Mohon tunggu...
Fujianto
Fujianto Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya seorang guru yang punya hobbi menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Obat Sakti Kiai Abdullah untuk Raja Sumenep

2 September 2022   21:35 Diperbarui: 2 September 2022   21:37 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Semilir dingin angin tengah malam membuat badan Kiai Abdullah menggigil tapi  keringat yang merembes di keningnya mengisyaratkan kegelisahan pikiran yang sulit ditutupi. Pikiran Kiai Abdullah yang dikenal dengan nama Bindara Bungso atau Entol Bungso berkecamuk dengan perintah yang diberikan oleh Kiai Raba Pamekasan. 

Kiai Raba adalah ponakan Kiai Abdullah dan merupakan seorang wali terkenal di Pademawu Pamekasan sekaligus tempat konsultasi Pangeran Ronggosukowati saat Pamekasan mengalami peceklik bertahun-tahun dan beberapa musibah alam. Perintah Kiai Raba bagai perintah langit yang harus dilaksanakan tanpa ada ruang musyawarah.

Kiai Raba memerintahkan Kiai Abdullah yang waktu itu masih bujang untuk mengemban misi pergi ke arah timur yakni arah Sumenep dalam rangka dakwah dan karena isyarat langit bahwa K Abdullah nanti akan punya anak yang akan menjadi salah satu raja Sumenep yakni Bhindhara Saod. Dalam catatan sejarah Bhindhara Saod tercatat sebagai raja ke 29 yang memimpin kerajaan Sumenep.

Kiai Abdullah ditemani oleh empat santri menjalankan perintah Kiai Raba dan memutuskan berhenti di sebuah tempat berupa kawasan yang penuh dengan hamparan batu. Di sana beliau membuat tempat peristirahatan sekaligus tempat shalat. Jadilah beliau resmi sebagai penghuni tempat yang dinamainya sendiri dengan sebutan Batuampar yang sekarang digunakakan sebagai nama desa.

Masyarakat Batuampar saat itu banyak dilanda berbagai penyakit. Kiai Abdullah mengerahkan segenap kemampuannya untuk membantu meringankan beban masyarakat dengan memberikan pengobatan alternatif. Kiai Abdullah dibantu oleh 4 santrinya yaitu Ma'on, Bakri, Behid dan Abbad. Mereka membantu Kiai Abdullah dalam segala hal termasuk mengumpulkan rempah-rempah, biji-bijian dan lain-lain sesuai dengan perintah Kiai Abdullah untuk dipergunakan sebagai obat.

Karena tanah Madura tandus, maka para pembantu Kiai sering diutus ke daerah lain menyeberangi lautan untuk mencari bahan-bahan yang dibutuhkan. Kiai Abdullah mengirim mereka bergiliran. Ma'on pernah diutus ke pulau Maluku untuk mencari cengkeh dan pala. Bakri pernah diutus ke Jember untuk mencari jahe, ginseng dan kayu manis Behid pernah diutus ke Banyuwangi untuk mencari lengkuas dan temu kunci. Abbad pernah diutus ke Situbondo untuk mencari kunyit, bawang putih, kurma ajwa dan bawang merah. Daerah yang jauh menyebabkan mereka harus berbulan-bulan meninggalkan K Abdullah.

Saat persediaan rempah yang dipergunakan untuk obat alternatif sudah hampir habis, terpaksa Kiai Abdullah mengutus 1 santri yang tersisa mendampingi beliau untuk mencari rempah ke tanah jawa. Dan tinggallah beliau sendiri di Batuampar berharap santrinya akan segera pulang membawa rempah yang beliau inginkan.

Setelah sekian lama menunggu, keempat santrinya belum juga pulang dan persediaan obat sudah habis. Di saat yang genting ini, tiba-tiba ada utusan raja Sumenep yang meminta Kiai Abdullah agar bersedia datang ke kerajaan Sumenep untuk mengobati sang raja yang saat itu sedang sakit parah dan tabib istana tidak bisa menolong raja. Di tengah kebingungan dan kegalauan itu, Kiai Abdullah meminta kepada utusan untuk pulang duluan ke kerajaan Sumenep dan Kiai Abdullah akan menyusul esok hari. Tapi utusan tidak mau pulang dengan tangan hampa dan akan tetap menunggu beliau untuk berangkat bersama menuju Sumenep.

Sesampainya di istana, utusan raja langsung membawa Kiai Abdullah menuju kamar pribadi raja. Kiai Abdullah dengan kemampuannya langsung melakukan pemeriksaan awal dan meminta kepada pembantu raja untuk menyediakan bahan-bahan yang beliau minta. Para pembantu raja segera berpencar mencari bahan yang diminta di dapur istana dan seluruh daerah kerajaan. Mereka bisa menghadirkan semua bahan kecuali satu bahan yakni 7 biji kurma ajwa. Seisi istana bingung mencari biji kurma ajwa itu tapi hasil nihil sampai matahari akan terbenam.

Di saat itulah santri  Kiai Abdullah yang Bernama Abbad datang menyusul beliau ke kerajaan Sumenep setelah sekitar 2 bulan meninggalkan Madura untuk mencari bahan obat yang diminta Kiai Abdullah. Abbad menjelaskan bahwa semua bahan yang diminta berhasil didapatkan. Kiai Abdullah tersenyum lega melihat kurma ajwa yang dicari sudah ada dihadapan raja. Lalu Kiai Abdullah mencampur semua bahan yang ada dan segera memberikan pada raja. Dengan ijin Allah, sang raja sembuh dari sakitnya.

Hari tambah hari keberadaan Kiai Abdullah di Batuampar akhirnya tersebar ke seantero masyarakat Sumenep. Dari mulut ke mulut diketahuilah jika pendatang baru itu ialah seorang kiai muda dari pesantren Raba yang merupakan murid sekaligus ponakan dari seorang wali Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun