jawaban bagi mereka yang memproduksi barang-barang dari plastik seperti jaring penangkap ikan dan pembungkus makanan dan minuman dengan cara dikenai biaya pengambilan sampah, transportasi sampai proses daur ulangnya. 

Artinya, harga-harga akan naik! Oh, ya, mereka memberitakan bahwa alat penangkap ikan dari plastik ternyata menyumbang 70% sampah plastik di laut, lho. Bagi penyuka ikan seperti saya, merasa ikut bersalah. 

Pakai kantong belanja dari kain yang reuse (dok.Gana)
Pakai kantong belanja dari kain yang reuse (dok.Gana)
Jangan Gunakan Kantong Belanja dari Plastik 

Selain itu, pembelian atau penggunaan kantong belanja dari plastik atau kresek, harus segera dihentikan. Tidak salah kalau saya memiliki proyek "My bag is your bag", dengan mengumpulkan tas dari kain atau parasut dari orang Jerman dan mengirim atau membawanya ke Indonesia untuk dibagikan kepada masyarakat. 

Dengan cara itu, saya yakin, semakin banyak orang Indonesia yang siap belanja dengan tas dari rumah yang dimasukkan ke dalam tas tangan atau ranselnya, ke mana pun mereka pergi.

Orang Jerman sendiri diperkirakan memakai 71 kantong plastik selama 2016, itu akan ditekan sampai maksimal 40 buah kantong saja. Itulah sebabnya sudah sejak beberapa tahun terakhir sampai tahun 2018, yang belanja pakai plastik harus bayar. Sekitar 80% toko seantero Jerman telah berhasil mensukseskan program tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun