Kesehatan masyarakat merupakan aset penting dalam pembangunan daerah. Di Kota Malang, potensi ilmu biologi terapan dapat menjadi solusi strategis untuk meningkatkan derajat kesehatan warga. Melalui riset bioteknologi, pengelolaan lingkungan, dan pengembangan teknologi kesehatan berbasis biologi, berbagai permasalahan kesehatan dapat ditangani secara lebih efektif. Kolaborasi antara akademisi, tenaga medis, dan pemerintah daerah menjadi kunci dalam mewujudkan masyarakat Malang yang sehat, tangguh, dan berdaya saing.Data Dinas Kesehatan Kota Malang tahun 2023 menunjukkan peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) sebesar 15% dibanding tahun sebelumnya, dengan 1.200 kasus terkonfirmasi. Penyakit ini ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang siklus hidupnya dipengaruhi oleh variabel biologis dan lingkungan seperti faktor genetik nyamuk, suhu udara, dan kelembapan. Dengan populasi sekitar 880.000 jiwa (BPS Malang), kepadatan penduduk mempercepat penyebaran penyakit ini.
Selain penyakit menular, penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus dan hipertensi juga menunjukkan tren peningkatan. Riskesdas 2023 melaporkan prevalensi diabetes di Jawa Timur mencapai 6,5%, dan hipertensi sekitar 24%. Faktor biologis seperti predisposisi genetik dan dinamika metabolisme yang dipengaruhi gaya hidup menjadi determinan utama. Literasi biologis yang memadai sangat krusial dalam menjelaskan patogenesis penyakit dan mendorong perubahan perilaku menuju pola hidup sehat.
Pengetahuan ilmiah tentang interaksi antara patogen, host, dan lingkungan memungkinkan masyarakat mengadopsi tindakan preventif yang tepat, seperti pengendalian vektor dan modifikasi gaya hidup. Misalnya, pemahaman siklus hidup nyamuk dan mekanisme penularan virus dengue meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Demikian pula, wawasan mengenai regulasi metabolisme dan resistensi insulin mendukung pengelolaan penyakit tidak menular.
Kemajuan teknologi biologi molekuler menghadirkan solusi inovatif, seperti tes diagnostik PCR yang cepat dan akurat untuk deteksi dini, serta pengembangan vaksin yang disesuaikan dengan karakteristik genetik populasi lokal. Penerapan telemedicine di beberapa fasilitas kesehatan Malang juga memperluas akses layanan medis, khususnya di masa pandemi COVID-19.
Keberhasilan intervensi ini bergantung pada kolaborasi erat antara ilmuwan biologi, pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat. Penelitian ilmiah yang berkelanjutan diperlukan untuk mengidentifikasi faktor risiko biologis spesifik daerah dan mendukung kebijakan kesehatan berbasis bukti.
Dengan memperkuat kapasitas literasi biologis dan aplikasi ilmu biologi, Malang berpotensi meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan membangun sistem kesehatan yang tangguh serta berkelanjutan. Pendekatan ini bukan hanya solusi jangka pendek, melainkan investasi strategis untuk masa depan yang lebih sehat dan produktif.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI