Mohon tunggu...
Gabriel Abastian
Gabriel Abastian Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Inspiring

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Identitas Diri

12 Februari 2024   20:27 Diperbarui: 12 Februari 2024   20:34 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
GAMBAR DIAMBIL DARI https://paragram.id/berita/pembentukan-identitas-diri-kudu-kamu-kenali-saat-menjelang-dewasa-begini-penjelasannya-11526

Agar orang dapat bercermin dengan baik dan jelas maka cermin itu haruslah bersih. Sebab jika tidak bersih maka pandangan orang tersebut terhadap dirinya pasti kabur.
Sebagai cermin harus dapat menunjukkan siapa diri orang yang bercermin itu. Hal ini bisa terjadi jika bagian yang pertama sudah terjadi.
Tujuannya supaya yang bercermin dapat mengoreksi dengan baik apa yang masih kurang dan harus diperbaharui dalam dirinya.

Kebersihan cermin yang merupakan gambaran tentang diri kita sebagai orang percaya itu terlihat apakah kita sudah menghidupi Injil itu atau belum. Sudahkah Injil itu benar-benar kita alami dalam hidup kita atau belum ?

Jika Injil itu belum ada dalam diri kita dan belum kita alami maka sudah pasti bahwa orang lain tidak akan pernah bisa melihat kemuliaan Allah melalui hidup kita.

Noted;
Pemisahan dimaksudkan 1) untuk membuat adanya perbedaan antara Injil Yesus Kristus dengan injil-injil palsu yang diajarkan oleh dunia ini, kemudian 2) untuk membuat orang lain bersikap rendah hati dan menyadari akan keberadaannya yang penuh dengan dosa dan membawa mereka untuk membersihkan setiap kotoran (dosa) yang ada dalam diri mereka melalui Iman kepada Yesus Kristus.

Kesimpulan;

Setiap orang percaya adalah hamba Kristus Yesus yang dikuduskan atau dipisahkan secara khusus oleh Allah untuk menjadi utusan atau duta besar atau kepercayaan Allah sebagai cermin hidup bagi banyak orang sehingga melalui hidup kita, orang lain dapat melihat kemuliaan Allah.

Namun demikian orang lain tidak akan melihat kemuliaan Allah jika kita belum mengalami Injil dalam hidup kita yang diwujudkan dalam hidup yang rendah hati dan patuh secara total terhadap kehendak Allah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun