Mohon tunggu...
Ivan Budiman
Ivan Budiman Mohon Tunggu... Ilmuwan - A mathematician at heart, a polymath to be

My life has been always about academia. I have been a teacher, a lecturer, and a researcher. My passion is about the application of Mathematical-Statistical-Computational Thinking in Life Science and Interdisciplinary Science.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Menggali Kata "Cerdas" atau "Smart, Kata Kunci di Abad ke-21

3 Desember 2019   12:30 Diperbarui: 3 Desember 2019   12:45 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Kata "smart" sempat nge-trend setelah sistem e-budgeting Pemprov DKI Jakarta yang dibangun di era Gubernur Joko Widodo dan Basuki Tjahaya Purnama (alias Jokowi dan Ahok) dikritisi oleh gubernur yang sekarang, Anies Baswedan. Anies menyatakan bahwa sistem e-budgeting peninggalan gubernur sebelumnya masih belum smart karena masih mengandalkan cara manual untuk mendeteksi anggaran yang janggal. Terlepas dari perdebatan yang muncul dalam konteks politik, trend ini menjadi kesempatan bagi publik untuk menelaah lebih mendalam mengenai arti kata smart.

Kita tentunya tidak asing dengan kata smartphone, dan mungkin juga pernah mendengar istilah smart city, smart village hingga smart nation. Kebanyakan dari kita pastinya juga ingin mejadi smart ataupun lebih smart. Tapi secara hakiki, apa yang dimaksud dengan kata smart? Sebelum memaparkannya lebih jauh dan dengan semangat mengokohkan ke-Indonesia-an, mari menggunakan kata cerdas sebagai padanan kata smart di sisa tulisan ini.

Pengertian kata cerdas sangatlah kompleks dan akibatnya terkadang bisa ditafsirkan secara berbeda. Tapi ada fondasi dasar bagi kata cerdas, yaitu konektivitas atau keterhubungan! Telepon genggam kita katakan cerdas karena kemampuannya tidak lagi terbatas menghubungkan dua orang dengan sinyal suara atau teks, tapi ia juga bisa menghubungkan banyak orang secara sekaligus di waktu bersamaan dan bahkan membolehkan kita berinteraksi dengan banyak mesin melalui berbagai aplikasi yang kita pasang. Sebuah kota atau desa kita katakan cerdas manakala sumber daya manusia maupun sumber daya fisiknya bisa terhubung satu sama lain. Dengan pemikiran yang serupa, sebuah negara kita katakan cerdas manakala sumber daya manusia dan sumber daya fisik di kota-kota atau desa-desa cerdasnya terhubung satu sama lain.

Dalam tulisan ini, kita akan merenungkan bagaimana setiap makhluk di muka bumi ini - termasuk manusia - secara lahiriah merupakan hasil kecerdasan alam. Kemudian kita melihat bagaimana manusia memiliki kecerdasan istimewa dibandingkan bentuk-bentuk kehidupan lainnya. Kecerdasan istimewa manusia telah melahirkan teknologi internet yang secara prinsip merupakan penunjang bagi kecerdasan manusia. Setelah memperbincangkan kembali isu kecerdasan yang dimiliki sistem e-budgeting Pemprov DKI Jakarta, kita akan merefleksikan upaya-upaya yang telah dijalankan ataupun yang sebaiknya dilaksanakan untuk menuju 'Indonesia cerdas'. Sebagai penutup, kita akan mencoba memahami kata cerdas dengan menggunakan konsep dalam matematika, yang secara prinsip menggunakan definisi-definisi yang baik (well defined) dan presisi.

Kecerdasan alam
Untuk memahami kecerdasan alam, mari kita mulai dengan penyusun dasar yang membentuk alam semesta yang kita kenal, yaitu atom. Di pelajaran kimia kita mempelajari ada lebih dari seratus jenis atom (ada atom hidrogen, nitrogen, karbon, dsb.) dan atom-atom tersebut bisa terhubung satu sama lain melalui beragam ikatan kimia untuk membentuk beragam jenis molekul, baik organik maupun non-organik.

Dari berbagai molekul yang ada, empat jenis molekul kehidupan atau biomolekul, yaitu karbohidrat, lipid, protein dan asam nukleat (termasuk DNA dan RNA), memiliki peran yang istimewa dalam menggerakan kehidupan di muka bumi ini. Karbohidrat dan lipid merupakan sumber energi; beragam protein memainkan peran sebagai mesin-mesin nano yang bekerja tiada henti (menyensor lingkungan sekitar, mengirimkan sinyal ke otak, menjadi motor untuk kontraksi otot, dan sebagainya); dan asam nukleat memuat salinan informasi kehidupan yang digandakan terus menerus, diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Keempat biomolekul tersebut dan beragam molekul organik dan non-organik lainnya saling berhubungan melalui interaksi-interaksi molekuler secara fisik maupun kimia. Konektivitas antar molekul-molekul ini pada akhirnya terorganisasi di dalam unit kehidupan yang paling kecil, yaitu sel. Sel memiliki kemampuan untuk mengorganisasi dirinya, memperbanyak dirinya, meneruskan informasi kehidupan dari generasi ke generasi, memproduksi energi untuk keberlangsungan dirinya, serta merespon dan beradapatasi terhadap lingkungan sekitarnya.

Banyak ragam kehidupan berbasis sel dan secara garis besar dibagi menjadi makhluk uniseluler dan makhluk multiseluler. Makhluk uniseluler, termasuk di antaranya bakteri, archaea, jamur, alga, dan protozoa, dapat hidup secara mandiri, Sementara itu, kehidupan multiseluler muncul sebagai implikasi kemampuan sel untuk berdiferensiasi dan berinteraksi satu sama lain membentuk jaringan, kemudian jaringan berinteraksi satu sama lainnya membentuk sistem jaringan dan organ, lalu organ berinteraksi satu sama lainnya membentuk sistem organ; dan pada akhirnya, unifikasi dari berbagai sistem organ melahirkan manusia dan berbagai jenis makhluk multiseluler lainnya.

Yang perlu kita sadari, kecerdasan alam tidak berhenti di tingkatan individu makhluk hidup saja. Sama seperti sel, individu berinteraksi secara sosial satu sama lain. Kumpulan individu-individu sejenis yang berinteraksi secara sosial di suatu tempat disebut populasi. Kumpulan berbagai jenis populasi berinteraksi dalam suatu komunitas. Komunitas bersama komponen-komponen abiotiknya membangun apa yang kita sebut sebagai ekosistem. Akhirnya, kumpulan ekosistem membentuk biosfir yang melingkupi semua kehidupan di muka bumi ini.

Interaksi antar berbagai individu, baik sejenis maupun beda jenis, berpotensi memunculkan karakteristik yang di luar dugaan (dalam bahasa Inggris, emergent property). Sebagai contoh adalah interaksi antar individu-individu uniseluler yang dapat membentuk biofilm yang melekat di suatu permukaan. Contoh biofilm adalah karang gigi dan berbagai lendir di permukaan batu, pipa kaca, dan permukaan-permukaan lainnya. Interaksi antar individu di biofilm diketahui dapat meningkatkan daya hidup masing-masing individunya.

Yang termutakhir adalah berbagai penemuan yang membuat kita harus kembali merenungkan siapa atau apa kita sesungguhnya sebagai manusia secara biologi. Pandangan bahwa kita sebagai makhluk multiseluler hanyalah unifikasi sistem organ mulai goyah. Dari hasil berbagai penelitian dalam beberapa dekade terakhir, setiap individu multiseluler diketahui bersinergi dengan komunitas uniseluler untuk keberlangsungan hidupnya.

Sebenarnya fakta semacam ini sudah pernah kita dengar, contohnya sapi yang membutuhkan bantuan bakteri-bakteri yang hidup dalam saluran pencernaannya untuk mencerna rumput yang dimakannya. Hal yang serupa ternyata berlaku pada manusia. Keseimbangan komunitas bakteri yang hidup dalam saluran pencernaan telah dipercaya mempunyai kontribusi yang besar untuk menjaga kesehatan kita. Beberapa riset dalam beberapa tahun terakhir juga mulai menyarankan bahwa suasana hati bisa dipengaruhi oleh komunitas bakteri yang hidup dalam tubuh kita. Ditambah lagi dengan perkiraan bahwa tubuh manusia dewasa terdiri dari tidak hanya 30-40 triliun sel manusia, tapi juga 100 triliun sel-sel mikroba, maka kita benar-benar perlu memikirkan ulang bagaimana kita mendefinisikan diri kita sebagai manusia.

Kecerdasan istimewa manusia
Manusia, terlepas dari latar belakangnya, merupakan hasil kecerdasan alam yang paling istimewa. Manusia merupakan puncak dari kecerdasan alam. Manusia dianugerahkan dengan kesadaran akan eksistensinya dan dapat mempelajari dan memahami kecerdasan alam yang telah melahirkannya. 

Dengan pengetahuannya mengenai kecerdasan alam, manusia pun mampu mengkreasi berbagai kecerdasan artifisial, atau yang terkenal dengan istilah dalam bahasa Inggrisnya, Artificial Intelligence (AI). Dibandingkan dengan kecerdasan alam yang prosesnya berjalan lambat tapi telah berlangsung selama miliaran tahun, kecerdasan manusia berkembang sangat pesat.

Kecerdasan manusia bisa dikata baru dimulai ketika manusia menggunakan simbol-simbol untuk menyampaikan kata dan konsep sekitar 8.000 tahun yang lalu. Lalu, sekitar 5.500 tahun yang lalu, manusia baru memulai menggunakan sistem penulisan berbasis simbol. Kemudian, sistem penulisan berbasis alfabet yang dipakai secara luas saat ini lahir sekitar 3.000 tahun yang lalu. Tak lama kemudian, lahir pula sistem angka 0-9 yang kita gunakan sekarang. Sistem penulisan berbasis alfabet dan angka ini merupakan terobosan besar dalam sejarah manusia dan menjadi pendorong utama berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dalam beberapa ratus tahun belakangan.

Serupa seperti atom yang menyusun molekul, molekul menyusun sel, dst., maka abjad menjadi penyusun dasar untuk kata, kata menjadi penyusun dasar untuk kalimat, kalimat menjadi penyusun dasar untuk paragraf, dan paragraf menjadi penyusun dasar untuk pemikiran yang dipaparkan dalam suatu esai atau bab. Kumpulan pemikiran yang saling terkait satu sama lain membentuk kumpulan pengetahuan atau knowledge. Begitu pula dengan angka. 

Angka merupakan penyusun dasar bagi matematika dan kemampuan bernalar maupun mengindera, memahami ataupun memprediksi berbagai fenomena yang terjadi di sekitar kita. Dengan mengolah dan mengaitkan angka-angka yang diperoleh dari berbagai pengamatan atau eksperimen, manusia mampu memahami bahwa bumi berputar mengelilingi matahari dan bukan sebaliknya, membuat roket yang mengantarkan manusia ke bulan, memecahkan misteri bagaimana kehidupan bisa diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui DNA, memprediksi cuaca, hingga membuat berbagai teknologi yang menakjubkan dan mendominasi kehidupan modern saat ini.

Sistem penulisan berbasis alfabet dan angka yang dilahirkan oleh manusia ini bisa disandingkan dengan sistem penulisan DNA oleh alam untuk melahirkan beragam kehidupan di muka bumi, yang diperkirakan dimulai sejak 3,5 miliar tahun yang lalu. Dengan kecerdasannya, saat ini manusia masih terus berupaya memahami sistem penulisan DNA, dan bagaimana total DNA dari suatu makhluk hidup ditranslasikan menjadi protein atau mesin-mesin berukuran nano yang berkolaborasi untuk menggerakan kehidupan. 

Banyak hal yang masih bisa ditemukan dan dipelajari untuk memahami bahasa DNA, yang menjadi fondasi kecerdasan alam selama jutaan tahun. Pengetahuan serta prinsip-prinsip yang diperoleh sangat bisa menginspirasi dalam hal bagaimana kita bisa mengkreasi kecerdasan baru, termasuk bagaimana kita bisa mengelola konektivitas atau kolaborasi antar individu dalam menghadapi revolusi-revolusi industri berikutnya, yang datangnya mungkin semakin cepat. Ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi yang terus melaju kencang secara eksponensial. 

Disiplin ilmu  juga sudah tidak lagi linier, tetapi juga terjadi kolaborasi atau keterhubungan antara berbagai cabang-cabang ilmu yang ada, membentuk cabang-cabang ilmu baru seperti ekonofisika (ekonomi dan fisika), bioinformatika (biologi dan informatika), neuromarketing (neurosains dan marketing), matematika & olahraga, dan sebagainya.

Namun bagaimanapun, yang patut dicatat sekali lagi, kecerdasan berbasis pengetahuan tidak bisa hanya berhenti pada level individu. Kecerdasan manusia secara berkelompok telah dan akan terus menghasilkan terobosan-terobosan yang tidak mungkin dihasilkan oleh manusia secara individu. Kecerdasan kelompok lahir melalui berbagai komunitas, institusi negara/swasta, universitas, start-up, industri, dan sebagainya. 

Lebih jauh lagi, keterhubungan antara kecerdasan kelompok melahirkan kecerdasan yang lebih besar lagi, termasuk kecerdasan desa, kota dan negara. Dalam konteks ini, menjadi desa, kota, atau negara cerdas tidak hanya berarti setiap titik wilayah bisa terhubung oleh sarana transportasi, tetapi juga ada keterhubungan antara sumber daya manusia dengan berbagai sumber daya fisik dan bahkan sumber daya biologi.

Internet, pengakselerasi kecerdasan di abad ke-21

Di abad ke-21 ini, keberadaaan internet telah menjadi penggebrak dalam kaitannya dengan keterhubungan atau konektivitas. Internet memberi kemudahan kita untuk terhubung dengan banyak informasi, dan menjadi mutlak untuk meningkatkan kecerdasan di tingkat individu sampai negara. Internet juga telah menghubungkan kita dengan orang lain dalam beragam cara dan bahkan melahirkan cara-cara baru dalam beraktifitas melalui berbagai aplikasi online yang telah banyak bermunculan, termasuk toko online, bisnis online, edukasi online, ojek online, situs network sosial, situs karir online, dan sebagainya.

Konsep internet juga akan menjadi lebih luas, menjadi apa yang disebut dengan internet of things - yang memungkinkan keterhubungan antara obyek-obyek fisik yang dilengkapi dengan sensor, software, koneksi ke internet dan berbagai peralatan lain yang memungkinkan obyek tersebut mengoleksi dan mengirim data serta merespon perubahan.

Keterhubungan melalui internet dan internet of things memberi kesempatan kita untuk mengkreasi kecerdasan-kecerdasan baru, yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Potensi besar ada di situ; kesempatan untuk mengembangkan berbagai aplikasi-aplikasi online lainnya masih terbuka luas dan akan menjadi salah satu penggerak sosial dan ekonomi di tingkat lokal, nasional hingga global. Namun untuk mencapai hasil yang optimal dalam pemanfaatannya, diperlukan sumber daya manusia yang tangguh dan terlatih, khususnya dalam Science, Technology, Engineering and Mathematics (STEM) atau Sains, Teknologi, Teknik dan Matematika, di samping sumber daya manusia dalam seni, budaya, olahraga, bisnis dan lain-lain.

Kecerdasan sistem e-budgeting DKI Jakarta

Kembali ke sistem e-budgeting DKI Jakarta, apakah sistem e-budgeting peninggalan era Jokowi dan Ahok tidak atau kurang cerdas?

Kalau menimbang bahwa sistem e-budgeting hingga detilnya boleh diakses oleh masyarakat, yang artinya ada bentuk keterhubungan baru yang diciptakan, maka sistem itu membolehkan munculnya kecerdasan baru. 

Salah satu kecerdasan yang pada akhirnya memang bisa dirasakan adalah adanya kontrol masyarakat terhadap anggaran; anggaran-anggaran janggal akan viral dengan mudahnya dan terlebih lagi, sistem e-budgeting bisa mencatat siapa yang mengajukan anggaran tersebut hingga bisa diperiksa dan mencegah terjadinya penyalahgunaan anggaran.

Selain itu, jika menimbang bahwa sistem e-budgeting lama terpadu dengan sistem e-planning, e-musrenbang, dan e-komponen, maka sistem tersebut memiliki potensi kecerdasan yang lebih besar lagi karena bisa langsung disesuaikan dengan aspirasi masyarakat untuk pembangunan DKI Jakarta.

Bagaimana dengan pembaharuan sistem e-budgeting baru yang rencananya selesai dirancang dan digunakan di tahun 2020?

Salah satu fitur yang dijanjikan adalah publik bisa ikut memberikan komentar dalam sistem e-budgeting yang baru. Secara prinsip dan sesuai pemaparan sebelumnya, fitur semacam ini berpotensi untuk meningkatkan kecerdasan dalam penyusunan anggaran dan usaha ini patut diapresiasi. Misalnya, mata anggaran janggal akan bisa langsung dikomentari dan jika semakin banyak komentar negatif, maka sistem tersebut bisa memberi peringatan. Warga DKI Jakarta tentu sangat menantikan fasilitas semacam ini agar kotanya semakin cerdas.

Menuju Indonesia cerdas

Bagaimana di level nasional? Berbagai infrastruktur darat, laut dan udara yang meningkatkan keterhubungan antar wilayah telah dibangun secara masif selama periode pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo. Infrastruktur ini sangat penting untuk menunjang arus orang maupun barang yang menggerakan perekonomian negara dan pemerataan pembanguan. Salah satunya adalah tol laut yang meningkatkan keterhubungan antar pulau, khususnya dengan wilayah Indonesia bagian timur yang merasakan harga komoditas yang mahal. Pembangunan tol laut ini telah berdampak nyata pada penurunan harga komoditas di Indonesia bagian timur.

Tak kalah menterengnya adalah pembangunan infrastruktur internet, yang sempat dipopulerkan oleh Wakil Presiden Ma'ruf Amin sebagai 'infrastruktur langit' (namun perlu dipahami bahwa sebagian besar infrastruktur internet sebenarnya sekarang ada di laut dan darat, sebagian kecil saja yang berada di langit).

Pemerintah telah berupaya meningkatkan konektivitas dengan membangun infrastruktur kabel serat optik di semua wilayah Indonesia, dan juga mempersiapkan teknologi satelit untuk menjangkau seluruh pelosok di Indonesia. Pembangunan infrastruktur semacam ini, selain mengokohkan Indonesia sebagai suatu wilayah kesatuan, tentunya menjadi pijakan utama untuk menjadi negara cerdas, atau istilah populernya smart nation.

Akan tetapi, pembangunan infrastruktur ini akan jauh bermakna jika ditunjang oleh sumber daya manusia yang cerdas dan berkualitas. Masih banyak pekerjaan rumah untuk meningkatkan daya saing sumber daya manusia Indonesia, dan harapan besar berada di pundak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang baru terpilih, Nadiem Makarim. Dengan pengalamannya memimpin pengembangan platform online yang menghubungkan pelanggan dengan beragam jasa transportasi dan penjual makanan, kita boleh berharap dunia pendidikan di tanah air akan mengalami perubahan yang sistematis.

Khususnya, kita berharap akan adanya lompatan besar melalui pemanfaatan infrastruktur internet yang ada dalam mengakselerasi kecerdasan kehidupan bangsa, secara individu maupun berkelompok. Konsep konektivitas atau keterhubungan tak perlu diragukan akan diusung. Tantangannya adalah membangun bentuk keterhubungan yang memberi makna dan dapat dijiwai oleh pendidik maupun yang dididik. 

Keterhubungan dengan cita-cita besar menjadi negara maju dan cerdas tidak boleh hanya berhenti dalam slogan-slogan dan kiasan-kiasan, tapi juga dalam bentuk penghargaan-penghargaan bermartabat terhadap talenta-talenta terbaik. Keterhubungan-keterhubungan yang ada harus mampu membentuk sel-sel atau komunitas pembelajar yang didorong untuk terus memberi kontribusi nyata dalam masyarakat.

Revolusi Industri 4.0, yang didorong oleh kemajuan sains dan teknologi, sudah di depan mata. Secara khusus, dalam revolusi ini akan terjadi banyak perpaduan antara teknologi informasi dengan inovasi-inovasi dalam biologi dan fisika. Oleh karena itu, sumber daya manusia yang menguasai sains dan teknologi menjadi mutlak, khususnya apabila kita tidak ingin bila Indonesia hanya menjadi negara yang hanya terus bergantung pada transfer ilmu pengetahuan dan teknologi semata. 

Untuk itu, target literasi tidak bisa sebatas literasi berbasis abjad lagi, tetapi harus juga mencakup literasi berbasis angka yang dapat meningkatkan kemampuan anak-anak dalam mengindera fenomena-fenomena di sekitarnya secara lebih baik dan terukur. Pendidikan karakter harus mampu lebih banyak menghasilkan anak-anak bangsa yang berkarakter orisinal (otentik), memiliki rasa ingin tahu yang besar, mandiri dan disiplin. 

Kepemimpinan dalam pengembangan riset ilmu dasar maupun terapan dan teknologi harus pula dipacu dan ditingkatkan pamornya di negeri ini. Revolusi Industri 4.0 mungkin hanyalah puncak gunung es dari hasil pengembangan sains dan teknologi yang terus melaju secara eksponensial, dan oleh karenanya kebutuhan untuk melahirkan jauh lebih banyak pemimpin-pemimpin dalam sains maupun teknologi tidak perlu dipertanyakan lagi.

Kembali ke kata cerdas

Pemaparan sejauh ini hanya berbicara mengenai batu cadas bagi kata cerdas. Untuk berbicara lebih jauh mengenai kata cerdas, maka dibutuhkan konsep matematika yang disebut dengan teori graf atau network.

Teori graf mempelajari properti matematika dari graf, yaitu kumpulan simpul-simpul (atau vertex-vertex) dan kumpulan sisi-sisi (atau garis-garis) yang menghubungkan dua simpul. Misalnya, yang paling gamblang adalah banyaknya vertex dan sisi dalam graf. 

Banyaknya vertex memberikan gambaran mengenai ukuran graf, sementara banyaknya sisi memberikan gambaran mengenai tingkat keterhubungan antar simpul-simpul dalam graf. Ada juga properti matematis yang disebut derajat suatu simpul, yang menyatakan banyaknya simpul-simpul lain yang terhubung dengan simpul tersebut. Kemudian, ada konsep jalur terpendek antara dua simpul, yang secara komputasional bisa ditemukan dengan menggunakan algoritma Dijkstra, sesuai dengan nama orang yang pertama kali menemukannya.

Mungkin tanpa banyak yang menyadari, konsep-konsep matematis dalam graf telah menjadi bahasa sehari-hari, khususnya dalam dunia sosial media. Kata populer, influencer, clique, dsb. merupakan istilah-istilah yang memiliki konsep graf di baliknya. Misalnya, seseorang akan populer jika dia dikenal banyak orang, atau dengan kata lain dia mempunyai derajat simpul yang jauh lebih besar dibandingkan derajat rata-rata. Kemudian, seseorang akan disebut sebagai influencer jika banyak jalur terpendek antar orang-orang di dalam network sosial yang melalui orang tersebut. Terakhir, istilah clique digunakan untuk mengacu ke sekelompok orang yang saling berteman atau mengenal satu sama lain.

Bagaimana konsep graf ini berkaitan dengan penjelasan untuk kata cerdas?

Untuk itu, kita harus memahami bahwa entitas yang memiliki kecerdasan merupakan sebuah sistem yang dapat diabstrakasikan sebagai graf.  Sistem yang cerdas, entah itu otak manusia, organisasi, atau sistem komputer, akan mengambil jalur terpendek dari satu simpul ke simpul lainnya. Sistem yang cerdas juga akan memiliki ketahanan atau kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan; perubahan tidak membuatnya kolaps atau runtuh hanya karena hilangnya satu atau beberapa titik dan sisi dalam sistemnya. 

Sistem yang cerdas juga akan selalu berupaya meningkatkan konektivitasnya mapun kecepatan transmisi antara simpul-simpul yang saling terhubung. Sistem yang semakin cerdas juga akan menjadi otonom, memiliki kemampuan mengorganisasi dirinya secara mandiri. Sistem yang cerdas akan terus berupaya untuk bertumbuh dan berkembang. Itulah kualitas-kualitas kecerdasan yang bisa kita telaah dengan konsep-konsep dan pemikiran dalam teori graf.

Saat ini, teori graf telah menjadi fondasi bagi disiplin ilmu baru yang disebut dengan sains kompleksitas. Stephen Hawking, salah satu ahli fisika teoritis ternama yang wafat tahun 2018 yang lalu, pernah berkata: "Saya pikir abad mendatang (abad ke-21) merupakan abad kompleksitas" ["I think the next century (21st century) will be the century of complexity"]. 

Pernyataan ini sangatlah tepat. Dunia kita sudah semakin terhubung oleh internet dan akan semakin terhubung melalui internet of things. Kita pun akan dihadapi pada tantangan untuk memahami kompleksitas yang tercipta dari keterhubungan tersebut, seperti halnya memahami kompleksitas yang tercipta dari keterhubungan antara molekul-molekul yang menggerakan kehidupan.

Penutup
Setelah melalui refleksi panjang melalui tulisan ini, kata cerdas mungkin bisa kita definisikan sebagai berikut: "sifat atau karakter yang muncul dari suatu sistem yang terdiri kumpulan obyek-obyek yang terhubung satu sama lain, yang diorganisasi atau terorganisasi secara optimal untuk menjalankan fungsinya". 

Akhir kata, selamat datang di abad kompleksitas, abad yang mana semua orang mempunyai kesempatan luas untuk menghubungkan titik-titik dalam kehidupan, mengembangkan kecerdasan individu lebih banyak maupun berpartisipasi mengembangkan kecerdasan di level komunitas, desa/kota maupun negara!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun