KLATEN-kompasiana.com
Andre bukan sekadar pembuat roti rumahan biasa. Di balik label Sangkanjaya Bakery yang tersemat di setiap kemasan, ada kisah panjang tentang ketekunan, kegigihan, dan harapan yang terus menyala. Berlokasi di Gatak, Rt. 14 Rw. 04 Wadunggetas, Wonosari, Klaten, Andre bersama sang istri mengelola sebuah gubuk sederhana yang menjadi pusat produksi roti basah bercita rasa lokal, dari roti gulung empuk hingga roti krumpul dengan sensasi legitnya. Meski tampak sederhana, Sangkanjaya sesungguhnya lahir dari inisiatif besar untuk mengatasi minimnya lapangan pekerjaan di desanya (29/08/2025).
Sejak muda, Andre telah terbiasa menghadapi keterbatasan. Pernah bekerja di berbagai usaha, ia tak kunjung menemukan kecocokan hingga terpikir untuk menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Pencinta roti sejak kecil, Andre memberanikan diri meramu resep-resep turun-temurun menjadi penganan kekinian. Dorongan untuk mandiri dan menunaikan tanggung jawab keluarga membuatnya yakin bahwa kualitas dan konsistensi rasa menjadi kunci. Dari situlah, ide sederhana tentang roti rumahan bermerek Sangkanjaya Bakery tercipta.
Dengan semangat menyalakan pelita usaha, Andre merantau ke Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Di tanah perantauan itu, usahanya berkembang pesat. Ia merekrut beberapa tenaga sales, khususnya sesama perantau yang merantau di Kalimantan, untuk menggenjot distribusi. Dalam waktu singkat, Sangkanjaya roti bukan hanya sekedar jajanan pasar, kelezatan roti gulungnya menjadi perbincangan di antara komunitas setempat.
Puncak kesuksesan datang ketika Andre berhasil menjalin kemitraan dengan puluhan outlet. Totalnya mencapai 20 jalur distribusi yang tersebar di kota-kota besar dan pelosok di Kalimantan. Setiap pagi, aroma harum roti gulung yang baru keluar dari oven menyambut para pedagang dan konsumen. Omzet meningkat, permodalan berputar cepat, dan Andre merasa usahanya menjejak pada titik manis impian, kemandirian finansial dan reputasi produk berkualitas.
Namun, sebagaimana kue gelegar yang kerap renyah di permukaan tapi rapuh di dalam, usaha Andre menghadapi ujian berat. Sejumlah oknum sales mengambil celah untuk berbuat curang. Uang hasil penjualan raib dibawa kabur, meninggalkan lubang kerugian yang tak sedikit. Kekecewaan mendalam membuat Andre dan istrinya terpaksa merelakan kepergian beberapa mitra. Rasa tidak nyaman di antara rekan usaha memuncak, hingga keputusan berpindah kembali ke Pulau Jawa menjadi satu-satunya pilihan demi menjaga integritas dan ketenangan jiwa.
Sejak dua tahun silam, keduanya kembali merintis Sangkanjaya Bakery dari nol, kali ini di Klaten, Jawa Tengah. Tanpa staf tambahan, seluruh proses produksi, pemasaran, hingga distribusi ditangani berdua, Andre dan istrinya. Di gubuk sederhana mereka di Wadunggetas menjadi saksi kerja keras harian, mencampur adonan, membentuk roti gulung, memanggang, hingga mengemasnya untuk didistribusikan. Meski skala produksi jauh lebih kecil dibanding pada saat di Kalimantan, semangat menghidupkan usaha tetap berkobar.