Mohon tunggu...
Gabriela Loupatty
Gabriela Loupatty Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Kristen Satya Wacana

Remaja biasa yang suka menulis, membaca, mendengar lagu, dan menonton drama korea.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Amanda, Startup, dan Mimpi Bergaji Dolar

12 Oktober 2022   23:16 Diperbarui: 12 Oktober 2022   23:45 939
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salatiga (12/10/2022) - Pada Rabu malam (12/10), saya bertemu Jean Amanda (26). Ia merupakan seorang Managing Director di PT. Lead Geeks Indonesia. Bermula dari sebuah mimpi, kini wanita dewasa muda tersebut dapat menghidupi keinginannya. "I was happy, karena salah satu mimpi aku adalah digaji pakai dolar", ungkapnya. Kisah ini bermula ketika Ia menerima tawaran paruh waktu oleh mantan rekan kerjanya yang tinggal di Amerika. Tak disangka, keduanya kemudian memutuskan untuk bekerjasama dan merintis startup sejak November 2019. 

Perusahaannya, yang lebih dikenal sebagai LeadGeeks, merupakan  B2B Digital Marketing Agency for High Tech Industry. Artinya, LeadGeeks membantu klien untuk mencapai sasaran marketing melalui digital technologies & media. Pada saat ini, LeadGeeks berfokus pada prospek penjualan secara outbound. Dengan menjadikan Amerika, Eropa, Kanada, Asia sebagai pasar sasarannya.

Sebagai sebuah startup, perkembangan LeadGeeks dapat dibilang cukup signifikan. Dimulai sejak September 2019, LeadGeeks kemudian didaftarkan di United States pada 27 November 2019. Hingga akhirnya terdaftar sebagai salah satu Perseroan Terbatas di Indonesia pada 27 November 2021 yang lalu. Bermula dari dua orang yang saling membutuhkan, kini LeadGeeks telah memiliki 35 karyawan dengan 5 departemen yang berbeda fokus. 

Amanda menegaskan bahwa apa yang terjadi pada dirinya tidak instan. Tepat, bahkan mie yang diklaim instan pun harus direbus terlebih dahulu. Satu hal yang sangat Ia ingat, LeadGeeks sempat mengalami high turnover rate; tingkat keluar masuk karyawannya sangatlah tinggi. Kala itu, sebagai startup baru, LeadGeeks belum memiliki kantor, bentuk perusahaan, jenjang karir yang jelas, dan keuntungan finansial yang dapat diberikan kepada karyawan. 

Hal lain yang memperberat perjuangan LeadGeeks pada saat tersebut yaitu budaya kekeluargaan di Indonesia yang turut mempertanyakan nasib para karyawan. Mereka tidak begitu yakin karena LeadGeeks masih tergolong baru dan belum begitu dikenal. Ide seseorang bekerja secara daring pun memperkuat keraguan beberapa pihak. Untuk mengatasinya, LeadGeeks kemudian berusaha mempererat hubungan antar karyawan, membenahi sistem yang ada, memberi fleksibilitas, dan juga mendorong pertumbuhan karyawan secara profesional. Perlahan namun pasti, perusahaan pun berhasil meningkatkan keuntungannya sehingga dapat memberi manfaat finansial yang lebih untuk para karyawan. 

Dokpri Harapan Karywan terhadap LeadGeeks
Dokpri Harapan Karywan terhadap LeadGeeks

Menurut Amanda, rahasianya adalah kesiapan dan kesempatan. Kesiapan tanpa kesempatan tiada artinya. Sama halnya ketika kita sudah mendapat kesempatan, tetapi terlewat begitu saja karena merasa belum siap. Oleh sebab itu, sangatlah penting untuk memberikan yang terbaik dalam segala hal. Bukan hanya ketika kita sudah menduduki jabatan tertentu. 

Seringkali ketika bekerja, kita enggan memberi 100% apalagi lebih. Dengan pelbagai dalih, mulai dari gaji yang tak sesuai, lingkungan kerja yang toxic, karir yang tidak berkembang, bahkan perasaan bosan dan ingin segera rebahan sembari menonton drama Korea kesayangan. Namun, menurut Amanda, kita tidak akan pernah tahu kapan, dimana, dan dari siapa kesempatan akan menghampiri. Maka dari itu, Ia menyarankan untuk memberi sebaik mungkin agar kita juga mendapatkan sebaik-baiknya kesempatan ketika sudah siap. 

Ketika Amanda diberi tawaran untuk bekerjasama oleh rekan pendirinya, hanya ada satu hal yang Ia pikirkan. Kalau kita tidak mencoba sesuatu, maka jawabannya hanya ada satu, kegagalan. Tetapi, jika kita memilih untuk mencoba, kita akan memiliki 2 pilihan yang menanti, entah keberhasilan atau kegagalan. Sehingga, untuk mencapai mimpi kita, suatu hal tidak boleh dilihat sebagai momok melainkan peluang. Lagipula, dalam pekerjaannya, Ia akan bekerjasama dengan CEO dan Co-Founder yang sudah berpengalaman di bidang sales dan marketing selama bertahun-tahun. 

Selain berpegang pada prinsip tersebut, Amanda juga merasa banyak hal lain yang akan mempengaruhi kehidupan. Mengikuti berbagai organisasi adalah salah satunya, seperti mengambil bagian dalam kepanitiaan ataupun  Kelompok Bakat Minat dan membangun relasi. Karena sejatinya, bukan dari almamater mana kita berasal, melainkan apa saja yang telah kita lakukan saat dipercaya untuk memakai almamater tersebut. 

Amanda sendiri merupakan lulusan Sastra Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW). Ia sukses meraih predikat lulusan terbaik juga aktif dalam mengikuti berbagai kegiatan selama menempuh 4 tahun bangku perkuliahan. Sebagai bagian dari minoritas yang berdaya cipta, Amanda juga memiliki kerinduan untuk membuktikan bahwa dirinya bukanlah satu-satunya. Baik mahasiswa UKSW maupun masyarakat Salatiga juga dapat menjadi individu yang berdaya cipta, berdaya jual, dan berdaya saing di era ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun