Mohon tunggu...
KOMENTAR
Inovasi

Menggali Kata "Cerdas" atau "Smart, Kata Kunci di Abad ke-21

3 Desember 2019   12:30 Diperbarui: 3 Desember 2019   12:45 108 0
Kata "smart" sempat nge-trend setelah sistem e-budgeting Pemprov DKI Jakarta yang dibangun di era Gubernur Joko Widodo dan Basuki Tjahaya Purnama (alias Jokowi dan Ahok) dikritisi oleh gubernur yang sekarang, Anies Baswedan. Anies menyatakan bahwa sistem e-budgeting peninggalan gubernur sebelumnya masih belum smart karena masih mengandalkan cara manual untuk mendeteksi anggaran yang janggal. Terlepas dari perdebatan yang muncul dalam konteks politik, trend ini menjadi kesempatan bagi publik untuk menelaah lebih mendalam mengenai arti kata smart.

Kita tentunya tidak asing dengan kata smartphone, dan mungkin juga pernah mendengar istilah smart city, smart village hingga smart nation. Kebanyakan dari kita pastinya juga ingin mejadi smart ataupun lebih smart. Tapi secara hakiki, apa yang dimaksud dengan kata smart? Sebelum memaparkannya lebih jauh dan dengan semangat mengokohkan ke-Indonesia-an, mari menggunakan kata cerdas sebagai padanan kata smart di sisa tulisan ini.

Pengertian kata cerdas sangatlah kompleks dan akibatnya terkadang bisa ditafsirkan secara berbeda. Tapi ada fondasi dasar bagi kata cerdas, yaitu konektivitas atau keterhubungan! Telepon genggam kita katakan cerdas karena kemampuannya tidak lagi terbatas menghubungkan dua orang dengan sinyal suara atau teks, tapi ia juga bisa menghubungkan banyak orang secara sekaligus di waktu bersamaan dan bahkan membolehkan kita berinteraksi dengan banyak mesin melalui berbagai aplikasi yang kita pasang. Sebuah kota atau desa kita katakan cerdas manakala sumber daya manusia maupun sumber daya fisiknya bisa terhubung satu sama lain. Dengan pemikiran yang serupa, sebuah negara kita katakan cerdas manakala sumber daya manusia dan sumber daya fisik di kota-kota atau desa-desa cerdasnya terhubung satu sama lain.

Dalam tulisan ini, kita akan merenungkan bagaimana setiap makhluk di muka bumi ini - termasuk manusia - secara lahiriah merupakan hasil kecerdasan alam. Kemudian kita melihat bagaimana manusia memiliki kecerdasan istimewa dibandingkan bentuk-bentuk kehidupan lainnya. Kecerdasan istimewa manusia telah melahirkan teknologi internet yang secara prinsip merupakan penunjang bagi kecerdasan manusia. Setelah memperbincangkan kembali isu kecerdasan yang dimiliki sistem e-budgeting Pemprov DKI Jakarta, kita akan merefleksikan upaya-upaya yang telah dijalankan ataupun yang sebaiknya dilaksanakan untuk menuju 'Indonesia cerdas'. Sebagai penutup, kita akan mencoba memahami kata cerdas dengan menggunakan konsep dalam matematika, yang secara prinsip menggunakan definisi-definisi yang baik (well defined) dan presisi.

Kecerdasan alam
Untuk memahami kecerdasan alam, mari kita mulai dengan penyusun dasar yang membentuk alam semesta yang kita kenal, yaitu atom. Di pelajaran kimia kita mempelajari ada lebih dari seratus jenis atom (ada atom hidrogen, nitrogen, karbon, dsb.) dan atom-atom tersebut bisa terhubung satu sama lain melalui beragam ikatan kimia untuk membentuk beragam jenis molekul, baik organik maupun non-organik.

Dari berbagai molekul yang ada, empat jenis molekul kehidupan atau biomolekul, yaitu karbohidrat, lipid, protein dan asam nukleat (termasuk DNA dan RNA), memiliki peran yang istimewa dalam menggerakan kehidupan di muka bumi ini. Karbohidrat dan lipid merupakan sumber energi; beragam protein memainkan peran sebagai mesin-mesin nano yang bekerja tiada henti (menyensor lingkungan sekitar, mengirimkan sinyal ke otak, menjadi motor untuk kontraksi otot, dan sebagainya); dan asam nukleat memuat salinan informasi kehidupan yang digandakan terus menerus, diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Keempat biomolekul tersebut dan beragam molekul organik dan non-organik lainnya saling berhubungan melalui interaksi-interaksi molekuler secara fisik maupun kimia. Konektivitas antar molekul-molekul ini pada akhirnya terorganisasi di dalam unit kehidupan yang paling kecil, yaitu sel. Sel memiliki kemampuan untuk mengorganisasi dirinya, memperbanyak dirinya, meneruskan informasi kehidupan dari generasi ke generasi, memproduksi energi untuk keberlangsungan dirinya, serta merespon dan beradapatasi terhadap lingkungan sekitarnya.

Banyak ragam kehidupan berbasis sel dan secara garis besar dibagi menjadi makhluk uniseluler dan makhluk multiseluler. Makhluk uniseluler, termasuk di antaranya bakteri, archaea, jamur, alga, dan protozoa, dapat hidup secara mandiri, Sementara itu, kehidupan multiseluler muncul sebagai implikasi kemampuan sel untuk berdiferensiasi dan berinteraksi satu sama lain membentuk jaringan, kemudian jaringan berinteraksi satu sama lainnya membentuk sistem jaringan dan organ, lalu organ berinteraksi satu sama lainnya membentuk sistem organ; dan pada akhirnya, unifikasi dari berbagai sistem organ melahirkan manusia dan berbagai jenis makhluk multiseluler lainnya.

Yang perlu kita sadari, kecerdasan alam tidak berhenti di tingkatan individu makhluk hidup saja. Sama seperti sel, individu berinteraksi secara sosial satu sama lain. Kumpulan individu-individu sejenis yang berinteraksi secara sosial di suatu tempat disebut populasi. Kumpulan berbagai jenis populasi berinteraksi dalam suatu komunitas. Komunitas bersama komponen-komponen abiotiknya membangun apa yang kita sebut sebagai ekosistem. Akhirnya, kumpulan ekosistem membentuk biosfir yang melingkupi semua kehidupan di muka bumi ini.

Interaksi antar berbagai individu, baik sejenis maupun beda jenis, berpotensi memunculkan karakteristik yang di luar dugaan (dalam bahasa Inggris, emergent property). Sebagai contoh adalah interaksi antar individu-individu uniseluler yang dapat membentuk biofilm yang melekat di suatu permukaan. Contoh biofilm adalah karang gigi dan berbagai lendir di permukaan batu, pipa kaca, dan permukaan-permukaan lainnya. Interaksi antar individu di biofilm diketahui dapat meningkatkan daya hidup masing-masing individunya.

Yang termutakhir adalah berbagai penemuan yang membuat kita harus kembali merenungkan siapa atau apa kita sesungguhnya sebagai manusia secara biologi. Pandangan bahwa kita sebagai makhluk multiseluler hanyalah unifikasi sistem organ mulai goyah. Dari hasil berbagai penelitian dalam beberapa dekade terakhir, setiap individu multiseluler diketahui bersinergi dengan komunitas uniseluler untuk keberlangsungan hidupnya.

Sebenarnya fakta semacam ini sudah pernah kita dengar, contohnya sapi yang membutuhkan bantuan bakteri-bakteri yang hidup dalam saluran pencernaannya untuk mencerna rumput yang dimakannya. Hal yang serupa ternyata berlaku pada manusia. Keseimbangan komunitas bakteri yang hidup dalam saluran pencernaan telah dipercaya mempunyai kontribusi yang besar untuk menjaga kesehatan kita. Beberapa riset dalam beberapa tahun terakhir juga mulai menyarankan bahwa suasana hati bisa dipengaruhi oleh komunitas bakteri yang hidup dalam tubuh kita. Ditambah lagi dengan perkiraan bahwa tubuh manusia dewasa terdiri dari tidak hanya 30-40 triliun sel manusia, tapi juga 100 triliun sel-sel mikroba, maka kita benar-benar perlu memikirkan ulang bagaimana kita mendefinisikan diri kita sebagai manusia.

Kecerdasan istimewa manusia
Manusia, terlepas dari latar belakangnya, merupakan hasil kecerdasan alam yang paling istimewa. Manusia merupakan puncak dari kecerdasan alam. Manusia dianugerahkan dengan kesadaran akan eksistensinya dan dapat mempelajari dan memahami kecerdasan alam yang telah melahirkannya. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun