Mohon tunggu...
furkanawati handani mbelo
furkanawati handani mbelo Mohon Tunggu... Mahasiswa - foto pribadi

Furkanawati Handani Mbelo asal NTT

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ayah, Bunda Dengarkanlah Ceritaku

18 Oktober 2016   18:28 Diperbarui: 18 Oktober 2016   18:38 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Aku memiliki banyak cerita yang ingin aku ceritakan kepada kedua orangtua ku tapi mereka tidak pernah mendengarkan ceritaku, mereka selalu sibuk dengan urusan mereka, aku ingin seperti teman-teman ku yang lain selalu di dengarin cerita ketika dijemput sama ayah dan bundanya atau cuman ayah atau bunda, mereka selalu bercerita. Dan aku hanya di jemput oleh sopir ayahku. Aku tidak tahu bagaimana cara ayah dan bundaku bisa mendengarkan ceritaku yang sangat banyak yang tidak bisa aku tampung lagi di memori otaku.

Akhirnya aku menceritakan semua pengalaman di sekolah di pembantuku yang ku panggil “EMAK”, dari awal aku mulai berdoa bersama teman-teman, bermain bersama teman-teman, mendengarkan dongeng yang diceritakan ibu guru cantik dan sampai kami pulang. Aku sangat bahagia karena Emak selalu mendengarkan cerita ku dan emak selalu mendengarkan dengan sangat senang dan ceria walau aku sudah mengulangi yang ketiga kali tapi Emak tidak pernah merasa bosan mendengarkan ceritaku ini.

Ayah dan bundaku selalu pulang malam, dan ketika mereka pulang aku sudah tertidur dan ketika aku bangun pagi ayah dan bundaku sudah berangkat kerja lagi, mereka tidak memiliki waktu luang bersama aku, aku sangat kesepian, aku rindu ayah dan bundaku! Kapan ayah dan bundaku mendengarkan ceritaku? Aku hanya diam!

Tapi hari ini sangatlah bedah, hari dimana aku merayakan hari ulang tahunku yang ke 6. Aku sangat senang karena kedua orangtua ku hadir dan merayakan kebahagianku bersama-sama, tapi itu hanya berapa jam saja, tiba-tiba Hp ayah bundaku bergetar disaat yang bersamaan, aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan, dan aku hanya melihat ayah dan bundaku seperi orang yang sibuk menyiapkan perlengkapan mereka ketika akan ke kantor dan menciumku lalu meminta maaf dan pergi meninggalkan aku sendiri.

Aku hanya bisa terdiam dan menangis, lalu aku di peluk Emak, aku hanya menangis, menangis dan menangis, Emak berusaha menenangkanku. Dan akhirnya akupun tenang. Setiap hari ku jalani hidupku hanya bersama Emak. Makan bersama Emak, tidur dengan Emak, memasak dengan Emak, bermain dengan Emak, dan semuanya hanya dengan Emak.

Aku takut Emak pergi meninggalkan aku, seperti kedua orangtua ku, makanya aku selalu melarang Emak pulang kampung setiap merayakan hari raya idul fitri dan Emak selalu memenuhi semua permintaanku tapi lebaran idul fitri tahun ini Emak minta izin kepadaku untuk pulang ke kampung aku merasa sangat sedih dan aku berkata”kalau Emak pulang aku juga ikut, aku ngga mau sendiri di rumah, ayah sama bunda pselalu pergi kerja terus aku sama siapa?” Emak menjawab “sayang, kamu sama bunda di rumah, emak sudah kasi tahu bunda dan bunda setuju, bundamu akan minta cuti beberapa hari lagi” aku menjawab “aku ngga bunda aku maunya Emak” aku menangis sejadi-jadinya.


Keesokan harinya aku mencari Emak tapi aku tidak melihatnya, kupangil-panggil Emak tapi tidak dijawab dan bundaku muncul dari ruang tamu dan mengatakan bahwa Emak telah pulang dan sekarang sayang mainnya sama Bunda yah? “aku ngga mau  main sama bunda, aku maunya sama Emak”. Aku berlari keluar rumah mencari emak, tanpa aku sadari aku sudah ditengah jalan dan seketika itu mobil langsung menabraku, dan tubuhku terlempar sangat jauh. Aku pingsan dan setelah aku sadar, aku sudah di rumahsakit kupandangi sekeliling tempat yang tempati sekarang dan ku melihat ayah dan bunda di sampingku sambil menangis dan memegang tanganku. 

Bundaku mengatakan bahwa bunda berjanji tidak akan meninggalkan ku lagi, bunda berjanji akan merawatku, dan menyanyangiku, akibat kecelakaan itu bunda melepaskan pekerjannya dan menjagaku di rumah, aku senang dengan perubahan bundaku. Aku juga sangat senang karena bunda setiap hari mendengarkan ceritaku, bunda juga selalu tersenyum mendengarkan ceritaku. Dan ayahku juga mulai berubah, ayah selalu menyempatkan waktu luangnya bersama aku dan bunda dan selalu mengajak kami makan bersama, jalan-jalan bersama dan bermain bersama-sama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun