Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Perbedaan Arti Bunyi Klakson di Indonesia dan di Jerman

7 November 2016   14:38 Diperbarui: 7 November 2016   17:09 946
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

***

Bunyi klakson saya kira tetap perlu, tapi kalau digunakan berlebihan kesannya tidak sopan di jalanan, polusi suara dan mengganggu kenyamanan. Bukankah bangsa Indonesia terkenal dengan budi pekerti luhurnya dibanding bangsa lain? 

Saya tidak tahu harus mulai dari mana untuk mengubah kebiasaan masyarakat kita dalam menggunakan klakson pada tempat dan porsinya.
Harus diatur Satlantas secara resmi?
Penyuluhan di sana-sini dan sejak dini?
Sosialisasi berlalu lintas yang baik, sopan dan benar?
Semua SIM dicabut dan dibuat seperti di Jerman dengan kursus 18 kali datang lalu tes tertulis dan tes praktek yang ketat? Gagal harus coba lagi, sampai sempurna tahu peraturan lalin di jalan?
Dari diri sendiri?
Saya kira memang harus dimulai dari setiap pribadi, meskipun kenyataannya tak mudah.

Mumet. (G76)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun