Rencana pemerintah dengan mencanangkan Making Indonesia 4.0Â menjadi langkah khusus untuk memajukan dunia industri di Indonesia, untuk meningkatkan daya saing. Terobosan yang dicanangkan ini pun akan melibatkan sejumlah pemangku kepentingan mulai dari institusi pemerintah, asosiasi industri, pelaku usaha, penyedia teknologi, maupun lembaga riset dan pendidikan.
Menurut Kementerian Perindustrian, dalam Making Indonesia 4.0, setidaknya ada 10 inisatif nasional yang bersifat lintas sektoral dengan tujuan mempercepat perkembangan industri manufaktur, yang didalamnya terdapat perbaikan alur distribusi barang dan material, membangun peta jalan zona industri komprehensif  dan lintas industri, mengakomodasi  standar berkelanjutan, serta memberdayakan industri kecil dan menengah.
Industri 4.0 di Indonesia akan dimulai dengan pengembangan lima sektor manufaktur yaitu industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, kimia, dan elektronik.Â
Kondisi ini memicu setiap perusahaan penyedia teknologi untuk berinovasi menciptakan lingkungan industri yang sarat teknologi tanpa mengesampingkan atau bahkan mengganti peran manusia dengan mesin.
Memang tak dipungkiri, isu tergantikannya pekerjaan manusia oleh mesin atau teknologi sebenarnya sudah menjadi bahan diskusi yang cukup lama. Dalam buku berjudul Rage Againts the Machine, mengulas bagaimana teknologi memberikan kemudahan bagi manusia, namun juga memunculkan ancaman berkurangnya lapangan pekerjaan. Lebih lanjut bahkan disebutkan dalam buku tersebut,  kemajuan teknologi tidak memberikan manfaat yang merata bagi semua orang.
Namun, kemajuan teknologi tentu tak dapat dibendung. Inovasi-inovasi yang diciptakan baik skala perorangan maupun oleh kelompok atau perusahaan, menawarkan jawaban atas pertanyaan yang mungkin dulu belum bisa terjawab.
Era 90-an keberadaan mobil tanpa pengemudi (Autonomous Vehicle)Â mungkin masih sebatas impian. Kini, konsep mobil tanpa pengemudi ini sudah mulai dikembangkan di berbagai negara. Lagi-lagi dengan bantuan teknologi yang bersentuhan dengan inovasi.
Begitu pun dengan konsep Smart Factory yang diperkenalkan oleh Fujitsu. Konsep ini mendorong terciptanya lingkungan industri yang sarat teknologi dengan memaksimalkan komponen baru seperti IoT, yang dapat menyatukan operasi fisik dan digital dalam proses produksi. Sementara proses otomatis secara robotic akan membantu manusia menjalankan proses produksi.
Artinya konsep Smart Factory meski menciptakan lingkungan baru dalam industri dengan menjejalkan beragam teknologi, namun peran manusia tetap diperlukan untuk menjalankan teknologi tersebut.
Bicara teknologi di dunia industri dengan konsep Smart Factory, bukan hanya sebatas proses produksi semata. Disisi lain, konsep ini juga menyasar proses sistem data di hulu hingga hilir. Tak dipungkiri, pengarsipan dokumen terkadang menjadi kendala bila masih dilakukan secara manual. Terselipnya dokumen hingga dokumen yang hilang, menjadi sekelumit persoalan bila pengarsipan masih dilakukan secara manual.
Order Management adalah satu dari sekian solusi yang menawarkan solusi pengarsipan dokumen secara digital. Dengan melakukan pengarsipan secara digital, maka dapat meningkatkan produktivitas individu, hingga dapat mengurangi 95 persen waktu yang dibutuhkan untuk memproses seluruh dokumen.Â
Jadi, bagi Fujitsu Indonesia inovasi teknologi memang tidak akan bisa dibendung. Namun memanfaatkan dengan mengusung visi Human Centric Innovation, maka manusia akan tetap menjadi inti dari setiap inovasi teknologi yang diciptakan.