Mohon tunggu...
Gabrielle Nadya Andrian
Gabrielle Nadya Andrian Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Penerima Beasiswa Prestasi Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti Program Studi Usaha Perjalanan Wisata 2020

Mahasiswa Penerima Beasiswa Prestasi Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti Program Studi Usaha Perjalanan Wisata 2020 Menulis artikel seputar pengetahuan umum, bahasa, maupun pariwisata.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Bagaimana Dampak Belajar Online di Masa Pandemi ini?

23 Januari 2021   15:37 Diperbarui: 23 Januari 2021   15:44 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

COVID-19, atau yang biasa dikenal dengan coronavirus, adalah salah satu kelompok virus yang menyebabkan penyakit yang cukup berat. Virus ini menyerang badan manusia, khususnya pada pernafasan. Penularan coronavirus juga sangat cepat, dan masa pemulihannya juga tidak dapat dikendalikan secara cepat, sehingga ketika seseorang sudah terpapar virus ini, ia harus diisolasi minimal 14 hari hingga pulih.

Penyebaran coronavirus yang cepat membutuhkan koordinasi yang tepat dari pemerintah dan masyarakat. Pemerintah Indonesia menetapkan banyak kebijakan baru, mulai dari protokol kesehatan, PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), hingga WFH (Work From Home) dan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh). 

Tentunya segala kebijakan baru tersebut memiliki dampak yang cukup besar terhadap perubahan kehidupan masyarakat, terutama bagi anak-anak, siswa, hingga mahasiswa yang masih menempuh Pendidikan, karena sekarang ini, mereka harus mulai membiasakan diri untuk masuk ke lingkungan belajar yang baru, yaitu Pembelajaran Jarak Jauh, atau yang lebih dikenal dengan belajar online (daring). Tentunya dampak yang didapatkan dapat berupa dampak positif maupun dampak negatif, berikut beberapa dampak tersebut berdasarkan banyak pengalaman dari para murid.

1. Materi yang sulit dimengerti

Pada masa pembelajaran daring, banyak dari guru maupun dosen yang menggunakan berbagai aplikasi online penunjang belajar. Misalnya Zoom, Google Meet, Google Classroom, dan lain sebagainya. Aplikasi tersebut memang mudah untuk digunakan, karena dengan itu, guru dapat menyampaikan materinya dengan mudah meskipun jaraknya dengan murid-muridnya jauh.  Selain itu mereka juga dapat mengirimkan materi maupun tugas dengan mudah dan cepat.

Tetapi, bagaimana jika sebagian guru tidak dapat menggunakan aplikasi online tersebut? Banyak dari mereka yang hanya menyampaikan materi dalam bentuk pdf, misalnya, dan tidak mengajar atau menjelaskannya lewat Zoom, maupun aplikasi video call lainnya. Mungkin bagi sebagian murid, mereka bisa langsung menangkap materi yang dikirimkan, meskipun tidak dijelaskan secara langsung oleh gurunya. 

Lalu bagaimana dengan yang lainnya? Kebanyakan dari mereka justru memerlukan guru untuk menjelaskan materi yang mereka pelajari. Tidak jarang juga terjadi, meskipun guru yang bersangkutan sudah menjelaskan materi melalui video call, murid-murid sulit untuk menangkap materi yang telah disampaikan karena berbagai faktor. 

Terkadang guru terlalu menyamaratakan kondisi dari semua muridnya, padahal, banyak dari mereka, yang misalnya memiliki gawai yang kurang menunjang, serta internetnya kurang baik, atau suasana rumahnya kurang mendukung untuk mengikuti pembelajaran daring.

Dengan pembelajaran daring, terkadang murid-murid dapat mengikuti pembelajaran sambil makan, atau bahkan tidur. Hal tersebut juga membuat para murid kesulitan mengerti materi yang disampaikan, apalagi ketika pembelajaran daring, karena guru tidak dapat memantau seluruh muridnya secara langsung, sehingga mereka tidak dapat langsung menegur murid yang kurang konsentrasi. Banyak murid juga pada akhirnya kesulitan dalam mengerjakan ujian, karena materi yang mereka dapatkan sulit untuk dipahami.

2. Whatsapp Anxiety 

Saat ini kita mengenal frasa baru, bernama “whatsapp anxiety”. Anxiety sendiri dapat berarti ketakutan atau rasa cemas berlebih, sehingga “whatsapp anxiety” dapat berarti takut, cemas, atau merasa panik ketika mendapatkan notifikasi dari whatsapp atau ketika membuka aplikasi untuk berkomunikasi tersebut. Mengapa hal ini dapat terjadi di kalangan para murid yang menjalani pembelajaran jarak jauh?

Pembelajaran jarak jauh membuat seseorang harus terus aktif melihat dan mengecek berbagai sosial media yang berhubungan dengan pembelajaran, seperti Line, E-mail, Google Classroom maupun aplikasi lainnya, terutama Whatsapp, yang sering digunakan. 

Tidak sedikit juga guru, dosen, atau atasan yang memberi kabar seperti tugas atau pekerjaan ketika pagi buta atau malam hari sebelum tidur. Hal tersebutlah yang dapat menimbulkan munculnya nama "whatsapp anxiety" ini. 

Banyak orang jadi takut untuk membalas bahkan melihat pesan yang disampaikan dari whatsapp mereka meskipun pesan tersebut sebenarnya penting. 

Misalnya ketika seseorang sedang beristirahat di malam hari, tiba-tiba guru dari kelasnya mengirimkan tugas dengan deadline yang cukup dekat, hal tersebut menyebabkan dia tidak dapat beristirahat dengan baik dimalam harinya, padahal sebenarnya gurunya bisa saja mengirimkan tugas tersebut di pagi hari, agar tidak mengganggu jam istirahat di malam hari.

Contoh kasus lain misalnya ketika seseorang sudah memberikan link zoom yang tidak di jadwalkan atau aplikasi video call lainnya untuk kelas daring, di whatsapp, lebih awal dari kelas dimulai. Misalnya kelas dimulai pukul 8.30, tetapi sudah dipaksakan untuk masuk pukul 8. 

Sebetulnya memang baik untuk masuk lebih awal, tetapi kita tidak tahu kendala apa yang sedang dialami oleh orang yang akan mengikuti kelas daring tersebut.

Ada banyak kendala yang bisa saja dialami, misalnya kuota yang dipakai tidak banyak, atau misalnya ia seharusnya bisa mengerjakan pekerjaan rumahnya dulu dalam waktu setengah jam sebelum kelas dimulai, tetapi karena dipaksakan untuk masuk, jadi pekerjaan rumahnya tidak dapat diselesaikan.

3. Perlunya pengeluaran lebih dalam penggunaan internet

Pada pembelajaran daring, kita memerlukan kuota internet yang cukup banyak serta jaringan internet yang baik. Tetapi tidak semua orang dapat disamaratakan, terutama dalam hal ini. 

Meskipun pemerintah sudah memberikan subsidi kuota internet untuk banyak bidang pendidikan, tetapi banyak dari mereka yang juga tidak dapat menggunakannya dengan baik, misalnya karena jaringannya kurang baik ditempatnya, atau karena gawai yang dipakai juga kurang memadai.

Lalu tidak sedikit juga orang-orang yang memakai laptop untuk pembelajaran daringnya, dan kuota subsidi tidak dapat digunakan dalam hal ini. Pernah juga dialami ketika internet seseorang sedang tidak baik, atau ketika listrik sedang padam, sehingga membuat seseorang dapat tertinggal dari materi yang disampaikan.  

4. Dampaknya pada Kesehatan

Pembelajaran daring juga berdampak cukup banyak pada kesehatan seseorang. Hal ini disebabkan karena dari pembelajaran daring, seseorang dipaksakan untuk duduk dan berdiam diri didepan laptop atau gawai yang digunakan. 

Lain hal dengan pembelajaran luring, karena mereka yang sedang belajar di kelas luring atau offline misalnya dapat dipanggil untuk berdiri didepan kelas dan menyampaikan presentasi, atau misalnya mereka akan mengadakan kelas praktek di luar kelas. 

Maka dari itu banyak dari mereka yang mengeluh sakit, atau pegal-pegal di beberapa daerah tubuh, hingga sakit pada bagian mata, ketika sedang pembelajaran daring. Tidak sedikit juga yang sampai sakit demam atau tifus karena pembelajaran daring ini.

Tidak hanya kesehatan pada fisik atau tubuh, pembelajaran daring juga memiliki dampak pada kesehatan mental seseorang. Pada pembelajaran daring, kita semua dituntut untuk mengikuti kelas daring maupun mengerjakan tugas sendirian. 

Apalagi ketika tugas daring yang diberikan biasanya lebih banyak dibandingkan tugas luring yang biasanya. Beberapa mungkin bisa saja mengadakan kerja kelompok secara daring, tetapi suasananya tetap akan berbeda dengan kerja kelompok secara luring atau bersamaan. Banyak orang merasa kesepian dan tidak mendapatkan dorongan mental secara langsung dari orang sekitarnya, karena mereka sendiri berjauhan untuk sekarang ini.

5. Sulitnya adaptasi ke lingkungan baru

Pembelajaran daring adalah lingkungan baru bagi semua kalangan, dan mereka semua dituntut untuk beradaptasi cepat terhadap lingkungan baru ini. Padahal banyak dari mereka, yang baru saja masuk ke lingkungan baru, misalnya baru masuk SMP, atau baru masuk kuliah, tetapi sudah harus beradaptasi dengan dua lingkungan baru, dan salah satunya yaitu pembelajaran daring.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun