Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Begini Rasanya Rayain Kartinian di Jerman

12 Mei 2017   16:00 Diperbarui: 20 Juni 2017   08:01 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu dubes, ibu konjen, tamu Jerman dan diaspora poco-poco (dok.Karina)

Limabelas menit kemudian, dimulai. Suara ibu dubes, ibu konjen, diaspora serta penonton begitu merdu mengiringi terompet dengan lagu “Indonesia Raya“ yang dimainkan Herr Alfred Dufner dari Seitingen.

Eh, pernah dengar lagu “Tanah Pusaka“? Pernah merinding bahkan sampai nangis bombay pas nyanyi atau sekedar denger? Indonesia memang semakin indah dipandang dari jauh. Sumpah!

Nggak percaya? Sebelum acara berakhir, saxophone ditiup Frau Ute Spägele dari Würmlingen, mengharu biru dengan “Ibu Kita Kartini“ dan “Tanah Pusaka.“ Eh, masih pada ingat teks lagunya? Lupa? Nggak papa, yang penting masih bisa melodinya. Mari nyanyi sama-sama....

RA Kartini dan Kartini modern Indonesia (Dok.Karina)
RA Kartini dan Kartini modern Indonesia (Dok.Karina)
Presentasi tentang Kartini

Oi, ada yang lupa. Saya lupa ngecek lagi bahwa ibu dubes akan menambahi draft yang ada di  Powerpoint pakai Inggris, biar suami saya bisa gampang terjemah. Sayangnya, di depan tamu suami saya disuruh terjemahin malah bilang, “Nggak tahu.“ Meledaklah tawa di dalam ruangan. Untung ada diaspora Diah yang ikut membantu.

Hmm. Jadi ingat, sehari sebelumnya, presentasi yang draftnya dibikin staff KBRI Budapest dengan terjemahannya saya, bikin suami ngakak. “Ini artinya opo?“ Suami saya nggak paham tulisan bahasa Jerman saya yang masih grotal-gratul. Habis direvisi, siap di layar untuk dibaca hadirin yang sebagian besar adalah warga Jerman asli. Kemampuan 2-3 bahasa asing memang super penting!


Presentasi ibu dubes menarik. Informasi yang ngingetin perjuangan Kartini yang harus diteruskan wanita Indonesia seperti; jiwa pantang menyerah dan profesional. Ibu Y.M. Wening juga mengulas kisah ketika Kartini dipingit pada usia 12 tahun. Kartini nggak menangisi nasib, justru memperkaya diri dengan membaca dan korespondensi dengan teman-temannya di Belanda. Menulis!

Kompasianer sudah menulis hari ini? Rejeki yang didapat nggak melulu berupa uang tapi juga kekayaan batin karena berbagi.

Tingklik dari Anggur Jaya Freiburg (Dok. Karina)
Tingklik dari Anggur Jaya Freiburg (Dok. Karina)
Penari cilik (dok.Helena Pfau)
Penari cilik (dok.Helena Pfau)
Kesatria Tangguh dan Srikandi (dok.Karina)
Kesatria Tangguh dan Srikandi (dok.Karina)
Manokrawa (dok.Karina)
Manokrawa (dok.Karina)
Ibu dubes, ibu konjen, tamu Jerman dan diaspora poco-poco (dok.Karina)
Ibu dubes, ibu konjen, tamu Jerman dan diaspora poco-poco (dok.Karina)
Genjring party (dok.Helena Pfau)
Genjring party (dok.Helena Pfau)
Hebohnya sajian panggung

Uang nggak jatuh dari langit. Berkat sponsor dari perusahaan di Tuttlingen dan fasilitas serta alat-alat dari Pemda Seitingen-Oberflacht dan museum Seitingen-Oberflacht, acara yang diberi tajuk “Indonesischer Abend“ itu berhasil mengusung program istimewa, musik tradisional Tingklik Bali dari payuguban Anggur Jaya. Itu grup orang Jerman yang dipimpin oleh Herr Martin Winter dari Freiburg.

Selain musik, ada tarian yang menggambarkan peran penting dan utama perempuan, Bondan kendi yang saya bawakan dengan anak ragil, tari Kesatria Tangguh yang ditampilkan Karina Dian Anjani dari KBRI Budapest, tari Srikandi, tari Genjring Party (Linda dan Peni), tari Topeng Cirebon dari Jawa Barat (Didi) dan tari Manokrawa dari Bali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun