Mohon tunggu...
Irfani Zukhrufillah
Irfani Zukhrufillah Mohon Tunggu... Dosen - dosen

seorang ibu dua anak yang sedang belajar mendidik siswa tak berseragam

Selanjutnya

Tutup

Money

Harusnya, Halal Bukan Sekedar "Label"

18 Oktober 2017   11:35 Diperbarui: 18 Oktober 2017   11:53 715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

coba bayangkan,

jika label halal bisa dibeli?

jika sertifikat halal bisa dicetak sendiri?

siapa lagi yang lantas bisa dipercaya?!

**

iya, halal harusnya bukan hanya sekedar label. karena label bisa saja dibeli. ijazah saja sudah mulai dijual di pasaran. KTP pun bisa di scan hingga bisa diedit jenis kelaminnya yang ujung-ujungnya menimbulkan pernikahan sejenis. 

halal harusnya menjadi ciri khas dari seorang muslim. bukan hanya karena gaya hidup. bukan pula imbas latah dari para pegiat produk halal. apalagi hanya sekedar gaya-gayaan ikutan trend. seolah meningkatkan prestige ketika bertanya ke waitersrestoran ternama, 'resto ini sudah sertifikat halal belum ya?' dan kemudian berlalu dengan wajah nyinyir ketika waitersdengan serba salah memberikan jawaban diplomatis yang intinya, BELUM bersertifikat halal. atau lantas berlalu tepat di depan wajah si waitersketika dengan bangga waitersmenunjuk sebuah pigora berornamen warna emas pembingkai sertifikat halal yang 'nampang' di dinding restoran.

bukan.. bukan sekedar itu..

karena halal adalah bentuk ketaatan seorang muslim. bentuk kepasrahan kepada Sang Khaliq yang dengan tegas menyebut beberapa jenis makanan yang diharamkan di dalam firmanNya QS. Al Maidah:3. betapa perintah ini merupakan bentuk uji coba keimanan bagi setiap pemeluk agama. yang akan menjadi tes ketika ada sanggahan, 'mengapa Islam melarang ini atau itu. mengapa ini diharamkan. padahal tidak nampak gejala mencurigakan apalagi membahayakan. atau ternyata yang dilarang merupakan hal yang menyenangkan pemuas nafsu manusiawi. dan mengapa-mengapa atau apa-apa yang lain.

atau meski tidak begitu ekstrem berwujud olahan babi -misalnya- tetapi campuran minyaknya yang cenderung tak nampak, disajikan di sebuah resto ternama, dan akan membawa gengsi tersendiri ketika memajang 'selfie' di salah satu pojokan restonya, masihkah kita yang mengaku muslim, beriman kepada Allah dan RasulNya, mengimani kitab-kitabNya, mengimani malaikat-malaikatNya, beriman kepada hari akhir serta qodo' dan qodar Allah, akan menerima panganan tersebut dengan dalih tidak mau suudzon kepada yang belum terbukti ketidakhalalannya.

jikalau halal hanya menjadi label dengan perjuangan sertifikasi sebuah produk untuk di uji coba sedemikian hingga, maka yang terjadi bisa saja maraknya olahan panganan atau produk jadi yang terindikasi tidak halal meski telah mengantongi label halal. betapa tidak, akan banyak jiwa-jiwa yang nakal sehingga tidak lagi peduli dengan pentingnya menjaga kualitas produk mereka, toh, label halal bisa dia beli dengan mudah. jika hanya label yang sungguh dikejar sebagai sebuah prestige, bukan sebuah keharusan akan keimanan seseorang yang mengaku muslim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun