Mohon tunggu...
Fuji Lestari S
Fuji Lestari S Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

anda mungkin bisa menunda, tapi waktu tidak akan menunggu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kebahagiaan Tidak Bisa Dibeli oleh Uang

16 Februari 2021   20:20 Diperbarui: 16 Februari 2021   20:34 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Dalam sebuah kertas tanganku menari membentuk sebuah huruf sembari memegang sebuah pulpen. Diiringi dengan heningnya malam dan suara musik melalui sebuah earphone yang ku pasang ditelinga. Badanku masih berkutat di meja belajar tempat yang biasanya aku pakai saat belajar di kamarku. Aku merupakan orang yang tipikal tidak bisa fokus belajar jika harus belajar di atas kasur. Jadi aku menyusun sebuah tempat yang nyaman untuk belajar. Hingga terkadang aku selalu lupa waktu karena aku terlalu nyaman berdiam di tempat belajarku.

"huaaahhhh!! tak biasanya aku belajar sambil menguap begini, mungkin aku butuh istirahat sekarang juga" Mataku melirik ke jam dinding yang menunjukkan jam 12 malam.

 Tanganku membereskan pensil dan pulpen yang berserakan juga buku buku yang terbuka dimeja belajar. Kemudian kutangkap suara kaki dari kamar seblah menuju dapur. Dan akupun lantas keluar kamar dan menemui orang yang berada didapur dan itu ternyata Anna kakak kandungku sendiri memegangi segenggam gelas dan dituangkannya air dingin dari kulkas.

 "Mau ngapain kamu kesini?" tanya kakakku

"Aku cuma mau ke air, kakak kok tumben jam segini keluar kamar? Biasanya kan jam segini kakak udah tertidur pulas di kamar."

"Gak tahu kenapa mata kakak sulit diajak tidur, dan gak lama kemudian perut kakak bunyi makanya kakak langsung ke dapur hehe.'' jawabnya menyeringai sambil mengacungkan sebuah apel yang diambilnya dari kulkas

"Oh yaudah kak aku mau keair dulu ya." langkah kakiku berjalan menuju kamar mandi. Setelah dari kamar mandi aku kembali ke kamar untuk tidur.

"Chikaaaa!!! cepet bangun udah subuh." Suara yang selalu ku jadikan sebagai alarm alami dipagi hari yang tak lain dan tak bukan adalah ibuku sendiri.

Selepas mendengar suara itu ku langsung meregangkan badan sebelum keluar dari zona yang memiliki magnet yang kuat untuk rebahan. kemudian kuinjakkan kaki kelantai dan berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci muka, menyikat gigi dan mengambil air wudhu. Setelah kembali ke kamar, aku langsung memegang sejadah dan meletakkannya di lantai sesuai dengan kiblat dan akupun langsung memakai mukena, segera aku melaksanakan sholat. Setelah sholat ku lanjutkan dengan membaca kitab suci alquran. Setelah selesai segera aku membereskan alat sholat. Kemudian mataku menuju sebuah handphone yang tersimpan dilaci pinggir kasur. Tak lama kemudian ku membuka handphone itu dan melihat sebuah wallpaper handphone yang bergambarkan bahwa kamu pasti bisa. Kemudian jari jemariku membuka sebuah aplikasi dengan gambar seperti kamera dengan nama instagram. Dalam beranda instagram akunku terdapat banyak postingan tentang kuliah. Ya memang aku sangat ingin berkuliah seperti orang-orang tetapi aku berpikir apakah aku bisa berkuliah dengan keadaan keluarga yang sederhana.

 Aku adalah Chika anak yang sangat bisa dibilang dulunya pemalas tetapi aku udah merubah hidupku menjadi anak yang rajin. Aku memiliki seorang kaka perempuan yang sedang bekerja menjadi pegawai pabrik. Bapakku baru beberapa tahun kebelakang baru saja pensiun dan ibuku awalnya seorang ibu rumah tangga tetapi saat ini menjadi seorang penjual kecil kecilan di rumah. Sejak bapakku pensiun kami hidup dengan segala berkecukupan, kakakku memang sudah bekerja tetapi tetap saja hidup kami sangat berkecukupan, setelah bapakku pensiun ia tidak memiliki uang lagi karena saat itu uang pensiunnya dipakai untuk membuat sebuah proyek dengan orang lain dan tak lama kemudian bapakku ditipu oleh orang tersebut dan semua uang pensiunnya habis dipakai oleh orang itu. Menjadikan bapakku tidak mempunyai uang lagi untuk modal dalam melakukan sebuah usaha dan untuk membiayai kehidupan sehari hari untuk keluarga. Semakin bertambah usia hingga menginjak usia 17 tahun ini dan ditambah lagi dengan keadaan keluarga yang seperti ini menjadikanku harus lebih menghemat uang dan menjadikanku untuk memulai sebuah usaha kecil kecilan.

Mengingat keadaan itu membuatku sedih tapi itu tidak membuatku menyerah begitu saja. Aku menjadi giat belajar demi menggapai keinginanku untuk berkuliah dan berusaha untuk mendapat beasiswa full di sekolah negeri manapun. Aku dengan sengaja membuat tempat belajarku menjadi nyaman demi menghindari belajar diatas kasur yang membuatku malas untuk belajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun