Mohon tunggu...
Furi RachmahNifira
Furi RachmahNifira Mohon Tunggu... Administrasi - A Dreamer

"Hanya ingin mewujudkan pikiran dan perasaan ke dalam sebuah tulisan" ~My Journal~

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

"Lini Belakang yang Buruk, Kartu Merah Young, Hingga 'Tragedi' Smalling

3 April 2019   09:00 Diperbarui: 3 April 2019   15:27 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: https://www.bola.net

Stadion Molineux malam itu menjadi saksi penderitaan tim Manchester United. Bagaimana tidak? Bertandang ke kandang Wolverhampton pada laga lanjutan English Premier League (EPL) dengan membawa misi khusus untuk membalaskan dendam atas kekalahan Setan Merah dari Serigala, julukan tim Wolverhampton, benar-benar gagal total. Padahal di laga sebelumnya, MU mendapatkan suntikan kepercayaan diri atas kemenangan 2-1 ketika menjamu Wolverhampton. Akan tetapi, dua amunisi itu tampak tidak cukup menghadapi Wolverhampton. Kenapa bisa terjadi? Ada apa dengan MU yang membawa dua amunisi besarnya?

Babak awal tampaknya dewi fortuna memihak MU terbukti pada menit ke-13, Scott McTominay berhasil menjebol gawang yang ditukangi oleh Rui Patrício. Gelandang muda berusia 22 tahun itu kembali unjuk gigi menampilkan talentanya sehingga mampu mengubah papan skor menjadi 0-1 untuk MU. Sayang, keunggulan MU harus ternoda dengan gol Diogo Jota dua belas menit berselang. Publik Wolverhampton pun bergemuruh. Papan skor berubah lagi menjadi 1-1 hingga akhir babak pertama.

Jeda istirahat babak pertama pun berakhir. Selanjutnya babak kedua dimulai. Setan Merah mencuri start di babak kedua dengan permainan yang apik. Serangannya berkali-kali mengancam pertahanan Wolverhampton. Pogba dan kawan-kawan bekerja keras untuk menciptakan gol sebanyak mungkin. Dengan penguasaan bola sebanyak 70 persen lebih, MU mampu mengurung pertahanan Wolverhampton. Sialnya, pertahanan Wolverhampton cukup solid membuat bola sulit menembus area penalti lawan. Bola selalu mental seolah sudah lelah karena terus membentur badan pemain-pemain Serigala yang tangguh.

Ada satu kesempatan emas untuk MU. Ketika bola lambungan dioperkan ke area penalti Wolverhampton, tiba-tiba McTominay merangsek masuk ke dalam jantung pertahanan lawan dan  langsung menyundul bola ke arah gawang. Terjadi kemelut di area depan gawang Patrício. Bola sempat mengenai dadanya lalu memantul ke depan. Jika saja ada pemain MU di dekat Patricio, mungkin MU saat itu juga bisa merayakan selebrasi gol. Nyatanya, bola cepat-cepat dibuang oleh pemain belakang lawan.

Anti-klimkas terjadi ketika Ashley Young menjegal pemain Wolverhampton yang sedang membangun serangan balik. Menerima kartu kuning kedua, Young harus merelakan ban kapten kepada rekan setimnya sebelum keluar meninggalkan lapangan. Semenjak itu, kesepuluh pemain MU berjibaku mempertahankan jala gawang agar tidak kebobolan dari berbagai serangan teroganisasi Wolverhampton. Dan mimpi buruk MU pun datang. Chris Smalling melakukan kesalahan fatal pada menit ke-77. Akhirnya, gol bunuh diri pun tercipta. De Gea terpaksa memungut bola dari gawangnya sendiri. Publik Wolverhampton kembali bersorak. Papan skor kembali berubah menandakan keunggulan 2-1 bagi sang tuan rumah.

Sebenarnya MU sangat berpeluang menang cukup banyak dari Woverhampton. Dilihat dari permainan MU yang cukup ofensif, setidaknya skor 2-1 atau 3-1 akan menjadi milik MU—prediksi dan harapan awal. Namun, apa daya? Setelah Young keluar, pola permainan MU berubah. Wolverhampton seperti mendapatkan angin segar. Mereka sangat bersemangat dan perlahan tapi pasti, mampu membangun serangan yang cukup efektif. Lini belakang MU pun dibuat kocar-kacir bahkan seorang striker seperti Lingard pun harus turun jauh ke belakang membantu kesemerawutan lini belakang timnya.

Menyedihkan memang melihat kerangka lini belakang MU yang tidak kokoh atau mungkin kita harus menyalahkan lini depan Wolverhampton yang tampil bak serigala berpadukan macan saat membangun serangan? Entahlah, tapi yang pasti Victor Lindelof dan Chris Smalling tidak bekerja cukup baik berduel dengan pemain-pemain Wolverhampton. Apakah itu pengaruh dari keluarnya Young? Tentu saja hal itu sangat berpengaruh. Akan tetapi, jika dilihat dari permainan Lindelof dan Smalling sebelumnya, mereka tampak kurang kompak dan kurang solid mengokohkan pertahanan MU.

Lindelof seringkali kecolongan dan kalah adu cepat ketika ingin merebut bola dengan pemain-pemain lawan. Bahkan hampir saja Wolverhampton menciptakan gol lagi karena kurang garangnya Lindelof mengawal bola yang ada di area penalti De Gea. Ada satu momen yang memotret Lindelof tidak kuat dalam menjaga bola. Saat ia ingin memberikan bola kepada De Gea, salah satu pemain Wolverhampton begitu berani menyodok bola dari kaki Lindelof. De Gea yang akan mengambil bola pun menjadi terganggu karena hampir saja ia berbenturan dengan pemain lawan. Alhasil, bola pun sempat mengenai dada De Gea yang sudah dalam posisi menyamping ingin menggapai bola, namun bola itu malah memantul ke arah pemain Wolverhampton. Kembali, area pertahanan MU diuji. Untung saja, gol tidak tercipta dari kesalahpahaman tersebut.

Adapun Smalling—bek Manchester United berusia 29 tahun itu—yang katanya ingin dibuat preman oleh Solskjaer, di pertandingan ini malah berperilaku seperti korban yang teraniaya. Smalling terlihat susah payah mengimbangi pemain-pemain Wolverhampton. Ia dan Lindelof sama-sama telat menutupi pergerakan lawan. Bahkan sebelum tragedi itu tercipta, Smalling hampir saja memecahkan rekor dengan gol bunuh dirinya yang lain. Saat itu, pertahanan MU sedang digencar. Smalling memang bermaksud baik ingin memblok bola, namun hasil blokan bola itu malah mengarah ke gawang De Gea. Beruntung, De Gea mampu menepis bola tersebut dan menghadiahkan tendangan sudut untuk Wolverhampton.

Berbeda dengan Dalot. Sebagai pemain bek, ia sedikit lebih baik dari Lindelof dan Smalling. Ia selalu membantu penyerangan MU bahkan ia seringkali mengancam pertahanan Wolverhampton dengan percobaan tendangannya meskipun belum berhasil. Karena kurang baiknya komunikasi di lini belakang, lini tengah MU pun semakin pincang apalagi dengan kondisi gawang De Gea yang selalu terancam membuat Pogba agak tertatih-tatih, tidak selincah seperti era sebelum Young. Di era setelah Young, terlihat Pogba dkk frustasi membongkar pertahanan lawan karena blok-blok lawan cukup efektif untuk memuntahkan serangan MU. Dalam pertandingan ini pula, perjuangan McTominay perlu diapresiasi. Meskipun masih muda, ia mampu menjadi partner yang cukup seimbang bagi Pogba hingga ia mampu menciptakan gol dan hampir menciptakan gol lagi. Sementara itu, Shaw seperti biasa bermain cukup apik, mampu memulai serangan dari sayap kiri, dan membuat pertahanan Wolverhampton kelimpungan.

Sayangnya, di akhir cerita melawan Serigala, Setan Merah harus mengakui kekalahan. Pergantian pemain yang dilakukan Solskjaer dengan memasukkan Phill Jones dan Anthony Martial tidak dapat menyelamatkan muka Setan Merah dari momen kehilangan tiga poin. Tampaknya, Solskjaer beserta asisten-asisten pelatihnya masih harus bekerja keras memutar otak bagaimana membangun tembok kokoh pertahanan MU. Sebab jika lini belakang MU masih lemas seperti melawan Wolverhampton, MU bisa berbuat apa melawan tim tangguh Barcelona di perempat final Champions?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun