Mohon tunggu...
Gabriel Abastian
Gabriel Abastian Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Inspiring

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Identitas Diri

12 Februari 2024   20:27 Diperbarui: 12 Februari 2024   20:34 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
GAMBAR DIAMBIL DARI https://paragram.id/berita/pembentukan-identitas-diri-kudu-kamu-kenali-saat-menjelang-dewasa-begini-penjelasannya-11526

Who am I ??

Pribadi Paulus

1. Paulus Seorang Hamba Kristus Yesus
2. Paulus Seorang Rasul Kristus
3. Paulus milik Yesus yang disucikan

1. Paulus sebagai Hamba Kristus Yesus

Dalam pengenalannya terhadap orang-orang Kristen yang ada di Roma, Paulus sedang memberikan suatu pernyataan yang isinya tentang dirinya sendiri dan bagaimana dirinya menjadi seorang pelayan Injil.

Seperti pada umumnya dalam budaya Yunani-Romawi menulis surat, Paulus memperkenalkan dirinya secara khusus tentang statusnya ketika menulis surat tersebut. Dengan Jelas disebutkan bahwa Paulus seorang hamba Kristus Yesus. Meskipun sepertinya dalam menulis surat Roma ini ditemani oleh rekan sekerjanya (Timotius) Roma 16:21, Dengan semgaja Paulus ingin memperkenalkan dirinya secara pribadi kepada orang-orang yang ada di Roma. Adapun tujuannya tidak lain adalah untuk meyakinkan para pembacanya tentang identitasnya dan bagaimana Tuhan bekerja dalam hidupnya.

Dengan tegas dalam kesempatan ini Paulus memperkenalkan dirinya sebagai hamba Kristus Yesus (  ), doulos christou Isou). Dalam hal ini terdapat dua hal penting yang perlu dibahas terlebih dahulu yakni Hamba dan Kristus Yesus.

Kata hamba yang digunakan oleh Paulus adalah doulos yang berarti "hamba." Meskipun terlihat aneh bagi orang Yunani namun bagi orang Yahudi kata tersebut tidak aneh.

https://bible.org/seriespage/1-study-and-exposition-romans-11-7

Beberapa komentator berpendapat bahwa karena perbedaan besar antara perbudakan Yahudi seperti yang dipraktikkan di zaman Perjanjian Lama dan perbudakan Roma abad pertama, Paulus hanya memikirkan konsep Yahudi ketika berbicara tentang hubungannya dengan Kristus.

Kata yang sama yang digunakan oleh Paulus adalah ebed yang merujuk pada hubungan tuan dan hamba. Adapun maksud Penulis tersebut digunakan dalam hubungannya antara umat Tuhan dengan Tuhan. Lebih dari itu kata tersebut merujuk pada tokoh-tokoh dalam perjanjian lama seperti; Musa (Yos. 1:1; 14:7), Daud (Mzm. 89:3; 2 Sam. 7:5, 8), Elia (2 Raj. 10:10).

Dalam hal ini dapat diketahui bahwa:
Paulus sedang menunjukkan dirinya sebagai salah seorang yang Kudus dari tokoh-tokoh yang Kudus dalam perjanjian lama,
Paulus mengucap syukur atas keberadaannya sebagai hamba Kristus Yesus.
Meskipun demikian, tidak cukup hanya di situ. Tujuan utamanya sebenarnya bukan untuk menyombongkan diri sebagai salah seorang yang Kudus, melainkan  untuk menunjukkan sebuah komitmen untuk melayani Yesus.
Galatia 2:20 "namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku."

Dalam pengertian lain istilah hamba Kristus Yesus dapat dimengerti sebagai budak atau hamba firman Allah, Kebijaksanaan, kebenaran, kebajikan yang identik pada diri Yesus Kristus.

{Origen, The Fathers of the Church, Commentary On teh Epistle to The Romans, Books 1-5, Translated by Thomas P. Scheck, (Washington, D.C: The Catholic University of America Press), hlm.62}

Artinya bahwa Paulus tidak melayani daging, kesombongan atau keserakahan, iri hati dan sebagainya. Hal ini terjadi karena ia memandang Yesus sebagai TUHAN.
Pernyataan ini ditegaskan juga dalam ayat lain bahwa orang yang masih memikirkan dirinya sendiri adalah seteru salib Kristus.

Filipi 3:18-19 (TB)  Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus.
Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi.

Noted:
Bukan hanya Paulus, melainkan juga setiap orang percaya adalah hamba Kristus yang sudah seharusnya memiliki komitmen untuk melayani Yesus Kristus yang artinya menjadi hamba Firman Allah, kebijaksanaan dan kebenaran. Itulah identitas diri kita sebagai orang percaya yang sudah diselamatkan dalam Yesus Kristus.

2. Paulus sebagai Rasul

Pengenalan selanjutnya tidak bisa dipisahkan dari pengenalan yang pertama yaitu sebagai hamba Kristus Yesus (  ), doulos christou Isou). Artinya dengan mengawali dirinya sebagai hamba untuk mempertegas bahwa kerasulannya bukan secara kebetulan, bukan juga dari keinginannya sendiri dan bukan juga oleh karena orang lain (teman, sahabat, orang tua dan orang-orang terdekatnya). Kerasulan Paulus adalah dari TUHAN sendiri.

Kisah Para Rasul 9:1-6, 10, 15-16 (TB) Sementara itu berkobar-kobar hati Saulus untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan. Ia menghadap Imam Besar,
dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem.
Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia.
Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: "Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?"
Jawab Saulus: "Siapakah Engkau, Tuhan?" Kata-Nya: "Akulah Yesus yang kauaniaya itu.
Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat."
Di Damsyik ada seorang murid Tuhan bernama Ananias. Firman Tuhan kepadanya dalam suatu penglihatan: "Ananias!" Jawabnya: "Ini aku, Tuhan!"
Tetapi firman Tuhan kepadanya: "Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel.
Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku."

Dari pernyataan tersebut kita tahu bahwa Paulus dengan berani dan tegas mengatakan kerasulan nya adalah dari sang Tuan yang dia layani sekarang. Sang Tuan, yaitu Yesus Kristus lah yang mengutus Paulus menjadi Rasulnya. Hal ini dapat terlihat jelas ketika memperhatikan apa yang dimaksud dengan kata Rasul yang ditulis oleh Paulus. Kata yang ditulis adalah (apostle) yaitu rasul dan Kata ini adalah kata yang digunakan Tuhan Yesus untuk menggambarkan hubungan-Nya dengan Allah,

Ibrani 3:1 (TB)  Sebab itu, hai saudara-saudara yang kudus, yang mendapat bagian dalam panggilan sorgawi, pandanglah kepada Rasul dan Imam Besar yang kita akui, yaitu Yesus,

Yohanes 17:3 (TB)  Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.

Paulus yang adalah seorang hamba dari Yesus Kristus telah dipercayakan untuk menyampaikan kebenaran dari Sang Tuan itu sendiri. Oleh karenanya otoritasnya bukan pada diri Paulus melainkan dari Dan Tuan, Yesus Kristus. Jadi dengan menjelaskan dirinya sebagai hamba Kristus dan kemudian melanjutkannya dengan menjadi rasul-Nya kita mendapati ada dua hal Penting yaitu;

Paulus adalah orang yang rendah hati. Dengan kata lain, segala hal yang dilakukan dan disampaikan itu bukan bersumber dari dirinya sendiri melainkan dari sang Tuan, Yesus Kristus.
Adanya kepatuhan yang total dari Paulus. Kepatuhan terwujud dari dirinya yang mau diutus oleh Tuhan dengan tidak menghiraukan nyawanya sedikitpun. Kisah Para Rasul 20:24 Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikit pun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah.

Noted:
Setiap kita yang percaya adalah hamba Kristus yang juga sekaligus rasul (utusan) Kristus yang juga diutus oleh Kristus untuk menyampaikan Firman Kebenaran-Nya bagi dunia yang penuh dengan dosa ini. Dengan memahami hal ini sudah semestinya kehidupan kita sebagai hamba-hamba Kristus 1) memelihara sikap yang rendah hati. Dalam pengertian lain tidak menganggap diri lebih hebat dan benar dari yang lain serta tidak mudah menyalahkan orang lain dengan hanya melihat satu atau dua kesalahan yang dilakukan. Sebab kita adalah sama-sama orang berdosa yang dipakai oleh Allah untuk menjadi alat/instrumen bagi kemuliaan-Nya.
Kalaupun kita bisa melakukan banyak hal itu karena Tuhan yang telah memampukan kita. Kemudian selain memelihara sikap yang rendah hati ada lagi yang disebut sebagai 2) kepatuhan total. Maksudnya lakukanlah semua yang kehendaki Allah bagi diri kita. Sebab kita adalah hamba segaligus utusan-Nya. Dalam mengutus tentunya Sang Tuan tidak akan membiarkan kita begitu saja, Dia juga akan memperlengkapi kita dengan berbagai karunia yang ada. Lebih lagi jaminan kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan dan damai sejahtera telah dan pasti disediakan bagi setiap kita yang patuh secara total.

3. Paulus menjadi milik Allah yang disucikan

Jaminan keselamatan, hidup yang penuh kebahagiaan, damai sejahtera merupakan suatu kepastian bagi orang yang percaya kepada Kristus. Hal ini benar karena kita adalah milik Allah dalam Yesus Kristus. Sebagai milik Allah kita dipisahkan dari kehidupan dunia yang penuh dengan kejahatan. Dalam mengutus hamba-Nya, Allah tidak sekedar mengutus begitu saja. Paulus tidak hanya sekedar seorang hamba dan rasul biasa melainkan hamba dan rasul yang dikuduskan oleh Kristus.

Dalam hal ini Paulus tidak menggunakan kata "hagios" melainkan Kata (having been set apart) yang berarti telah dipisahkan. Maksudnya Paulus ingin menjelaskan kepada pembaca termasuk kita semua yang percaya bahwa Paulus memang sudah ditentukan sejak awal oleh Allah untuk dipisahkan atau dikhususkan melayani Dia sebagai seorang yang menyampaikan dan memberi teladan kebenaran bagi kemuliaan-Nya.

Galatia 1:15 (TB)  Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karunia-Nya, 

Jadi jelas bahwa kerasulan Paulus merupakan kasih karunia dari Allah semata dan itu sudah ditentukan sejak dalam kandungan.

Pemisahan harus terjadi supaya setiap orang tahu siapa Allah melalui utusan-Nya yang telah dipisahkan dan hidup sesuai dengan firman-Nya. Artinya bukan persoalan yang gampang untuk menjadi utusan karena Allah mau setiap utusan Allah harus menjadi cermmin bagi orang lain untuk melihat kemuliaan Allah. Sebagai cermin ada hal-hal yang harus diperhatikan;

Agar orang dapat bercermin dengan baik dan jelas maka cermin itu haruslah bersih. Sebab jika tidak bersih maka pandangan orang tersebut terhadap dirinya pasti kabur.
Sebagai cermin harus dapat menunjukkan siapa diri orang yang bercermin itu. Hal ini bisa terjadi jika bagian yang pertama sudah terjadi.
Tujuannya supaya yang bercermin dapat mengoreksi dengan baik apa yang masih kurang dan harus diperbaharui dalam dirinya.

Kebersihan cermin yang merupakan gambaran tentang diri kita sebagai orang percaya itu terlihat apakah kita sudah menghidupi Injil itu atau belum. Sudahkah Injil itu benar-benar kita alami dalam hidup kita atau belum ?

Jika Injil itu belum ada dalam diri kita dan belum kita alami maka sudah pasti bahwa orang lain tidak akan pernah bisa melihat kemuliaan Allah melalui hidup kita.

Noted;
Pemisahan dimaksudkan 1) untuk membuat adanya perbedaan antara Injil Yesus Kristus dengan injil-injil palsu yang diajarkan oleh dunia ini, kemudian 2) untuk membuat orang lain bersikap rendah hati dan menyadari akan keberadaannya yang penuh dengan dosa dan membawa mereka untuk membersihkan setiap kotoran (dosa) yang ada dalam diri mereka melalui Iman kepada Yesus Kristus.

Kesimpulan;

Setiap orang percaya adalah hamba Kristus Yesus yang dikuduskan atau dipisahkan secara khusus oleh Allah untuk menjadi utusan atau duta besar atau kepercayaan Allah sebagai cermin hidup bagi banyak orang sehingga melalui hidup kita, orang lain dapat melihat kemuliaan Allah.

Namun demikian orang lain tidak akan melihat kemuliaan Allah jika kita belum mengalami Injil dalam hidup kita yang diwujudkan dalam hidup yang rendah hati dan patuh secara total terhadap kehendak Allah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun